20 : Pain

1.1K 100 12
                                    

Sorry for typo & kata yang hilang 🙏

❄️❄️❄️💙💙💙❄️❄️❄️

Perth duduk termenung dengan tangan yang bergerak mengelus kalungnya, pikirannya sibuk memikirkan sesuatu sehingga dia tidak sadar dengan kedatangan Meen.

Greph!
Meen sudah memeluknya dari belakang, dia juga mengecup bahu yang hanya tertutup baju kemeja putih ukuran big size dan hanya memakai celana dalam. Belum lama ini Perth selesai mandi.

Sudah dua minggu semenjak kejadian itu, dan semenjak itu juga Perth jadi sosok yang pendiam, mungkin dia belum ikhlas melepas kepergian bayinya yang belum sempat lahir.

Lalu hari ini Meen kembali pulang lebih cepat dari biasanya, dia masih khawatir meninggalkan Perth sendirian. Karena semenjak kejadian itu Perth lebih sering bermenung.

Cup!
Kali ini kecupan Meen jatuh di leher jenjang Perth. Sore ini Perth sungguh terlihat cantik dimatanya.

Namun dia merasa semenjak Perth keguguran, sikap Perth berubah. Dia menjaga jarak dari Meen, dan jarak itu semakin melebar setiap harinya.

Karena Perth tidak jua merespon, akhirnya Meen menggendongnya dan mendudukkannya di tepi kasur. Sedangkan dia sendiri duduk jongkok di bawah, salah satu tangannya memegang erat tangan Perth dan tangannya yang lain mengusap lembut paha Perth. Sorot mata mereka saling bersua nan lembut.

"Adek mau apa, kakak beliin, hembn?" Meen memang tidak pandai untuk menghibur seseorang. Perth masih saja diam, dia tahu Meen sendiri masih berduka dan itu terlihat dari matanya. Di sini bukan hanya Perth yang merasa kehilangan.

Tangan Perth yang bebas mengusap lembut pipi Meen, dia juga mengusap mata panda Meen.

"Kenapa mata kakak hitam, kakak kurang tidur ya?"

Meen tersenyum, akhirnya Perth bicara juga. Kondisi Perth membuat dia tidak bisa tidur.

Tangan Meen yang tadinya bergerak bebas di paha Perth sekarang sudah berada di tangan Perth yang ada di wajahnya.

"Hembn, akhir-akhir ini kakak memang tidak bisa tidur. Tapi adek tidak perlu cemas!"

Perth mengangguk, setelahnya dia menarik Meen serta memeluknya. Meen berdiri sedangkan Perth duduk di tepi ranjang.

Dan beberapa menit kemudian Lenka juga ikut memeluk mereka, dia masuk begitu saja karena dia mau mengajak orang tuanya jalan-jalan sore di taman kota. Tapi begitu dia melihat orang tuanya saling berpelukan, diapun mau ikut memeluk mereka.

Dua orang ini tersenyum, mereka berdua memeluk Lenka setelah mengecup sayang pucuk kepala Lenka. Mereka mencoba untuk saling menguatkan walaupun dihatinya Perth mulai meragukan perasaan Meen untuk dirinya.

⏩⏩

Esok harinya...

"Mama mau apalagi ke sini?" Malas sekali dia melihat kedatangan Selena, dia berpikir apa mamanya masih belum puas menyakiti Perth.

"Begini caramu menyambut orang tuamu?" Omel Tsin merasa Meen kurang bersikap baik kepada Selena.

Meen langsung menurunkan Lenka dari gendongannya, dia meminta Lenka untuk masuk ke kamar. Lenka manut setelah memberikan salam kepada orang tua Meen.

"Bahkan kamu meminta putramu masuk kamar, kamu ingin menjauhkan Lenka dari kami?" Sambung Tor sakit hati apalagi Selena, dia tahu dia salah tapi tetap saja sikap Meen mengonyak hatinya.

"Papa seperti tidak tahu mama saja, papa pikir sudah berapa kali mama mencoba merusak rumah tangga ku dengan Perth? Lalu papa pikir bisa semudah itu aku melupakan kejadian dua minggu yang lalu? Papa pikir aku malaikat yang tidak punya amarah dan benci, mama sudah keterlaluan pa, dia sudah melewati batas!" Omel Meen tanpa mempersilahkan orang tuanya duduk, sepertinya dia masih marah, sudah dia maafkan tapi bukan berarti rasa sakitnya sudah hilang.

Lovely - EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang