Rencana

550 44 3
                                    

Malam itu, Ryukaze-san mengundang para pemimpin wilayah untuk mengadakan sebuah rapat dadakan. Meskipun dihadiri oleh para ketua wilayah bagian dan bukan para pemimpin pusat, tapi kemampuan mereka tidak bisa dianggap remeh. Hal ini dikarenakan para pemimpin wilayah pusat yang terdiri oleh para tetua vampir (1) (selain Ryu-san) tidak mau menghadiri rapat di kastilnya.

"Maaf, meminta kalian semua datang tiba-tiba disini karena ada sesuatu mendesak yang ingin kubicarakan dengan kalian semua," ucap Ryu-san membuka rapat tersebut.

"Jangan bilang kalau buron pirang itu masih hidup," sahut ketua wilayah daerah utara, Eiji Hayakawa tiba-tiba seraya menyalakan rokoknya, tapi tindakannya cepat-cepat dihentikan oleh wanita berambut merah disampingnya dengan mengambil korek apinya dalam sekejap mata. Pria berambut panjang itu menjadi kesal karena hobinya terganggu.

"Jangan merokok saat kita sedang rapat, Eiji. Kenapa kau tidak pernah mendengarkanku? Dasar bodoh!" ucap wanita berkacamata (ketua wilayah jepang bagian selatan) dan menyimpan korek itu ke dalam saku baju merahnya.

"Eiji-san, Hikari-san, seriuslah sedikit dan dengarkan ketua," potong Seimaru. Kedua vampir itu mendapat tatapan tajam dari Kazuya yang duduk di samping Ryu-san, dan mereka pun terdiam, kembali serius.

"Tak satupun dari mereka yang percaya jika Stein masih hidup. Aku bahkan sudah berusaha bertemu Vlads, tapi dia tidak mau membicarakan orang itu, dan pergi begitu saja. Mungkin mereka tidak ingin meragukan kemampuan Vlads," lanjut Ryu-san serius.

"Jadi aku akan mempercayakan tugas ini pada kalian, aku yakin kalian pasti bisa. Aku akan membantu kalian semampuku," tambah Ryu-san. Kenichi yang tak terima dengan sikap mereka pada pamannya pun memukul meja dengan kepalan tangan kanannya.

"Lalu apa yang harus kita lakukan dengan orang itu? Haruskah kita memburunya sendiri tanpa bantuan dari mereka? Itu mustahil. Ini kan salah mereka, mengapa mereka jadi lepas tangan semudah itu? Pemimpin macam apa mereka! Dasar tidak bertanggung jawab!" ucap Kenichi kesal.

"Tahan emosimu, Ken. Kita harus bersikap dingin dalam situasi seperti ini," saran Seimaru yang duduk di depan Kenichi.

"Maaf, untuk urusan kali ini, aku tidak bisa ikut membantu, paman. Aku tidak mau mengorbankan bawahanku dengan tugas sia-sia ini," lanjut Kenichi dan menenggelamkan wajahnya ke dalam tangannya di atas meja.

"Tidak. Justru karena tak ada satupun yang mempercayai kita, kita harus menemukan dan menangkap mereka. Jangan dimusnahkan, biar Vlads tahu apa kesalahannya," sahut Kazuya yang membuat ruangan menjadi agak sedikit gaduh.

"Dia kan vampir yang sudah mempelajari ilmu terlarang. Bagaimana cara kita menangkapnya? Kita tidak tahu lagi kekuatan apa yang dimilikinya sekarang. Dulu saja waktu para petinggi vampir di seluruh dunia dikerahkan sudah kesulitan, apalagi sekarang yang tinggal kita saja. Aku ragu kita berhasil," ujar Akashi Kirito agak pesimis. Vampir bertubuh pendek itu lalu meminum cairan merah dari botol yang selalu dibawanya kemana-mana. Meski bertubuh pendek, usianya sudah cukup dewasa lho. (Coba tebak berapa umurnya? Hihi :D)

"Kita akan menggunakan Hana sebagai umpan," ucap Seimaru tiba-tiba. Kenichi yang sudah tertidur, tersentak kaget dan membuka matanya.

"Tunggu dulu. Apa maksudnya ini? Hana menjadi umpan? Apa kau sudah tidak waras, Seimaru-san? Aku tidak setuju, dia kan vampir muda. Kita tidak bisa melibatkannya," potong Kenichi. Para vampir yang lain seperti Akashi, Eiji, Rei dan Hikari pun merasa aneh dan meminta penjelasan dari Seimaru karena mereka tidak tahu siapa dan kenapa harus melibatkan orang lain, apalagi seorang vampir muda yang tak mereka kenal.

"Hana adalah seorang gadis yang diincar oleh Stein sekarang untuk menjadi pasangannya. Aku menduga jika dia adalah gadis yang akan digunakannya untuk menyempurnakan ilmu terlarangnya (Forbidden Power) itu. Kalian masih ingat legenda itu, kan?" jelas Seimaru.

DARAHKU: UNTOLD BLOOD (Pending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang