9

8.7K 842 5
                                    

Ruang makan sunyi dan hanya terdengar sendok dan garpu saling beradu. Setelah Duke dan Duchess saling melepas rindu oleh anak perempuan mereka satu-satunya. Beserta dengan kakak ke-2 yang juga sibuk menciumi adik nya.

Kini Jenny berpaling kepada kakak pertama, ia terlihat tidak perduli pada kepulangan Jenny.

Memang iya mereka memiliki hubungan yang tidak baik. Kakak pertama juga orang yang menentang keras menikah nya Florence pada Raja.

Tapi buka Florence namanya jika mendengar omongan seseorang terlebih yang menghalangi dirinya untuk bersama Ergaster.

Ia adalah Albarte Rheethe bots. Prajurit utama dari bawahan Ergaster. Ketika terjadi perang maka orang yang akan berdiri di sebelah Ergaster adalah Albarte.

Dari kecil ia sudah hidup dengan yang namanya kekerasan, hidup di bawah naungan raja adalah sebuah kehormatan bagi semua orang.

Ia adalah orang yang pendiam dan tidak banyak bicara. Seseorang yang tampan namun berhati dingin. Kalian percaya itu? Yah ini kenyataan nya.

Berbeda dengan kakak ke-2 Arthritis Rheethe Bots. Ia adalah kakak terbaik menurut Florence. Seseorang yang hangat dan menyayangi keluarga nya.

Ia adalah prajurit tingkat 2 di dalam kerajaan. Intinya saja, keluarga mereka adalah kaki tangan dari kerajaan Eurundel. Banyak nya para garis keluarga dari Rheethe Bots yang sudah berkorban dan memilih hidup menjadi kaki tangan kerajaan. Maka dari itu keluarga mereka adalah kalangan keluarga terhormat di antara para bangsawan.

"Florence? Ada apa dengan mu? Biasanya kamu begitu senang ketika cake stoberi di depan mu. Kini kamu hanya bermain dengan mereka?" Duchess bertanya dengan lembut dari depan meja.

Ah ternyata wanita itu menyukai kue stoberi? Sialan, Jenny tidak terlalu menyukai cream.

"Tidak apa-apa ibu. Aku hanya sedikit tidak terbiasa dengan acara makanan kita ini. Kalo di pikirkan kita sangat lama sudah tidak makan bersama"

Duchess terdiam dengan senyum nya. Florence yang kasar, pembangkang, dan suka berkata kasar kini sudah hilang. Dan kini hanya seorang gadis manis yang sangat cantik dan baik.

Bahkan Duchess dapat menyadari itu dengan cepat. Anak nya telah berubah.

"Bagaimana di sana Florence? Apa keadaan nya baik-baik saja?" Tanya kakak ke-2

"Bagaimana bisa baik-baik saja? Kalian tahu kan bahwa gadis kesayangan kalian ini pembuat onar?" balas Kakak per-1 sinis.

Jenny terdiam. Baru saja ia ingin membalas omongan Arthritis sudah di rebut oleh Albarte duluan.

"Aku baik-baik saja. Jangan terlalu khawatir"

"Tentu saja kau baik-baik saja. Ah aku dengar bulan kemarin kau habis membakar taman kerajaan ya? Sangat hebat, pantas untuk di beri penghargaan" Albarte berbicara tanpa menatap ke arah Jenny.

"Aku benar-benar minta maaf. Saat itu di luar kuasa ku kak"

Albarte tertawa kecil. "Tidak perlu meminta maaf, cukup ceraikan saja raja maka semua nya akan aman"

BRAK!

"ALBARTE!!!" Teriak duke hingga ia berdiri dari kursi nya.

"Aku benar kan ayah? Anak kesayangan mu ini pembuat masalah. Sampai kapan ayah terus membela nya? Gadis ini bakal bertindak tidak tahu diri" Albarte menatap sinis Florence.

Jenny benar-benar di buat terdiam. Ternyata sifat kakak nya ini lebih mengerikan dari ingatan Florence.

Duke memijat kepala nya. "Cukup. Ayah sudah selesai makan." Setelah itu Duke keluar ruangan yang diikuti oleh Duchess.

Jenny tersenyum kecil.

"Aku tidak percaya bahwa kau sampai segitu nya kak?" Arthritis dan Albarte menatap Florence.

Jenny melipat tangan nya sambil terus tersenyum.

"Kau mencoba untuk mengelabui ayah agar aku bisa di ceraikan?"

"Aku akan berusaha jika itu bisa."

"Kenapa?" Tanya Jenny.

"Karena kau sangat tidak berhak untuk duduk di singgasana ratu Florence. Kau seorang yang tidak pantas BAHKAN kau tidak boleh memikirkan untuk mendapatkan kursi tersebut." Albarte menaikan suara nya.

"Hentikan kalian!" Teriak Arthritis.

"Oke, aku akan bercerai"

Arthritis dan Albarte menatap Jenny bersamaan.

"Apa?"

"Aku akan bercerai, itu yang kakak mau kan?"

"Hei, hentikan. Sejak kapan kalian melakukan pembicaraan seperti seorang musuh?" Arthritis menyadari bahwa obrolan ini akan menjadi tidak baik-baik saja.

Seperti tuli, obrolan tetap semakin panas dan mencengkam.

"Aha, bagaimana aku akan percaya?" Albarte tersenyum miring.

"Aku sama sekali tidak ingin membuat kakak percaya karena itu urusan ku. Setidaknya, ini yang aku bisa katakan. Aku pamit dulu kakak-kakak. Selamat malam" Jenny meninggal kan ruang makan.

Dan meninggalkan Arthritis dan Albarte berdua.

"Aku tidak percaya kakak akan bertindak sejauh ini." Ucapan Arthritis kesal.

"Siapa yang tahu? Bocah tengil itu hanya berbicara omong kosong Arthritis."

.

The Wild DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang