Pengakuan Shuzaburo?

290 22 2
                                    

"Leganya. Apa yang sedang Hana lakukan sekarang ya? Apa daritadi dia masih menungguku?"

Kenichi terlihat lebih bersemangat saat keluar dari toilet. Perutnya sudah agak lebih baikan. Tak jauh disana, ia bertemu dengan Atsuki, wanita berambut hijau yang baru datang dari pintu belakang. Wajahnya terlihat seperti orang malas dengan tusuk gigi yang selalu digigit didalam mulutnya dan tidak pernah jatuh termasuk saat ia sedang berbicara.

"Eh? Ternyata kau, Ken. Apa yang kau lakukan di restoranku? Kau tidak makan gratis lagi, kan?"

Atsuki melepaskan tangan Kenichi yang tiba-tiba sudah melingkar di lehernya. Tapi justru Kenichi semakin mempererat rangkulannya.

"Ayolah, Atsuki-chan. Kau teman baikku, bukan? Lagipula aku tidak datang sendirian. Kali ini aku membawa seorang muridku."

Atsuki tertawa. Tak percaya dengan ucapan Kenichi barusan.

"Murid? Kau bercanda. Tak ada seorang pun yang mau menjadi murid dari guru sepertimu, tahu? Kalau kau bisa punya murid, aku pasti sudah menjadi kepala sekolah dan tidak membuka restoran seperti ini."

Kenichi menoyor kepala orang disampingnya ini.

"Enak saja. Kalau tidak percaya, lihat saja sendiri. Dia sedang duduk disa..."

Kalimatnya berhenti ketika sosok muridnya tak ada di ruang makan. Ia lekas berlari ke meja yang tadi digunakannya bersama Hana. Tak percaya, ia bertanya pada pelayan yang bertugas disana. Usai mendapatkan informasi yang dibutuhkan, ia lekas berlari keluar restoran. Diikuti oleh Atsuki dibelakangnya.

"Hey, kau mau pergi kemana? Mau mencari murid atau pacar? Kudengar dia seorang wanita." goda Atsuki.

"Berisik. Diamlah atau bantu aku saja."

Kenichi bertanya pada setiap orang di sekitar toko itu. Tapi tak seorang pun melihatnya. Hingga ia bertanya pada orang-orang di seberang. Tiba-tiba seorang remaja dengan seragam lusuh berjalan mendekati mereka.

"Sepertinya saya tahu kemana orang yang tuan maksud."

Tanpa banyak basa-basi lagi, ia lekas meluncur ke dalam hutan, diikuti Atsuki di belakangnya.

"Kenapa kau tidak memberitahuku kalau di wilayah ini ada yang melakukan kanibalisme?"

Wajah Kenichi berubah kesal pada orang disampingnya sekarang.

"Hey. Aku juga tidak tahu kalau ada vampir seperti itu di daerah ini. Kau tahu sendiri kalau aku lebih suka tidur daripada menyelidiki hal seperti itu. Memangnya apa yang sebenarnya sedang terjadi sih, Ken?" tanya Atsuki penasaran.

"Makanya jangan tidur melulu. Sekali-kali pikirkan kehidupanmu juga. Dengar ya, ini rahasia. Jadi jangan kau bocorkan hal ini pada siapapun. Atau aku akan memusnahkanmu saat itu juga."

Wajah Kenichi berubah serius. Ia menoleh sejenak pada Atsuki. Melihat wanita berambut pendek itu mengangguk setuju. Akhirnya Kenichi berbicara singkat.

"Percaya atau tidak. Vampir gila bernama Stein itu masih hidup."

Tusuk gigi yang sedari tadi berada di bibir Atsuki hampir terlepas begitu saja saat mendengarnya. Ia benar-benar tak bisa menyembunyikan rasa keterkejutannya itu.

DARAHKU: UNTOLD BLOOD (Pending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang