Jenny menatap para bangsawan yang menghadiri perayaan penaikan diri nya sebagai ratu di atas singgasana nya.
Mata Jenny beralih ke seorang pria tua yang sedang berdiri di pinggir sambil meminum wine. Jenny tersenyum meremehkan.
"Yolios d'ear" Gumam nya pelan. Pria tua itu termasuk tersangka utama atas kematian Florence. Dia lah yang memprovokasi raja untuk menceraikan Florence.
"Ada apa?" Ketika Jenny sibuk menatap sinis lelaki itu, Tiba-tiba saja suara berat dan dingin terdengar dari kursi di sebelah nya.
Jenny menoleh. Mendapatkan Raja Ergaster menatap nya dengan pandangan datar.
"Ti-" Baru saja ingin bicara, Ergaster langsung memotong.
"Kalau ingin membuat keributan jangan sekarang. Saat ini para dewa memberkati acara perayaan mu" Jawab nya lalu membuang muka ke sisi lain.
Jenny terdiam. Tidak ada yang tahu bahwa sekarang ia ingin sekali membedah otak raja di sebelah nya ini. Benar - benar menyebalkan.
Jenny menghela nafas. "Terserah kau saja. " Katanya bodoamat.
Ergaster menoleh ke arah Florence. Biasanya di saat ia berkata seperti itu Florence akan takut dan meminta maaf kepada nya. Bahkan tidak pernah sekalipun ia mendengar Florence membantah perkataan nya.
***
Jenny menatap sekeliling. Sekarang ia sudah berada di lobby tempat acara itu di lakukan. Orang-orang sibuk berdansa dan menikmati hidangan. Jenny hanya diam di pinggir sambil meminum wine nya."Semoga dewa langit selalu memberkati anda" Segerombolan wanita bangsawan datang ke arah nya dengan hormat. Jenny mengangguk.
"Bagaimana keadaan anda Yang Mulia?" Tanya salah satu wanita di sana, Kylian.
Jenny mengangkat satu alis nya. Seperti nya menyenangkan meladeni para manusia yang tidak tahu diri ini.
"Berkat dewa aku baik - baik saja." Balas nya anggun sambil tersenyum tipis.
Mereka terperangah. Biasanya Florence akan menjawab dengan sombong tanpa menatap mereka. Itulah mengapa Florence sering di tertawakan karena sifat nya sangat tidak berkelas sebagai seorang ratu.
"Omong - omong, hari ini Yang Mulia Raja sangat tampan. Anda beruntung menjadi istri nya nyonya" Mereka tersenyum licik. Tidak ada yang tidak tahu bahwa mereka menikah karena paksaan Florence. Ergaster bahkan sangat membenci Florence yang sifat nya di buat - buat.
Jenny menatap ke arah Ergaster yang sedang sibuk berbicara dengan para kolongmerat. Dia memang tampan sih, tapi sayang jika Jenny akan jatuh cinta padanya maka alur cerita nya akan tetap berjalan seperti dulu.
Ergaster terlihat sangat gagah. Bahunya tegap dilapis kemeja putih dan ditutupi dengan baju kepemimpinan nya. Rambut hitam rapih dan tentu saja dengan wajah yang datar."Benar, dia memang tampan" Jawab Jenny sambil tersenyum tipis.
Merasa tidak menyerah para wanita itu terus bertanya. "Anda sudah menikah dengan Yang Mulia Raja. Kapan kalian bisa mendapatkan seorang pangeran kecil?" Tanya mereka lagi. Sekarang mereka yakin Florence akan marah pada mereka dan membuat keributan hingga akhir nya Florence lah yang di permalukan.
Jenny diam. Ia menghela nafas. Bukankah pertanyaan ini sama saja dengan privasi? Bisa - bisa nya mereka menanyakan hal itu kepada seorang ratu dari negara Eurundel? Mereka pikir mereka siapa?
Jenny tertawa dengan terpaksa. "Entahlah, mungkin dewa masih belum memberikan nya kepada kami" Jawab Jenny tenang"
Jenny terus saja meladeni para bangsawan hingga membuat para nyonya tersebut jengah. Ada apa dengan ratu mereka ini? Apa emosi nya sudah menghilang dari tubuh nya?
Dari kejauhan Ergaster memandang istrinya. Ia menatap bingung, tumben sekali istrinya bersosialisasi dengan para nyonya bangsawan. Biasanya dia dengan kasar menolak mentah-mentah segala undangan untuk mengikuti acara teh bangsawan.
*
Jenny duduk di salah satu kursi yang sudah di siapkan. Sungguh melelahkan mengikuti acara ini.
Banyak pasang mata dan tidak jarang pula Jenny mendengar nama nya di sebut oleh para tamu. Namun Jenny berusaha tidak perduli dan menatap semua orang yang asik berdansa.
"Dewa langit selalu bersama mu yang mulia ratu" Seseorang menunduk ke Jenny. Jenny mengangguk pelan lalu menatap siapa lelaki berambut blonde yang ada di depan nya.
"Selamat atas penobatan anda menjadi ratu, yang mulia" Ucap nya sopan. Senyum dari wajah tidak kunjung hilang.
"Terimakasih. Dan anda.."
"Ah, maaf kan saya lupa mengenalkan diri. Saya adalah pangeran II negara Olvlio. Nama saya adalah Arelios Drovohy. Anda bisa memanggil saya apa saja"
Jenny mengangguk. Ia berusaha tenang dari situasi canggung seperti ini.
"Jika anda berkenan, bolehkah saya mengajak anda untuk berdansa?" Tangan pangeran tersebut sudah menggantung di udara.
Mau tidak mau Jenny harus menerima tawaran tersebut, ia segera menggapai lengan pangeran dengan canggung.
Namun sebuah lengan mencekal tangan Jenny yang sudah menggantung di udara.
"Sedang apa kau?"
*
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wild Doctor
FantasyJenny seorang dokter yang hebat dan sangat jenius. Ia bahkan bekerja dan memegang jabatan sebagai kepala dokter bedah di rumah sakit Seoul. Umurnya yang masih terbilang muda dapat menandingi para senior di rumah sakit nya. Itulah mengapa ia sering d...