Kemunculan Pertama

1.1K 87 1
                                    

(Hana POV)

            Langit merah perlahan-lahan berubah semakin gelap. Aku berjalan menyusuri tepi sungai kecil yang mengaliri sawah dan perkebunan desaku. Sebenarnya aku punya sepeda tapi aku lebih suka berjalan kaki sambil menikmati keindahan alam yang masih asri. Meskipun di malam hari terlihat menyeramkan karena hanya disinari oleh lampu listrik yang masih jarang dan tidak cukup banyak, tapi aku sudah terbiasa.

Tiba-tiba aku mendengar suara dari dalam area pepohonan. Aku berhenti sejenak. Sebenarnya aku penasaran karena aku seperti mendengar suara seseorang berteriak di sana. Tapi jarak rumahku sudah dekat. Hanya tinggal masuk gang kecil yang jaraknya hanya tinggal 3 meter dari tempatku berdiri. Walaupun aku ingin pulang secepatnya, tapi hati kecilku ingin menolongnya. Aku memang aneh dan banyak orang sering berkata begitu padaku. Aku tidak tahu kenapa tapi yang jelas mungkin karena aku yang selalu menjauh jika ada orang yang mendekat entah ingin belajar bersama atau hanya ingin berkenalan padaku. Aku tahu sikapku ini tidak baik, tapi aku hanya ingin hidup tenang tanpa ada masalah dengan orang lain. Meskipun pada akhirnya aku tetap mendapatkan masalah juga dari sikapku ini. Tapi yang pasti sekarang, aku tidak bisa memungkiri hatiku yang berhasil menggerakkan kakiku untuk mendekati daerah yang penuh dengan pohon lebat itu. Ketika aku berbalik untuk mencari sumber suara itu. Tiba-tiba dua orang laki-laki dewasa keluar dari semak belukar. Tak lama kemudian, seorang wanita juga keluar dari sana sambil berteriak.

"Pencuri!! Hey, kau yang disana kenapa kau tidak tangkap mereka tadi?" Ujar wanita sambil menunjukku dan terus berlari melewatiku. Aku kaget mendengar ucapannya.

“Dia bicara padaku?” Batinku masih terkejut. Lalu aku segera tersadar dari keterkejutanku dan segera ikut mengejar dua lelaki yang ternyata adalah seorang pencuri itu. Kupegang tas ranselku erat-erat. Pikiranku kini hanya tertuju untuk mengejar mereka tanpa memikirkan apa yang akan kulakukan saat berhadapan dengan mereka nanti. Adrenalinku terpacu untuk berlari semakin cepat. Tanpa sengaja, aku telah mendahului wanita pemilik tas itu dan kini jarakku dengan kedua pencuri itu semakin dekat. Aku terus mengejar mereka hingga tanpa sadar aku sudah melewati rumahku. Dan dalam hitungan detik, kini aku sudah menarik kerah keduanya dari belakang. Tangan dan kakiku tiba-tiba bergerak sendiri dengan cepat. Tak kurang dari 1 menit, aku berhasil memukul dan menendang mereka hingga terjatuh. Dapat kulihat dengan jelas ketakutan kini sedang tergambar di wajah mereka. Lalu mereka melarikan diri dan meninggalkan tas yang dicurinya di atas tanah. Aku sendiri hanya terpaku melihat kepergian mereka karena tiba-tiba tangan dan kakiku berhenti. Lalu ku ambil tas itu dengan penuh keheranan masih menyelimuti pikiranku sekarang.

“Kenapa wajah mereka ketakutan begitu? Seperti melihat setan saja?” Gumamku sambil memasukkan isi tas yang berceceran satu-persatu. Saat hendak kuambil bedak yang terbuka kacanya. Aku terkejut memandang wajahku.

"Oh tidak. Ada apa dengan mataku? Kenapa mataku semerah ini?" Ucapku seraya memegang mataku. Tak lama kemudian, suara wanita itu mendekat dan dengan cepat kumasukkan bedak itu ke dalam tasnya. Kuberikan tas tersebut dengan terus menundukkan kepalaku. Ia menerima tasnya dengan suara gembira.

"Wah, terima kasih ya, dek. Ini.." Sebelum selesai wanita itu bicara, aku lekas berlari meninggalkannya. Untungnya, ia tidak sempat melihat wajahku karena tertutup oleh rambut panjangku ditambah suasana di tempat itu yang hanya diterangi oleh lampu rumah yang tidak begitu terang. Yah, memang desa tempat tinggalku ini pasti tidak secerah dan seramai di kota. Jam 8 malam saja, sudah tidak ada orang keluar dari rumah.  Jadi aku terus berlari sambil menundukkan kepala. Hingga tak sengaja aku menabrak pundak seseorang dan meminta maaf cepat. Lalu kulanjutkan langkah kakiku hingga sampailah aku di depan rumahku. Kubuka pintu rumah cepat.

"Aku pulang!!" Ujarku keras lalu segera berlari ke atas kamarku tanpa menghiraukan panggilan nenek untuk makan bersama.

"Hanaa!! Kau tidak makan? Ayo cepat turun. Nenek sudah masak makanan kesukaanmu lho!" Ujar nenek sekali lagi.

"Nanti saja, nek. Nenek duluan saja. Maaf, nek aku capek banget sekarang!" Jawabku langsung mencari cermin kecil di kamarku yang tergeletak di atas meja belajar.

"Kalau begitu. Nanti jangan lupa makan, ya!" Ucap nenek.

"I-iya nek. Jangan kuatir. Na-nantu aku makan kalau sudah lapar!" jawabku. Aku masih terkejut melihat mata merahku sekarang. Tak luput pula kubuka mulutku lebar-lebar. Ternyata gigi taringku lebih panjang dari biasanya. Aku takut dan kututup mulutku.  Keningku berkerut. Kupelototi lagi mataku di depan cermin. Kucubit pipiku berkali-kali, berharap ini semua adalah mimpi. Tapi ternyata tidak. Karena frustasi ku acak-acak rambut lurusku, ku pukul-pukul kepalaku dan tak sengaja aku berteriak keras.

"Aaaa.... Tidak mungkiinnn!!!"

"Hana! Kau baik-baik saja, kan?" Tanya nenek khawatir. Dapat kudengar jelas suara langkah kaki sedang menaiki tangga. Dengan cepat, kututup lagi mulutku.

"Ti-tidak apa-apa, nek. Nenek tidak usah repot-repot kesini. Hana baik-baik saja kok!" Jawabku cepat.

"Beneran? Trus tadi kenapa kamu teriak-teriak? Jangan bohong sama nenek lho!"

"Beneran, nek. Hana baik-baik saja. Tadi cuman kaget lihat ada tikus lewat jendela!"

"Beneran lho ya. Kalau kamu ada masalah, bicara aja sama nenek. Kalau begitu, nenek turun ya!"

"Iya. Beres, nek!" Jawabku lega.

"Untung nenek gak kesini! Tapi apa bener nenek gak apa-apa lihat aku kayak gini? Aduh.. aku bingung!" pikirku kesal.

"Hmm.. Tunggu-tunggu. Berarti mereka kabur karena ini. Aduh.. sejak kapan aku berubah jadi aneh? Hari apa sih sekarang?" Tanpa banyak bicara lagi, aku langsung mengambil kalender. Sekarang hari kamis, malen jumat. Aku terkejut. Sebenarnya aku tidak begitu percaya dengan mitos-mitos. Tapi, aku benar-benar tidak tahu apa yang akan aku lakukan sekarang. Bagaimana jika aku tidak bisa kembali berubah menjadi wujud asliku seperti semula. Bagaimana jika aku tidak bisa sekolah besok. Bagaimana jika nenek takut melihatku seperti ini. Bermacam-macam pertanyaan mulai memenuhi otakku. Aku benar-benar takut dan cemas sekarang. Kurebahkan tubuhku di atas kasur. Lalu kupejamkan mata. Berharap ini senua adalah mimpi. Tapi kenyataan berkata lain. Tiba-tiba di tengah kegelisahan yang semakin membuncah, perutku bersuara.

"Aku lapar!" Ucapku sambil memegang perut. Aku melihat ke segala arah. Tak ada satupun makanan tergeletak di sana. Aku teringat ucapan nenek. Segera aku keluar kamar lalu turun ke bawah. Beberapa detik kemudian, aku sudah memegang roti isi strawberry di tangan. Aku memakannya dengan lahap. Aku tak menyadari nenek yang sedari tadi melihatku. Ketika sadar, aku meringis menatapnya.

"Tidak mungkin!" Ucapnya lalu pingsan. Untung aku cepat menangkapnya.

"Aduh. Tuh kan! Nenek kaget!" Ujarku lalu membawanya ke atas sofa dengan susah payah. Walaupun tubuhnya kecil, tapi badannya berat juga. Aku tak bisa meninggalkannya begitu saja sendirian disini. Jadi aku memutuskan untuk menunggunya di samping sofa. Kuamati nenek yang sudah kuanggap sebagai orang tuaku ini dengan seksama. Karena aku tak pernah kenal orang tuaku. Aku jadi tak ingin mengenal orang tuaku sendiri. Aku benar-benar menyayangi nenekku ini. Bahkan keberadaannya saja sudah cukup bagiku. Pada saat itulah, aku baru menyadari kalau nenekku sudah cukup tua. Rambut putihnya yang sudah menyebar di seluruh rambut kepalanya. Kulitnya yang sudah tak segar seperti dulu. Membuatku ingin melindunginya. Akan tetapi, saat aku tengah mengamatinya dari jarak dekat ini. Kenapa jantungku berdegup kencang? Anehnya lagi, aku dapat melihat aliran darah nenekku dengan jelas sekali. Mataku serasa menikmatinya. Tanpa sengaja, mataku berhenti terpaku menatap bagian leher nenek. Tanpa sadar, mulutku tiba-tiba terbuka lebar.

"Oh tidak, bagaimana bisa aku merasa haus dan lapar sekarang? Padahal aku sudah menghabiskan dua bungkus besar roti isi strawberry?".

***

Jangan lupa tinggalkan jejak ya! Jejak vote atau komen kalian sangat berati bagi Author. Terima kasih sudah mampir! ^_^

DARAHKU: UNTOLD BLOOD (Pending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang