Permintaan

622 45 15
                                    

Holla semua. Kangen ga sama kelanjutannya? Lets check this one out. ^^

***

Di sebuah taman di halaman belakang kastil Ryu-san. Hana dan Kenichi sedang duduk bersama di atas sebuah bangku panjang disana usai latihan.

"Oh ya, beberapa hari yang lalu, Katsumi sensei memintaku untuk ikut olimpiade matematika dan membiarkanku untuk memilih partnerku sendiri. Tapi akumasih belum bisa mengendalikan diriku sendiri. Aku takut jika aku tetap ikut, kenyataan bahwa aku seorang vampir akan terbongkar. Menurutmu aku harus bagaimana?"

"Kenapa kau tidak berusaha untuk menolak? Jadi kau bisa berkonsentrasi untuk mengendalikan dirimu terutama kekuatanmu itu."

"Aku sudah berusaha menolaknya dengan halus, tapi beliau mengingkan aku untuk ikut. kau tahu sendiri kan bagaimana beliau menginginkan sekolah kita untuk..."

"Jadi bagaimana? Apa yang akan kau lakukan? Kalau aku sih tidak mau berurusan dengan hal begituan. Menghabiskan waktu saja," terang Kenichi. Hana terdiam sejenak.

"Sebenarnya... aku justru ingin mengajakmu ikut. Kau kan pintar!" Kenichi menoleh dan menatap Hana sejenak. Tak lama kemudian dia berujar,"Kenapa kau tidak ajak Kazuya saja.."

"Tidak bisa. Aku tidak ingin membuat orang lain salah paham lagi. Seenaknya saja dia meminta anak-anak di sekolah untuk berbuat baik padaku. Aku tidak habis pikir kenapa dia mau melakukan hal itu padaku? Membuatku malu saja," Hana mendengus kesal. Nampaknya ia masih tidak bisa melupakan kejadian di sekolah waktu itu sembari memainkan kakinya di atas tanah, menggores-gores tanah dengan sepatunya.

"Dasar, orang sok populer. Suka berbuat seenak hatinya saja padahal kita kan baru bertemu. Aku tidak bisa menghadapinya kalau dia seperti itu terus. Huft..."

"Kau menyukainya ya," tebak Kenichi tiba-tiba. Gadis itu terkejut dan cepat-cepat menatap Kenichi heran.

"Eh? Kenapa kau bilang seperti itu? Aku tidak menyukainya. Sungguh!"

"Habis daritadi kau membicarakannya terus. Lihat pipimu merah!" goda Kenichi seraya menunjuk wajah Hana. Gadis itu memegang kedua pipinya cepat.

"Eh? Masa sih! Kau bohong, kan?" ujar Hana tak percaya. Kenichi pun tertawa melihat wajah panik Hana.

"Ahaha... Kau lucu sekali kalau panik," ucap Kenichi seraya memegang perutnya yang sakit karena sudah menahan tawa. Merasa dipermainkan oleh lelaki di sampingnya, Hana memasang wajah cemberut dan kesal.

"Sudah-sudah. Jadi bagaimana dengan tawaranku tadi? Kau mau tidak, kalau tidak mau, aku pergi sekarang," ucap Hana lekas berdiri dari tempat duduknya.

"Hey, aku kan cuman bercanda tadi. Kenapa kau jadi sensitif sekarang?"

"Aku tidak sensitif. Bilang saja tidak mau, kalau begitu aku pergi!" Sebelum Hana sempat melangkah lebih jauh, Kenichi menarik tangannya.

"Oke. Aku serius sekarang. Begini ya, bukan maksudku untuk tidak mau jadi partnermu, tapi menghabiskan waktu dengan hanya memikirkan rumus dan soal seperti itu sama sekali bukan gayaku. Kalau kau memintaku untuk menemanimu saja, aku pasti mau melakukannya. Sungguh!" Hana pun menoleh, memandang sosok di depannya sekarang, melepaskan genggaman tangan Kenichi lembut lalu berujar,"Kalau begitu, aku minta maaf sudah memaksamu untuk ikut hal yang sama sekali bukan gayamu."

"Bu-bukan begitu. Aduh, gimana ya. Hmmm... baiklah aku akan memikirkannya dulu," ujar Kenichi seraya mengacak rambut Hana lagi.

"Baik. Aku memberimu waktu satu hari."

DARAHKU: UNTOLD BLOOD (Pending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang