6 : Canggung

1.4K 127 9
                                    

Sorry for typo & kata yang hilang 🙏

❄️❄️❄️💙💙💙❄️❄️❄️

"Pagi sayang..." Sapa Perth kepada Lenka yang baru saja keluar dari kamar Meen, sudah sedari tadi Perth berdiri di depan kamar Meen. Sebenarnya ingin dia ketuk pintu kamar Meen, tapi dia ragu terlebih lagi dia teringat dengan perkataan Meen semalam.

"Papa!" Sahut Lenka senang.

"Pagi kak!" Sapa Perth ala kadarnya kepada Meen sebagai basa basi sambil menggendong Lenka tanpa melihat Meen dan tanpa menunggu respon Meen. Perth memang tidak mengharapkan respon Meen.

"Beratnya kamu nak..." Keluh Perth ketika Lenka berada dalam gendongannya, dia berjalan menuju meja makan.

Lenka menganggap perkataan Perth tadi sebagai pujian, dia senang, amat sangat senang, sudah lama dia dambakan Perth menggendong dirinya.

Cup!
Lenka mengecup singkat bibir ranum Perth. Setelahnya dia tertawa kecil nan malu-malu kepada Perth.

Lalu Meen, dia hanya melihat dari belakang, mengikuti langkah kaki Perth dan tanpa dia sadari dia tersenyum melihat interaksi Perth dan Lenka.

Begitu sampai di meja makan, Perth mengambilkan makanan untuk Meen, setelahnya dia ambilkan untuk Lenka, dia juga menyuapi Lenka makan padahal Lenka sudah bisa makan sendiri.

Sekali lagi, Meen hanya melihat Perth dan Lenka di sela acara makannya sampai akhirnya matanya tertuju kearah cincin pernikahannya yang ada di jari manis Perth.

Greph!
Meen meraih tangan Perth yang ada cincin pernikahannya.

"Ada apa kak?" Tanya Perth agak kaget.

"Sepertinya Daddy juga mau di suapi papa!" Jawab Lenka tanpa pikir panjang dengan wajahnya yang polos.

"Hehh, benarkah kak?" Respon Perth tidak percaya, Meen hanya tersenyum tipis, sampai detik ini dia masih tidak percaya Perth memakai cincin pernikahannya mengingat Perth sangat membenci pernikahannya. Mungkin dunia mau kiamat.

"Aku pikir cincin ini kamu buang!" Kata Meen seraya melepas tangan Perth, dia kembali melanjutkan acara makannya.

"Adek sebrengsek itu yah kak? Sebenarnya seberapa brengsek adek sih kak?" Tanya Perth sendu.

"Papa nggak brengsek, papa hanya nakal!" Yang menjawab pertanyaan Perth itu Lenka karena Meen enggan tuk menjawabnya.

"Nakal?"

"Iya! Papa sering tidak pulang-pulang! Setiap kali papa pulang, papa selalu marah-marah, sering adu mulut dengan daddy, sering pergi main sampai mabuk, bikin onar di sana-sini, papa juga..."

"Juga apa?"

"Selingkuh! Papa lebih sering menghabiskan waktu papa bersama pria selingkuhan papa!" Perkataan Lenka membuat Meen menghentikan acara makannya, dia segera menghampiri Lenka sedangkan Perth, dia terdiam membisu. Sakit.

"Lenka tahu dari siapa kalau papa selingkuh?" Tanya Meen mencemaskan mental kejiwaan Lenka, setahu Meen dia sudah menutup rapat-rapat semua kejelekan Perth untuk Lenka, agar Lenka selalu berpikir betapa baiknya Perth itu. Dalam hatinya dia menyumpah-serapahi orang yang sudah mengatakan semua keburukan Perth kepada Lenka.

"Nenek yang bilang, kata nenek, Lenka juga bukan putra Daddy, katanya Lenka anak..." Meen segera memeluk Lenka agar Lenka tidak menyudahi perkataannya.

"Itu semua tidak benar, Lenka putra Daddy, kesayangannya Daddy... Lenka percaya kan sama Daddy... Lalu... Papa tidak pernah selingkuh, papa memang nakal, tapi papa pria yang baik buktinya papa melahirkan Lenka yang sangat lucu pintar baik hati ini!" Hibur Meen mengabaikan Perth yang ada di belakangnya. Dia tidak peduli dengan Perth walaupun saat ini Perth menangis namun tidak bersuara, kepalanya juga sakit apalagi hatinya.

Lovely - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang