The Second Impression

1.3K 106 1
                                    

“Hey. Ada apa ini? Kenapa mereka semua ada disini? Kau juga kenapa ada disini, Seimaru?” Tanya dokter di UKS itu kaget melihat ada banyak pasien yang dibawa ke tempatnya. Dokter yang baru masuk itu pun langsung duduk mengecek pasiennya.

            “Maaf, paman. Sebenernya aku kesini cuma pengen mau ketemu sama Kazuya. Eh, ga taunya malah ketemu sama anak bandel ini. Ini tuh gara-gara Kenichi yang pake acara nakut-nakutin sore-sore gini!” Jawab Seimaru seraya duduk di samping dokter itu yang ternyata adalah pamannya sendiri.

            “Kau jadi vampir lagi?” Tanya dokter itu tak percaya.

            “Habis aku kesel aja sama mereka. Tapi aku janji ga akan ngulangi lagi!” Jawab Kenichi. Kemudian dokter itu beranjak dari tempat duduknya lalu merangkul pundak Kenichi.

            “Kalau begitu, kau jaga mereka ya. Aku mau pulang dulu. Kalau sampai jam 5 mereka belum juga bangun, ya kau bawa saja ke rumahnya masing-masing. Jalanmu kan cepet, Ken!” Jelas Paman Seimaru sebelum ia pergi.

            “Baiklah, aku pulang dulu ya!” Lanjut dokter itu seraya mengambil tasnya dan melemparkan kunci UKS pada Kenichi. Murid kelas dua itu pun menangkapnya dengan baik. Tak lama kemudian, Seimaru beranjak juga dari tempatnya.

            “Aku juga. Udah jam 3 nih. Kazuya kau mau pulang juga?” Tanya Seimaru melihat Kazuya yang juga akan keluar dari sana.

            “Enggak. Dia cuma mau ngirup udara luar aja. Iya, kan Kazuya?” Cerocos Kenichi. Kazuya hanya tersenyum mendengarnya lalu keluar dengan diikuti Seimaru di belakangnya.

***

            Di luar UKS. Seimaru menanyakan kembali pertanyaannya yang belum dijawab oleh Kazuya. Kazuya sendiri menghembuskan napasnya. Ia memejamkan mata seraya menikmati udara sore di desa kecil ini. Ya, ini adalah hari keduanya sejak kepindahannya dari kota.

            “Kau dengar sendiri apa kata Kenichi. Secara tidak langsung dia memintaku untuk menemaninya. Aku gak nyangka ternyata dia udah sebesar itu tapi sikapnya masih gak berubah sampai sekarang. Childishnya masih sama!” Jelas Kazuya pada temannya itu. Seimaru pun manggut-manggut setuju.

            “Memang. Tapi jujur saja, sebenernya aku penasaran dengan alasan kepindahanmu di desa kecil seperti ini. Jangan bilang kau mengejar Stein sampai ke sini!” Tebak Seimaru.

            “Kau benar. Aku memang masih belum bisa melepaskan orang itu!” Jawab Kazuya masih memandang langit sore itu.

            “Hey, Kau masih mencari orang yang sudah dimusnahkan oleh Vlads? Ya ampun. Lagian Eliza sudah tenang disana. Sudah hampir satu setengah abad, Kazuya. Come on, man! It’s time to move on! Kamu ga percaya sama kekuatan pemimpin tertinggi kita?” Seimaru mencoba untuk menyadarkan sobatnya ini. Meskipun ia sendiri juga masih sulit melupakan sosok Dianne yang baru 2 bulan meninggalkannya.

            “Bukannya gak percaya. Aku tahu sendiri kalau dia itu satu-satunya vampir yang bisa merubah dirinya sendiri. Soalnya aku pernah ngeliat dia berubah jadi pacar Sarah dan merusak hubungan mereka!” Jelas Kazuya sambil menatap langit. Ia menghembuskan napas panjang. Wajahnya terlihat lelah. Tampaknya ia tidak sesemangat dahulu dalam menjalani hidup. Seolah-olah ia tengah menjalani hidup yang berat. Ia pun mencurahkan perasaan yang dialaminya dengan terbuka pada sobatnya yang satu ini.

            “Kenapa Tuhan membiarkan makhluk seperti kita masih hidup di dunia? Aku bisa gila kalau hidup seperti ini terus-menerus!”. Seimaru yang mencoba untuk mengerti keadaan sobatnya ini lalu menepuk pundaknya. Kazuya menoleh dan memandang Seimaru seolah–olah ia meminta jawaban dari segala pertanyaan dalam pikirannya selama ini.

            “Kawan. Kau pasti ingin tahu kalau banyak manusia disana ingin merasakan muda terus-menerus sepertimu. Tapi bukannya aku memintamu untuk menikmati masa muda abadimu ini. Kau bisa bosan nantinya. Tapi kita punya tugas dan peraturan kita sendiri. Ingat kata-kataku ini, Kazuya!” Setelah berbincang banyak dengan Kazuya selama hampir satu jam setengah, Seimaru berlalu meninggalkannya. Setelah itu, Kazuya masuk ke dalam UKS. Minami, Itano dan Haruna sudah bangun. Mereka terlihat sedang memarahi Kenichi.

            “Aku kan sudah bilang. Aku bukan vampir. Kalian itu tadi tiba-tiba aja pingsan di kebun belakang. Jadi aku bawa kalian semua kesini. Beneran!” Jelas Kenichi. Sepertinya ia tidak bisa meyakinkan empat sekawan yang berada dalam emosi membara karena merasa dipermainkan oleh Kenichi.

            “Kenichi benar. Aku tadi membantunya membawa kalian yang entah kenapa bisa pingsan disana. Oh ya, Sekarang sudah jam setengah lima sore lho. Kalian gak pulang?” Sela Kazuya berusaha membela rekannya.

            “Ohya? Karena Kazuya yang bicara. Aku percaya. Tapi awas kalau kau macem-macem. Aku gak akan melepaskanmu!” Ancam Haruna dengan diikuti oleh anggukan dan sahutan membenarkan dari ketiga temannya. Hana yang mendengar suara ribut mereka pun terbangun. Tanpa banyak bicara, ia beranjak dari kasurnya lalu mengambil tasnya sambil memegangi kepalanya. Kenichi yang keheranan melihatnya pun bertanya.

            “Hey, kau. Kau mau kemana?”

            Karena Hana tidak merasa namanya dipanggil ia terus berjalan melewati Kenichi. Kenichi yang merasa tidak dihiraukan memegang lengannya. Dengan terpaksa Hana menoleh dan menatapnya datar.

            “Kau bicara padaku? Tentu saja aku mau pulang. Untuk apa aku disini terus-menerus?” Jawab Hana dan mengibaskan lengannya. Lalu ia berjalan pergi keluar UKS.

            “Aku juga mau pulang. Minggir kau, tukang sulap palsu!” Ujar Haruna kesal lalu melewati Kenichi seraya menyenggol pundaknya. Ketiga temannya yang lain pun menatap Kenichi dengan tatapan serupa dan langsung mengambil tasnya masing-masing yang dikumpulkan di atas meja. Setelah itu, mereka keluar dengan menggerutu tak jelas.

            Usai kepergian para siswi itu, Kenichi duduk dengan masih menahan emosi terhadap tingkah mereka. Ia mengacak-acak rambutnya kesal. Kazuya pun ikut duduk disampingnya.

            “Hey, aku kira kau sudah biasa dengan sikap mereka. Kau kan sudah setahun disini!” Ujar Kazuya membuka suara.

            “Iya, aku tahu. Kayaknya gue butuh refreshing deh!”

            “Dasar! Kau ini emang gak pernah berubah! Lakukanlah sesukamu. Pokoknya jangan buat onar lagi! Kalau gitu, aku pulang dulu!” Ujar Kazuya dan membawa tasnya. Usai mengunci pintu, dengan cepat Kenichi mengejarnya dan merangkul leher Kazuya dengan tangan kirinya.

            “Óiya, kau pasti dengar pembicaraanku sama Seimaru. Kalau kau mau tanya tentang hal itu, lebih baik kau lupakan saja!”

            “Hmm.. Gimana kalau lo ikut jalan-jalan sama gue besok? Pasti seru. Ini kunjungan pertama lo, kan?” Ajak Kenichi.

            “Kau ini! Aku kan murid rajin. Mana bisa aku bolos di awal hari sekolahku?”

            “Ayolah! Sekali-kali refreshing, jalan-jalan. Jangan mikir Dia terus-terusan!” Kenichi terus mencoba untuk merayu Kazuya. Niatnya sih baik untuk menghibur sosok teman yang sudah dianggapnya seperti kakaknya sendiri.

            “Kita lihat besok saja!” Jawab Kazuya kemudian dengan senyum penuh rahasia. Lalu ia berlari meninggalkan Kenichi.

***

Jangan lupa tinggalkan jejak ya! Jejak vote atau komen kalian sangat berati bagi Author. Terima kasih sudah mampir! ^_^

DARAHKU: UNTOLD BLOOD (Pending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang