10

8.5K 837 19
                                    

Ergaster memandang prajurit yang sedang berlatih dari atas jendela kantor nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ergaster memandang prajurit yang sedang berlatih dari atas jendela kantor nya.

Rasa kehilangan seorang penganggu ternyata membuat nya sedikit bosan. Tidak ada sama sekali yang membuat dia terhibur 3 hari ini.

Saat ini pekerjaan sudah sangat membosankan untuk nya. Pintu kamar selalu ia pandang, jika saja seseorang dengan gaya menjengkelkan nya datang dengan suara lunglai yang sangat tidak cocok untuk wanita tersebut.

"Permisi tuan" Felix datang, ia membawa laporan pengeluaran kerajaan bulan ini.

Ergaster duduk di kursi nya dan menerima kertas tersebut.

Setelah membaca full ia berkerut kening. "Kenapa pengeluaran lebih banyak untuk para bawahan daripada ratu?"

"Saya baru saja mendapatkan laporan. Pengeluaran yang banyak itu di karenakan ratu menggunakan nya."

Ergaster kaget dan menahan marah. "Bahkan ia mengambil penghasilan milik para bawahan nya?" Hampir saja ia ingin membanting meja tapi Felix menghentikan nya.

"Tuan, saya belum selesai ngomong" Ucap Felix. Ia memberikan satu laporan lagi untuk Ergaster.

"Saya juga berfikir seperti yang ada fikirkan. Namun Uang-uang tersebut di gunakan untuk membeli barang-barang milik para pelayan, prajurit, bahkan para pengemis di dekat sini. Saya juga mendengar bahwa ratu mengambil dari uang tabungan milik nya hingga habis dan akhirnya ia memilih untuk menggunakan uang milik nya di Kerajaan. Tetapi petugas administrasi tidak bisa menerima itu karena jika untuk bawahan, maka pengeluaran nya untuk bawahan. Tidak bisa di sangkut-pautkan oleh ratu" Jelas Felix panjang lebar.

Ergaster termenung. Pengeluaran yang sangat banyak ini di gunakan untuk para bawahan nya? Bukan  untuk berfoya-foya?

Bahkan tidak ada tertulis disini pengeluaran ratu yang mencapai sekitar 100 teur (Rp500.000.00). Ia hanya membeli beberapa makanan untuk di makan nya oleh para pelayan.

It's weird, but too real.

"Kau sudah mendengar kabar kapan dia akan pulang?"

"Seperti yang direncanakan, ratu akan kembali dari rumah tuan duke selama 1 bulan"

Ergaster menghela nafas.

"Kau tidak ada mendengar bahwa ia akan kembali sedikit lebih cepat?"

Felix melirik Ergaster. Wajah lelaki yang menyeramkan itu kini penuh harap.

"Saya masih belum mendengar kabar apapun dari nyonya ratu tuan"

Ergaster kembali menghela nafas dan menyenderkan tubuh nya. Satu bulan? Benar-benar menyebalkan.

"Apa ada yang menganggu anda? "

"Tidak ada. Pekerjaan mu sudah selesai, pergilah"

Felix menunduk dan akhirnya pergi dari ruangan Ergaster. Sebenarnya Felix ingin memaksa agar Ergaster kembali melanjutkan pekerjaan nya.

Mogok kerja sangat di benci oleh Felix. Ketika melihat meja raja yang penuh dengan pekerjaan, ingin saja ia memaksa lelaki tersebut untuk mengerjakan semua ini.

Tapi apa daya? Ia hanya seorang sekretaris yang jika hanya satu tebasan saja, kepala nya sudah berguling ke tanah seperti bola.

Ergaster kini hanya duduk melamun di kursi nya. Sebelumnya dia tidak pernah melakukan hal seperti ini. Termenung dan hanya buang-buang waktu saja.

Tapi sekarang, ia menggerakkan lengan nya saja pun sudah sangat malas.

Sialan!! Ada apa dengan nya?

Tidak, tidak. Ia seperti nya sudah harus berlatih pedang lagi. Sudah lama ia tidak melatih otot-otot milik nya.

*

"Kamu ingin menjadi dokter?!" Duke kaget bukan main.

Kini Jenny dan Duke sedang duduk berdua di taman sambil meminum secangkir teh. Jenny berfikir, mungkin sekarang adalah saat yang tepat untuk meminta izin melakukan impian nya kepada Duke.

"Iya ayah!"

Duke memijat kepala nya. Sekarang apalagi?

"Hey Sayang. Aku tahu kau bosan di Kerajaan maupun disini. Namun, menjadi dokter itu bukan hanya dilakukan ketika bosan saja. Menjadi dokter itu sangat sulit"

"Aku tahu ayah, aku tahu! Maka dari itu kau harus melihat ku melakukan pengobatan agar kau percaya aku bisa menjadi dokter!" Kekeuh Jenny.

Duke termenung. "Sudahlah, kita masuk saja. Kau pasti sudah lelah Florence"

Jenny berdiri mengikuti langkah kaki Duke. "Kali ini saja Ayah. Hanya ayah yang bisa membantu Florence"

"Kita bahas nanti Florence, ayah akan memikirkan itu nanti" Ucap Duke dan meninggalkan Jenny yang masih berdiri di depan pintu.

Jenny menghela nafas panjang. Kira-kira ini akan berhasil?

Seseorang memandang dari jendela atas dengan wajah bingung. Menjadi dokter? Bocah teledor itu? Sungguh komedi yang bagus.

*

The Wild DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang