Annemie

366 50 19
                                    



"Kanglim?"

"Maaf, sepatuku terkena lumpur. Setelah dilihat, ternyata kakiku juga."

"Karena?"

"Aku tidak bertarung."

Hari berdecak. "Ck, aku bahkan tidak bertanya apakah kau telah melawan seseorang."

"Aku sudah menduga kau berpikir seperti itu." Kanglim yang sedang mandi itu membuka pintu sedikit.

"Tapi yang kukatakan benar, orang-orang di markas itu hampir menangkapku. Aku hanya mengancam mereka."

Hari mengangguk percaya. "Lanjutkan saja mandimu, biar kubersihkan lantainya. Jangan lupa cuci sepatumu."

---

"Siapa laki-laki itu?" tanya pria yang tengah melihat-lihat mobil milik Kanglim. Mobil hitam yang sudah terparkir di depan markas.

Berpikir sejenak sambil mengelilingi kendaraan roda empat tersebut. "Aku yakin dia bukan manusia."

"Tapi, Bos, katanya dulu ada beberapa kelompok pengusir makhluk yang—"

"Pengusir makhluk?" Pria itu menatap kaca mobil. "Pengusir makhluk ...."

Seseorang datang. "Bos, kami dapat nomor telepon orang itu, orang dari Belanda."

Pria itu langsung mengambil ponsel yang seseorang tadi bawa. "Bagus, jadi kita bisa menanyakan di mana gadis itu."

"Memang pria yang Bos suruh untuk mengawasi kampus di sini itu ... kenapa?"

Si pria menghela. "Menurutnya gadis itu tidak ada di sana. Tapi, katanya ia tetap di situ sementara untuk berjaga-jaga." Dia membaca nomor telepon yang ada di layar ponsel. "Siapa nama orang ini?"

"A ... Ane siapa? Annemie, benar Annemie van ... intinya Annemie."

Pria tadi menoleh. "An-ne-mie?"

---

Hari mengeringkan rambut Kanglim yang baru saja mandi dengan hairdryer sambil menonton televisi.

"Apa kau mengubah warna rambutmu?" tanya Hari.

Kanglim menggeleng. "Apa terlihat berbeda?"

"Iya, sudah sangat gelap warnanya. Dahulu agak hijau, kan?"

"Ya ... mungkin karena umur," jawab Kanglim mengganti saluran televisi.

"Hei, jangan diganti, tadi itu Pororo, kesukaanmu!"

Kanglim berdecak. "Aku tak suka kartun itu lagi."

Hari hanya terkekeh sambil mematikan mesin pengering yang ada di tangannya itu.

"Salah satu video amatir warga menangkap sesuatu yang aneh. Makhluk yang sepertinya tidak diketahui jenisnya, terlihat ada di sekitar hutan xxx. Di sana juga tergeletak duri-duri berukuran besar dan aneh. Polisi sedang ...."

Hari dan Kanglim tersentak melihat berita di televisi itu.

"Ternyata ... ada manusia lain yang melihat hybrid itu," gumam Kanglim.

"Hei, apa seperti itu bentuk hybrid yang kau maksud?" Hari duduk di samping Kanglim dan menunjuk layar televisi.

Kanglim mengerutkan dahi. "Jika mereka tertangkap, apa yang akan terjadi?"

"Bahaya!" pekik Hari. "Bagaimana nasib hybrid-hybrid tak berdosa itu nanti setelah ketahuan?!"

Gadis itu menggenggam lengan Kanglim. "Apa kau tak bisa menyelamatkan mereka dan menyerahkan orang-orang markas itu pada polisi?"

Kanglim menatap Hari lekat. "Haruskah begitu?"

Hari menunduk. "Tidak juga. Aku hanya takut hybrid-hybrid itu akan dijual atau ... dibunuh. Sedangkan mereka tidak bersalah sama sekali, mereka hanya hasil ilegal dari perbuatan orang jahat itu ...."

Kanglim tersenyum tipis dan mengusap puncak kepala tunangannya tersebut. "Pemerintah tidak akan menjual maupun membunuh mereka, karena pikiran mereka tidak seperti pikiran para pencipta makhluk itu."

Hari hanya mengangguk mencoba tenang. Sedangkan cowok di sampingnya itu menghela.

"Sekarang, bagaimana caraku memberitahumu bahwa kau sedang diincar oleh pria-pria b*rengsek itu?"

"Um ... Hari? Mau makan kimchi?"

---

Esoknya di kampus, Hari sendirian berjalan menuju kantin karena Minju sakit. Nanti sore dia akan menjenguk sahabatnya itu.

Hari harus lebih waspada sekarang, karena Duri juga sudah berangkat kuliah lagi. Sedangkan pria aneh itu masih membuntutinya.

Gadis itu memejamkan mata dan menarik napas. "Ayo, Hari! Jangan khawatir, di sini ramai. Jadi, tidak mungkin jika pria itu akan menculikmu!" ujarnya menyemangati diri sendiri. Setelahnya dia tetap berjalan, sampai dirinya meringis kala sesuatu membuatnya harus pergi ke kamar kecil.

"Waktunya tidak tepat sekali, ini pasti karena aku makan sambal kemarin bersama Kanglim." Hari memegang perutnya dan masuk wc.

Beberapa menit setelahnya, Hari keluar.

"Ahh ... lega sekali."

Akan tetapi, tiba-tiba tubuh Hari tegang, terkejut dan gemetar saat pria yang mengikutinya berdiri tepat di hadapannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Protect MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang