Penangkapan Buronan

643 56 2
                                    

Sebuah mobil berwarna merah muda melewati jalan setapak yang sepi karena tak ada satupun mobil yang lewat. Tiba-tiba dari kejauhan terlihat enam ekor serigala yang akan datang mendekat dari segala penjuru. Pengemudi mobil, Haruna tiba-tiba menginjak rem mendadak.

"Bagaimana ini? Aku takut. Mereka datang darimana-mana," ucap Minami khawatir dan meraih tangan Yurike yang juga gemetar di sampingnya.

"Aku masih belum mau mati. Ba-baimana sekarang, Haruna? Kenapa kau juga lewat daerah sini?" tanya Yurike tak bisa menyembunyikan rasa takut di wajahnya.

"Lihat! Mereka semakin dekat. Apa kita tidak bisa langsung pergi saja darisini?" saran Itano di samping Haruna.

"Sudah cukup. Kau mau aku menabrak hewan buas itu? Aku bukan pembalap, tahu? Kalian bisa membuatku benar-benar gila jika terus berbicara. Biarkan aku berpikir sebentar!" ucap Haruna tak mau disalahkan. Seisi mobil pun terdiam. Keadaan mulai memanas dan mencekam. Teman-teman Haruna menutup mata mereka, saling merangkul satu sama lain. Pasrah.

"Bagaimana bisa ada serigala di tempat seperti ini? Huh. Harusnya mereka memasang papan peringatan. Membuatku kesal saja!" Haruna masih menggerutu tak jelas.

"Begini saja, biar aku yang keluar mengalihkan perhatian mereka. Kalian tetap disini dan segeralah pergi. Jangan khawatir, aku takkan membiarkan mereka mengejar kalian. Lagipula aku pernah belajar karate kok."

"Tap-tapi, Hana..." Sebelum sempat mendengar pendapat mereka, Hana sudah keluar dari mobil tersebut dan langsung berlari ke arah lain. Meihat ada mangsa hidup yang keluar, para serigala itu beralih mengejarnya. Ia tak gentar sedikitpun melewati serekor seigala di depannya yang siap menerkamnya kapan saja. Gerakan kakinya cepat, sehingga dengan mudah ia menghindari serangan serigala tersebut. Hana menggiring mereka semakin masuk ke dalam hutan. Sedangkan Haruna segera tancap gas dan pergi dari tempat itu.

"He-hey, Haruna. Kau mau membiarkan serigala-serigala itu mengejarnya sendirian? Apa kau sudah gila? Lagipula ide siapa yang membawa kita semua ke tempat ini? Apa ini semua juga rencanamu, hah?" Itano mulai khawatir dan kali ini tak sependapat dengan sikap Haruna.

"Memangnya aku sejahat itu? Aku sendiri tidak tahu akan ada serigala di tempat ini. Ah, sudahlah. Yang penting kita harus cepat pergi darisini!"

"Baiklah, aku akan menelepon polisi untuk membantu teman kita" ujar Minami seraya mengambil ponselnya.

"Aduh. Bagaimana ini? Apa benar kita bisa keluar dengan selamat darisini. Aku benar-benar takut sekarang!"

"Sudah diam saja, Yurike. Jangan mengganggu konsentrasiku. Banyak-banyaklah berdoa. Kau mau membiarkan pengorbanan Hana sia-sia. Aish..." sahut Haruna seraya mempercepat laju mobil agar cepat sampai menemukan pemukiman terdekat.

***

Di sisi lain, seorang gadis berseragam terus mempercepat laju kakinya. Ia mengorek-orek isi tas lalu mengambil ponselnya.

"Oke. Jadi siapa yang harus kuhubungi untuk membantuku sekarang? Apa si vampir itu atau si pemburunya? Ah, ini benar-benar membuatku pusing," ucap Hana seraya terus berlari dengan terus menatap medan di depan, sesekali ia memamdang layar ponselnya untuk melihat daftar nama kontak yang hanya berisi tiga nama yaitu neneknya, Mr. A dan Mr. B. Entah siapa yang akan dihubunginya, yang pasti bukan nenek. Melihat ada sebuah pohon besar di depan, gadis itu bersiap-siap untuk melompat dan mendarat di salah satu ranting paling besar. Dan, "Wuusshh!". Ia berhasil. Tanpa banyak bicara, ia melihat kembali ponselnya, ternyata layar ponsel menunjukkan sudah aktif memanggil, tinggal menunggu penerima menjawabnya.

"Hah? Mr. B? Sejak kapan aku memencetnya? Ah, biarlah. Kumohon cepat diangkat!"

Tiga kali suara dialihkan. Ia terus mencobanya hingga beberapa menit kemudian para serigala itu kini sudah berada di bawahnya. Untungnya pohon itu besar dan lumayan tinggi, jadi ia masih bisa bertahan disana meskipun hanya sebentar. Para serigala itu bergantian melompat dan memanjatinya. Tapi serangan membabi buta mereka yang terus mendorong di sekeliling pohon itu lambat laun dapat menggoyangkan pohon. Gadis itu memegang kuat-kuat ranting pohon dengan tangannya sekuat tenaga, berusaha mengimbangi badannya agar tidak terjatuh. Ia terus berusaha bertahan sampai orang tersebut menjawab teleponnya.

DARAHKU: UNTOLD BLOOD (Pending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang