convenience

361 72 5
                                    

Jauh di selatan Kastil , kini terjadi pertarungan yang cukup besar antara prajurit Hyancith dengan sekumpulan black witch yang tiba-tiba muncul dan memporak-porandakan perbatasan selatan. Para prajurit sedikit kewalahan menghadapi serangan black witch yang menyerang mereka menggunakan bola sihir

"Berhenti!"

Teriakkan itu berhasil menghentikan pertarungan yang terjadi, semua orang langsung berbalik ke sumber suara. Para prajurit yang melihat sang lord langsung menyingkir memberi jalan berbeda dengan para black witch yang menatap bingung ke arah Edward

"Siapa kau berani menghentikan pertarungan ini?"

Salah satu black witch melangkah ke depan menghalangi Edward dengan tangan bersedekap dan sorot mata yang meremehkan

"Ck. Kau tak perlu tau siapa aku!"

Tekan pria itu menunjukkan kedua taringnya yang mencuat dari kedua sudut bibirnya

"Kalian semua jangan ada menyerang!. Biar aku yang akan menghabis mereka!"

"Tapi ya-"

"Ini perintah!"

Para prajurit, langsung berjalan meninggalkan pertarungan dengan ragu, mereka semua berdiri di belakang sang lord.

Edward memandang remeh kumpulan black witch di depannya itu. Edward terkekeh sinis dengan cepat ia melayangkan pedangnya, sekali hentak ia membunuh puluhan black witch yang mengarahkan sihir kepadanya membuat, membuat kemeja putihnya terkena cipratan darah segar. Sang lord menyeringai melihat bercak darah yang mengotori kemejanya seketika tatapan matanya menajam.

"Dara kotor kalian mengotori kemeja ku sialan!"

Setelah mengatakan itu Edward melesat cepat menebas puluhan black witch lainnya. Para black witch murka melihat temannya tergeletak tak bernyawa. Para black witch yang tersisa mulai merapal sebuah mantra mepanggil roh, namun sebelum mantra itu selesai tiba-tiba tubuh mereka terpental karena serangan kuat dari arah depan

Mayat para black witch tergeletak dimana-mana bau anyir begitu menyengat penciuman. Pria itu hanya memandang datar pada tumpukan mayat didepannya.

Edward berdecih sinis. "Cih.. kalian salah mencari lawan"

Pria itu berbalik menghadap Dave yang sejak tadi hanya diam menonton pertarungan didepannya.

"Yang mulia"

"Dave, kau bereskan ini semua!"

"Baik yang mulia"

Edward berdiri dengan tegap, menatap lurus kedepan tubuhnya tegapnya mengeluarkan aura dingin menusuk membuat orang yang berada disekitarnya bergidik ketakutan aura yang dapat dirasakan oleh seluruh wilayah Hyancint. Dan para musuh tidak tau bahwa itu awal adalah tanda awal kematian mereka.

***
Di dalam sebuah kamar seorang gadis duduk di sebuah sofa panjang berwarna merah yang berada tepat di depan jendela besar. Gadis bergaun putih itu memeluk lututnya, mata cantiknya terpejam dengan kepala menyandar pada sandaran sofa menikmati udara malam yang masuk melalui jendela yang sengaja dibiarkan terbuka.

Malam semakin larut, udara menjadi semakin dingin membuat gadis itu mengeratkan pelukannya, perlahan mata cantik itu terbuka memperlihatkan kan manik biru nya yang terlihat sedikit sayu. Entah apa yang dipikirkannya membuat binar dimatanya hilang. Azalea beranjak turun dari sofa untuk mengunci jendela di hadapannya. Setelah itu ia berjalan gontai menuju ranjang berkelambu tipis di kamar tersebut.

Azalea berbaring menyamping menghadap tempat kosong disebelahnya, ia menatap sisi ranjang yang biasa Edward tempati. Sudah 3 hari semenjak pria itu tidak menyapanya jujur ada rasa rindu di relung hati nya. Rasanya seperti ada yang hilang dalam hidupnya saat tidak bertemu dengan Edward.

Mata cantik Azalea, mulai terpejam saat rasa kantuk mulai menyerangnya tak butuh waktu lama untuk dirinya terlelap dalam tidurnya.

Tiba-tiba angin berhembus kencang diluar sana mengakibatkan jendela besar itu terbuka dengan sedikit kasar dan kembali tertutup seperti semula tanpa menimbulkan suara. Sepasang sepatu hitam berjalan mendekati ranjang tempat gadis itu terlelap. Orang itu mulai terlihat dari kegelapan, pria itu bergerak naik di atas tubuh gadis itu.

Mengungkung tubuh mungil itu di bawah tubuh tegap nya. Sebelah tangannya bergerak menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah cantik itu, mengelus pipi tembam itu lembut dan berhenti dibibir plum milik sang gadis. Sebelum menjatuhkan kecupan yang lama kelamaan menjadi intens.

Azalea yang merasa tidurnya terganggu pun mulai mengerjap kecil untuk memfokuskan pandangannya yang sedikit buram. Rasa kantuk gadis itu seketika hilang saat melihat pria di atas nya itu adalah Edward yang sedari tadi mengganggu pikirannya

"Edward?"

Edward hanya diam menatap gadis di bawah Kungkungan nya itu. Lama bertatapan Edward menyerukan kepalanya pada leher jenjang Azalea menghirup aroma tubuh gadis itu yang ia rindukan.

Tubuh Azalea sedikit menegang tapi tidak lama kemudian kembali tenang. Dengan sedikit ragu ia tangannya bergerak mengusap kepala Edward dengan lembut, membuat pria itu mengeratkan pelukannya merasa nyaman dengan usapan lembut di kepalanya.

"Edward?" Panggil Azalea sedikit ragu

"Hm."

Dehem Edward tanpa melepaskan pelukannya malah pelukan itu semakin mengerat

"Edward, kau kenapa?"

Edward yang mendengar pertanyaan itu langsung melepaskan pelukannya pada tubuh mungil Azalea dan mengambil posisi duduk di atas ranjang yang langsung diikuti oleh Azalea yang duduk di depannya.

"Aku?, Aku baik-baik saja". Jawab Edward sekenanya

"B-bukan itu, maksud ku... Kenapa kau menghilang selama tiga hari ini?" Cicit Azalea menundukkan kepalanya

Seutas senyum tipis terbit di wajah datar Edward. Jadi sang mate sedang merindukan nya?

"Aku tidak menghilang, aku berada di ruang kerjaku selama ini" jawab Edward singkat

Dengan perlahan gadis itu mengangkat wajahnya untuk menatap manik merah ruby dihadapan dengan tatapan sayu miliknya

"B-benarkah?. Kau tidak menghindari ku bukan??"

"Aku tidak menghindari mu mate.... Aku selalu bersama mu tapi kau tidak menyadarinya"

Mendengar itu ada sedikit rasa lega dalam hati Azalea, tapi masih ada yang mengganjal di hatinya

"Ed--"

Chup

Edward mengecup bibir Azalea membuat sang empunya langsung terdiam

"Sudah tidurlah, ini sudah sangat larut"

Gadis itu hanya diam menurut saat tubuhnya ditarik dengan lembut untuk berbaring di atas tubuh kekar Edward yang sudah berbaring terlebih dahulu. Tidak ada percakapan diantara keduanya, Azalea yang memang sudah mengantuk tak butuh waktu lama untuk kembali terlelap. Sedangkan pria itu masih terjaga dengan tangan yang tak henti mengusap lembut punggung gadisnya yang sedang terlelap.

Pria itu memikirkan kejanggalan saat pertarungannya dengan para black witch. Ia bingung kenapa para black witch itu bisa masuk kewilayahannya dengan jumlah yang cukup besar bukankah kerajaan Hyancint sudah terlindungi oleh sihir yang sangat kuat. Memikirkan itu membuat kepala pusing ia memutuskan untuk menyusul sang mate yang sudah berkelana di alam mimpi tanpa memindahkan tubuh mungil Azalea.

TBC...

Jangan lupa vote and komen
Tolong hargai karya penulis!
Jangan jadi siders!

Happy reading


The Witch Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang