The warmth that cools back

334 70 0
                                    

Azalea termenung sambil menatap hamparan bunga di bawah sana dari balkon kamarnya hari ini sungguh membingungkan. Ia tidak mengerti dengan sikap Edward yang kembali dingin seperti semula.

Sungguh ia tidak bisa menebak kepribadian Edward yang tiba-tiba hangat dan kembali dingin. Pria itu sungguh misterius susah untuk ditebak, seperti pagi ini tiba-tiba Edward pergi dari kamar tanpa mengatakan apapun. Ia melenggang melewati Azalea yang jelas-jelas berdiri tidak jauh dirinya. Membuat gadis itu menekuk wajahnya.

Sedangkan Edward berjalan dengan langkah lebarnya menuju ruang rapat. suasana ruang rapat begitu diam dan hening bahkan raut wajah mereka yang berada diruangan itu menjadi tegang saat sang lord mulai duduk dengan gaya angkuhnya di singgasananya dan jangan lupakan tatapan tajamnya yang menghunus menatap tajam para petinggi kastil. Mereka semua yang ada di sana diam mematung seakan tak memiliki kuasa untuk bergerak sedikit pun di hadapan sang lord.

"Katakan laporan lima hari ini" Titah Edward datar.

semua orang langsung bersiap membuka laporan yang mereka catat, membuka setiap lembar dengan tergesa-gesa seakan di kejar waktu.

"L-lapor yang mulia, kondisi..keamanan perbatasan sedikit...terganggu. Ada beberapa pem--".

Brak.

Edward menggebrak meja dengan keras membuat meja tak bersalah itu terbelah menjadi 2 bagian, membuka matanya yang sejenak terpejam, manik merah ruby nya berkilat tajam menatap seluruh orang, tangannya mengepal menunjukan betapa besar amarahnya saat ini. Edward mengeluarkan aura hitam dari dalam tubuhnya membuat para penghuni ruang tersentak saat merasakan aura mengancam disekitarnya dengan wajah pucat pasi sekarang mereka mengharapkan kehadiran nona Azalea di ruangan ini untuk menyelamatkan mereka daei amukan sang lord. Mereka semua mulai was-was memperhatikan sang lord.

Pria itu dengan tenang beranjak dari singgasana nya, berjalan penuh wibawa dan tegas dengan langkah kaki yang mengancam manik ruby nya kiat berkilat tajam.

"Apa kau tidak sanggup mengurus pemberontakan di perbatasan, apa kau mau mati agar tugas mu bias aku berikan pada orang yang lebih mampu?"

Meskipun hanya sebuah pertanyaan singkat, mampu membuat semua orang yang mendengarnya menegang dengan mata terbelalak karena merasakan pertanyaan itu sebagi ancaman tidak langsung.

"Ampuni kami yang mulia, maaf kan kecerobohan kami"ucap semua orang serentak dengan suara yang sedikit gemetar

Edward terdiam, wajahnya yang sedikit menunduk terlihat gelap dengan manik merah berkilat. Sebuah seringai terbit diwajahnya, memar kan taring yang memanjang mencuat di sudut bibirnya.

"Kalian harus menerima hukuman dari ku!" Edward berucap dengan tajam dan menusuk

Dengan tubuh yang menegang, para petinggi serentak berlutut di bawah kaki sang lord dengan kepala yang menunduk dalam tidak berani mendongak untuk menatap sang lord dengan kemarahannya. Ruangan yang begitu dinding, hening dan mencekam membuat rasa takut para petinggi hanya untuk sekedar menelan slavia pun mereka kesusahan.

Namun gerakan cepat dan tiba-tiba membuat semua orang tersentak saat melihat sang lord sudah berdiri dihadapan seorang panglima perang. Edward menyeringai bak iblis tunggu bukan kah dirinya memang iblis?, masih dengan seringai nya Edward menarik leher panglima perang kemudian tanpa aba-aba Edward melempar orang itu ke dinding menimbulkan keretakan yang cukup parah.

Tatapan mata Edward kembali menajam berjalan dengan tegas menusuk salah satu petinggi yang masih berlutut disana dengan cepat ia menarik leher jenderal itu melayangkan satu pukulan keras yang menimbulkan luka Lebam yang parah pada sudut bibir jendral itu. Tanpa ampun Edward menghajar jendral itu tanpa menggunakan kekuatannya ia menekan kekuatannya jika tidak sudah dipastikan jendral itu pasti akan mati. Jendral itu tergeletak di lantai dengan keadaan mengenaskan para petinggi yang lain hanya bias diam melihat temannya di pukuli oleh sang lord, mereka tau ini memang kesalahan mereka yang lalai mengemban tugas yang di tugaskan sang lord.

Tangan Edward sudah siap untuk kembali melayangkan pukulannya kepada sang jendral tapi tiba-tiba ia terhenti cengkraman di leher sang jendral terlepas, Edward langsung menegakkan tubuhnya matanya kembali menajam, baru saja Dave melapor, ada pergerakan besar dari arah selatan kastil Hyacinth oleh ribuan Vampire yang tiba-tiba menyerang.

Tanpa berkata apapun, sang Lord berjalan dengan tenang meninggalkan ruangan rapat menghiraukan tatapan bingung para petinggi. Edward tak henti menyeringai, berjalan dengan tubuh tegapnya yang terbalut baju kebesarannya dengan jubah berwarna biru gelap menjuntai dari baju tegapnya. Pria itu berjalan seorang diri melewati lorong Utama Kastil, para maid dan penjaga nampak terkejut dan secara reflex membungkuk hormat begitu siluet Edward melewati mereka, tanpa sadar mereka menghela napas lega saat tubuh Edward sudah tidak terlihat lagi.

"Edward! kau kemana saja? Aku mencari mu dari kemarin"

Tiba-tiba seorang gadis datang dengan tergesa-gesa mengangkat gaun merahnya yang menjuntai dengan belahan dada rendah langsung dengan branti memeluk tubuh Edward dengan tatapan menggoda.

Para penjaga yang ada disana melebarkan matanya kaget, dengan susah payah menelan saliva merasakan aura gelap semakin mendominasi disana. para prajurit sudah dilanda kekhawatiran melihat rau wajah sang lord yang semakin menggelap.

"Lancang!" Desis pria itu.

Amara tersentak kaget merasakan hawa dingin dan merasakan suara tajam dan menusuk membuat bulu kuduk nya meremang. Amara sedikit mendongak untuk melihat wajah pria itu, matanya terbelalak dengan wajah pucat pasi saat matanya ber'sitatap dengan manik merah ruby yang berkilat tajam.

Brak..

Tiba-tiba tubuh gadis itu melayang menghantam dinding dibelakangnya, gadis itu terbatuk dengan mulut yang mengeluarkan sedikit darah. Edward menyeringai lebar, menunjukan taring tajam nya sambal menatap tubuh gadis itu yang berusaha untuk berdiri

" Berani sekali, kau menyebut nama ku dengan mulut Kotor mu itu!" Desis Edward berjalan menghampiri Amara saat gadis itu berusaha untuk melarikan diri.

Dengan cepat Edward menarik leher gadis itu, mencekiknya dengan satu tangan hingga Amara reflex memegangi tangan Edward yang mencengkram lehernya kuat. Gadis itu ketakutan, hingga tubuhnya gemetar hebat dengan sekuat tenaganya ia berusaha memberontak tapi nihil cekikan di lehernya semakin menguat.

"M-maaf, m-maaf a-aku y-yang t-telah l-lancang" Ucap Amara terbata- bata , wajahnya semakin pucat karena kekurangan oksigen

Edwar tak bergeming, ia bahkan semakin mengencangkan cekikan nya dengan seringai lebar yang masih menghiasi wajah tampannya

"Kau, gadis yang berani melukai mate ku bukan?, orang yang menyakiti mate ku pantas untuk mati!"

Gadis itu terbelalak, matanya melirik keana kemari berharap ada orang yang akan menolongnya dari pria didepannya ini.

"Yang mulia, lepaskan dia nona Azalea tidak akan suka jika kau membunuhnya" tiba-tiba Dave muncul dari arah belakang dan berhasil menghentikan cekikan sang lord.

Mendengar itu, dengan tidak berperasaan Edward melempar tubuh gadis itu mengenai guci besar yang terletak di lorong kastil menyebabkan guci itu pecah dan mengenai tubuh Amara menimbulkan luka di tubuh gadis malang itu. Tanpa mengatakan apapun Edward dengan tenang nya melangkah meninggalkan gadis itu yang sedang berusaha meraup Udara untuk mengisi paru-parunya yang mengering.

TBC...

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!
PLEASE JANGAN JADI SIDERS!

HAPPY READING :)

The Witch Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang