Awalan

932 53 14
                                    

"Kalian teman laki-laki terbaik yang kupunya di sini." Gadis itu menatap satu persatu pria yang duduk di hadapannya dan melanjutkan, "Semoga kita bisa berteman baik, selalu dan selamanya."

"Iya, Hari. Kami akan menjagamu seperti adik kami sendiri," ujar salah satunya meminum segelas kecil soju.

"Minum?" tanyanya.

Gadis tadi menggeleng. "Terima kasih, tetapi aku sedang tidak ingin minum."

"Hei! Koo Hari!" Tiba-tiba saja datang pria lain yang membuka pintu kafe kasar.

"Sembarangan mendobrak pintu lagi, kulaporkan kau pada bosku," tegur salah satu pelayan kafe kepada pria itu.

"Apa wajahku terlihat peduli?"

Kalimat yang dilontarkannya membuat sang pelayan memilih untuk diam. Sekarang, manusia yang terlihat dingin itu menghampiri gadis dengan lima pria tadi.

"Hari, pergi dari sini sekarang," katanya penuh penekanan seraya menarik tangan sang gadis.

"Apa? Apa yang kau lakukan??"

"Menjauhkanmu dari kelima pria si#lan itu."

Pria yang menarik tangannya benar-benar terlihat marah besar, tatapannya tajam dan datar membuat orang yang melihat pasti merinding.

"Apa kau bilang??"

---

"Sudah kucari tahu tentang gadis itu, dan memang benar dia sangat cantik," ucapnya sambil meniup udara, terlihat asap putih keluar dari mulutnya.

Pria di depannya itu tersenyum. "Lihat, sudah kami bilang. Kau bisa membuatnya menjadi 'ibu' ke-100."

---

"Kau senang berada di vila ini?" tanya Kanglim pada Hari.

"Sangat senang! Apalagi tempatnya ada di pinggir kota dan ... vila ini sangat luas!" Hari bersorak dan beralih ke jendela lain.

"Di sisi sebelah sini ada hutan, apa kita bisa ke sana?" tanyanya dengan mata berbinar.

Kanglim tersenyum dan menghampiri Hari, memeluknya dari belakang. "Ayo, kapan?"

"Um ... besok?"

"Bukankah besok kau kuliah?"

Hari berdecak. "Ck, seharusnya aku tidak mengambil S2," sesalnya.

"Hei, jangan begitu, sayang. Itu bagus. Kau akan dapat lebih banyak ilmu dan dapat gelar lagi. Benar bukan? Nanti jika ada yang menyebut namamu secara formal, akan terlihat keren."

Kanglim mengalungkan kedua lengannya ke pundak Hari. Namun, Hari menurunkannya.

"Au ah, badmood," katanya lantas pergi ke tangga.

"Mau ke mana? Aish ...." Kanglim mengikutinya turun ke tangga.

"Mau apa mengikutiku?"

"Menjagamu."

"Menjaga apanya? Di sini hanya ada kita berdua."

"Menjaga bukan hanya melindungi seseorang dari orang lain."

Tiba-tiba Hari terpeleset dan hampir terjatuh.

"Aaaakk!"

Kanglim sontak langsung menangkap tangan Hari.

"Akan tetapi, juga menjaga agar kau tidak terjatuh," lanjutnya menarik Hari dan jatuh ke pelukannya.

Pipi Hari tidak merah seperti biasanya, sekarang dia malah manyun. "Iya, kau benar. Sudah, lepaskan aku."

"Tidak."

"Lepaskan!"

"Tidak mau."

Hari memukul Kanglim kesal dan menurunkan tangan cowok itu dari pinggangnya. Namun, setelah lepas, dia terpeleset lagi. Dan Kanglim menariknya kembali.

"Lihat, jika aku melepasmu, kau akan jatuh lagi."

Hari hanya menghela napas dan menyenderkan keningnya pada bahu Kanglim.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mari beralih ke 3D dulu, hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mari beralih ke 3D dulu, hehe

Park Jiye as Hari
Lee Hyunjun as Kanglim

Aku pakai visual mereka karena mereka juga memerankan tokoh Hari & Kanglim di webdrama "The Haunted Memory" (yang belum nonton, bisa cek di YouTube!).

•••

[Author's Note]
Di cerita ini memang tidak terkandung unsur dewasa, tetapi di sini akan muncul umpatan-umpatan kasar yang sebaiknya tidak dibaca oleh anak umur tertentu. Namun, umpatan-umpatan tersebut diusahakan akan disensor dan dalam bahasa lain (di sini Inggris & Korea) bukan bahasa Indonesia jadi beberapa anak tidak akan paham. Hehe.

Sekian, note lain akan disampaikan di akhir tiap bab.

Protect MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang