Hari dan Kanglim sudah sampai di vila.Hari turun duluan dan membuka pintu. Melirik setiap sudut lantai ruangan depan dan menghela napas lega. Kemudian, dia naik ke lantai atas dengan tetap berjaga-jaga memperhatikan seluruh lantai.
Kanglim yang menutup pintu vila, melihat Hari lantas mengerutkan dahi. Apa yang sedang gadis itu lakukan? Akhirnya, dia hanya mengikuti Hari menuju kamar.
Di sana gadis bersurai cokelat itu melepas sepatu dan meletakkan tasnya ke meja dekat televisi, lalu langsung melompat ke ranjang.
Seperti tadi, dia masih melirik lantai di bawahnya. Ketika Hari melihat Kanglim, dia langsung tersenyum. "Kau sudah memastikan kecoa itu tidak akan datang lagi, kan?"
Kanglim tertawa. "Ternyata sejak tadi itu alasanmu memperhatikan lantai." Cowok itu duduk di sebelah Hari yang merengut mendengar jawaban.
Kanglim tersenyum. "Mau tahu apa yang kulakukan kemarin pada bangsa kecoa?"
Flashback on.
"Apa kau lihat-lihat?!" bentak Kanglim pada kecoa itu. Kecoa itu lantas berbalik dan masuk ke kolong ranjang.
"Huft ... benar, bagaimana bisa kecoa ini masuk?" Kanglim berkacak pinggang dan menggeleng.
Karena penasaran, dia berjongkok, melongok bawah ranjang dan terkejut. "Aduh ... ternyata kecoa itu satu keluarga," ucapnya setelah melihat ada empat kecoa sedang berpesta memakan sesuatu di tempat gelap itu.
Di sekitarnya juga terlihat kertas-kertas bekas yang Kanglim tebak adalah sisa dari buku Hari. Gadis itu memang sering merobek dan membuang sembarangan kertasnya.
Ada sedikit cahaya yang masuk. Oleh sebab itu, Kanglim bisa melihat apa yang ada di kolong ranjang.
Kemudian, ia membuka keset yang sedari tadi adalah tujuan kecoa itu bolak-balik.
Dan cowok itu langsung menganga melihat banyak sekali helaian rambut rontok yang berserakan.
"Apa ini?" Kanglim tak henti-hentinya menggelengkan kepala kala netranya mengikuti helaian-helaian panjang itu tergeletak melewati sudut batas tembok dan lantai berjejer menuju sebuah lubang yang ada tepat di bawah jendela.
Kanglim mengatupkan gigi-giginya rapat karena geram. Lubang? Vila dengan tembok tebal ini ternyata berlubang?!
Di tengah kegeraman dan kebingungan yang melanda, terbesit sebuah ide di otak Kanglim.
Bergegas cowok itu mengambil plastik kecil dan satu sarung tangan dari laci dapur.
Dipakai sarung tangan tersebut di tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya menggenggam plastik tadi.
Kanglim memungut helaian-helaian rambut itu sampai benar-benar tidak ada yang tersisa. Setelahnya dia mengambil sobekan-sobekan kertas di kolong ranjang dengan sangat hati-hati agar para kecoa yang tengah berpesta tidak terganggu dan akhirnya pergi.
Selesai, Kanglim turun ke lantai bawah dan keluar vila. Mencari tangga dan membawa tembelan khusus tembok (ini aku ngarang, hehe) ke sebelah utara bangunan.
Setelah dirasa kokoh, Kanglim menaiki tangga tersebut sampai di mana lubang pada tembok kamarnya berada.
Sebelumnya, cowok itu membawa sebuah nampan bekas yang kemudian ia letakkan di atas tangga tepat di bawah lubang tadi.
Kanglim juga meletakkan tembelan khusus itu untuk nanti. Lalu, ia turun dan berlari lagi menuju vila.
Digeser lemari barang dan meja lampu kamar serta beberapa pot hias dijejerkan di lantai membentuk garis horizontal, yang artinya menutupi jalan dari tembok sebelah barat dan timur kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protect Me
Science FictionMakhluk memang sudah tidak mengganggu kehidupan Hari lagi. Walau begitu, nyatanya hidup gadis tersebut tetap terganggu oleh bedebah-bedebah sialan. Terlebih lagi, Kanglim sepertinya harus mengungkap sebuah rahasia besar tentang sebuah kelompok yang...