Han River

276 45 16
                                    



Duri mengintip dari sela-sela jendela di ruang kelas milik Hari. Matanya fokus ke arah kakak perempuannya tersebut sampai dia salah tingkah ketika tak sengaja melihat Minju yang memang duduk di dekat Hari.

Duri bersembunyi kala gadis itu ternyata menyadarinya tengah mengintip. Minju terkikik dan memilih memandang jendela itu sampai dosen yang sedang memberi materi pun menegurnya.

"Waduh. Maaf ya, Prof, sebenarnya lebih asik jika kita belajar di luar," jawab Minju.

Pria seumuran ayahnya itu menghela. "Dasar kau ini."

Minju memilih melirik lagi kearah jendela, terlihat mata Duri yang langsung turun di balik tembok. Gadis itu cengengesan dan menggeleng pelan, kemudian kembali fokus pada buku di hadapannya.

"Sepertinya Duri ingin memandangmu, dengan embel-embel mengawasiku," bisik Hari menahan tawa.

Minju mengangguk. "Tak apa dia lebih muda dariku. Rupanya adikmu lumayan juga."

"Lumayan ... hm, dia kurus ideal sekarang." Hari mencondongkan badannya sedikit mendekati meja Minju. "Namun, aku pasti belum cerita soal berapa berat dan gemuknya dia dahulu."

Minju menoleh. "Waw, sepertinya dia diet ketat."

Hari mengangguk. "Kau harus belajar diet darinya."

"Hei, apa kau bilang aku gendut?"

"Ternyata kau peka juga." Hari menyeringai lalu kembali duduk tegak.

Minju menghela. "Sebenarnya berat badanku juga naik dua kilo minggu ini."

---

"Semangat dietnya!" Hari menyeringai menepuk pundak Minju, lalu dirinya masuk ke mobil yang sudah menunggunya di depan.

Minju mengangguk dan melambaikan pada mobil Hari yang sudah melaju.

"Ternyata yang mengantar jemput Hari adalah kekasihnya, aku pikir itu adiknya. Aneh sekali, aku melihat kekasihnya sebagai adiknya dan adiknya adalah kekasihnya." Minju mengernyitkan alisnya dan membuat pose berpikir. Sampai ponselnya berdering tiba-tiba.

Minju mengangkatnya. "Siapa?" Dia bertanya seperti itu karena panggilan dari nomor tak dikenal.

"I-ini Gu Duri."

Sementara di dalam mobil, Hari sibuk merias wajahnya yang lumayan berkeringat.

"Memangnya di dalam panas ya?" tanya Kanglim.

Hari menggeleng, "Tidak, tapi materinya yang membuatku berkeringat."

Kanglim mengangguk paham. "Itulah sebabnya aku lebih baik tidak kuliah."

Hari berdecak. "Cih, kau itu sudah pintar! Tak sekolah pun pasti kau dapat kerja di mana pun itu."

Diacak-acak rambut cokelat Hari. "...." Kanglim menggumamkan sesuatu.

Hari mengernyit. "Huh?" Gadis itu tak bisa mendengar apa yang Kanglim gumamkan barusan.

Kanglim menggeleng. "Lupakan. Ayo kita ke sungai Han!"

Hari tersenyum lebar. "Jinja?! Sudah lama aku tidak ke sana. Tentu akan menyenangkan! Ayo cepat, cepat, cepat!" soraknya penuh gairah.

Kanglim hanya tersenyum gemas melihat Hari melongok keluar jendela dengan angin yang menerpa rambut serta wajahnya itu. "Sudah lama tidak liburan!"

Protect MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang