KEBIMBANGAN #2

876 76 6
                                    

"Kenapa? Apa kau tidak percaya pada kami?" Lanjut Seimaru terus menginterogasi tanpa berhenti bagaikan seorang detektif yang terus memburu informasi dari terdakwanya. Nadanya tetap tak berubah dari awal hingga pertanyaannya terakhir. Telinga Hana berubah kemerahan. Sudah hampir setengah jam, sosok di depannya ini -Seimaru- berbicara panjang lebar sambil terus mencecarnya dengan berbagai macam pertanyaan di setiap akhir ceritanya. Nampaknya Hana sudah tak kuat lagi menahan amarahnya. Ia pun menghembuskan napas panjang, menegakkan wajah lalu menatap orang-orang di dalam mobil itu satu-persatu.

"Baiklah. Kurasa sudah cukup. Entah kalian seorang pembasmi vampir atau apapun itu hingga bisa menyelamatkanku dari vampir itu. Terima kasih atas pertolongan kalian. Tapi, kurasa aku sudah seharusnya berhenti sekarang. Lagipula tidak baik meminta bantuan terus-menerus dari orang yang baru dikenal, bukan? Jadi aku takkan membebani kalian lagi. Jangan khawatir, aku akan mengingat wajah kalian sampai aku menemukan suatu cara untuk cara membalas budi kalian!"

Ucapan Hana sukses membungkam rentetan pertanyaan Seimaru. Nampak sebuah ukiran senyum tersungging dari bibirnya. "Akhirnya dia bicara juga!" batin Seimaru.

Pria berjas hitam di samping Seimaru pun ikut tersenyum sendiri. Sementara Kazuya tiba-tiba melepas headphone merahnya, lalu menatap gadis di sampingnya. Sesaat Hana merasakan hatinya bergetar ditatap Kazuya seperti itu.

"Semakin lama, kau mirip dengan Eliza ya Hana. Benar kan, Kazuya?" Sahut Seimaru. "Hmm.. kalau dilihat terus-menerus sih, tidak juga. Tapi aku tertarik dengan ucapanmu yang ingin balas budi itu. Apa benar kau ingin membalas kami?" Tatapan Kazuya masih tak berubah. Tak bergerak satu senti pun menatap sosok di sampingnya lekat-lekat, membuat Hana memalingkan wajahnya.

"Te-tentu saja.." Sahut Hana cepat dan melihat ke luar jendela.

"Bagus. Kalau begitu, lebih baik kau berterus terang saja pada kami. Semua kejadian malam itu secara rinci. Itu saja sudah cukup!" Potong Kazuya lalu kembali menyandarkan punggungnya di kursi mobil yang dirasanya empuk.

"Aku akan mendengarkannya. Kurasa waktunya cukup sebelum kita sampai di sekolah!" Lanjut Kazuya dan kembali memejamkan matanya. Segera Hana melihat jam tangannya, memastikan bahwa perjalanan masih cukup panjang atau tidak. Jarum jam menunjuk angka 6 dan 3. Tapi nampaknya Hana masih berpikir lagi untuk mau berterus terang pada mereka. Tiba-tiba sebuah ide terlintas dalam benaknya. Ia ingin memastikan sesuatu dulu sebelum berterus terang pada mereka.

"Sebelumnya, aku ingin bertanya sesuatu pada kalian. Apakah kalian adalah pemburu vampir? Lalu apa kalian akan membunuh makhluk bertaring panjang itu saat bertemu mereka nanti?" Tanya Hana pelan-pelan. Mungkin getaran hatinya sekarang adalah karena kegugupan yang menyelimutinya. Ia memutuskan untuk berterus terang atau tidak tergantung dari jawaban yang akan dilontarkan oleh mereka nanti.

"Haruskah aku menghipnotisnya saja, Kazuya? Setelah itu, aku pasti akan menghapus memorinya tentang dunia vampir. Bagaimana? Apa kau setuju?" Kazuya membaca pikiran Seimaru. Ya, mereka dapat berkomunikasi lewat pikiran. Hanya beberapa vampir saja yang dapat melakukannya. Memang dunia vampir dapat terjaga dari campur tangan kehidupan manusia sebab vampir pengawas dan vampir tertentu berpangkat tinggi dapat menghapus memori manusia jika manusia sudah mengetahui dunia mereka terlalu jauh. Sehingga mereka hanya dikenang melalui kisah-kisah dan sejarah yang ada. Dengan cara itulah, mereka dapat berbaur dan hidup dengan para manusia.

"Jangan! Nanti saja. Aku ingin memastikan dulu, apakah dia benar-benar reinkarnasi Eliza Kurosawa yang tak pernah bisa berbohong padaku atau bukan?" Seimaru menghembuskan napas panjang mendengar jawaban Kazuya yang tidak memuaskannya.

DARAHKU: UNTOLD BLOOD (Pending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang