•••
Sore ini sepulang kuliah, Hari dan Kanglim pergi ke tempat game. Ya, mereka hanya berniat menghibur diri saja.
Hari mengajak Kanglim bermain salah satu permainan di sana.
"Lihat saja, aku akan menang," kata Hari dengan percaya dirinya.
Kanglim menggeleng. "Jangan terlalu PD dahulu."
"Percaya diri itu bagus, yang kalah traktir ayam bakar!"
Beberapa menit mereka bermain, sampai di mana mereka tahu siapa yang kalah dan siapa yang menang.
Kini keduanya sudah ada di restoran ayam.
"Lihat, aku akan selalu menang darimu!" ejek Hari tertawa dan memakan ayam bakar di depannya itu.
"Baguslah, percaya diri ternyata ada baiknya juga." Kanglim menatap nyaman Hari yang sibuk melahap sambil tersenyum itu.
"Cantiknya pas makan."
Hari tersedak, setelah minum dia mengerjapkan mata. "Apa kau bilang?"
"Kau cantik, saat makan."
Hari mengelap bibirnya menggunakan tisu. "Jadi kalau tidak makan aku tidak cantik?"
"Eh ... bukan seperti itu juga."
Hari terkekeh. "Iya, iya, aku tahu aku memang sangat cantik."
Setelah selesai makan, keduanya berjalan lewat trotoar jalan. Mobil mereka masih terparkir jauh di sana.
Tiba-tiba sepeda melaju kencang dari arah berlawan, Kanglim sontak menarik Hari lebih menepi.
Karena si pengendara sepeda yang kehilangan keseimbangan, sepeda itu masuk ke jalan raya dan menabrak salah satu mobil yang juga kebetulan melintas.
Pengendaranya terjatuh ke aspal, tetapi masih selamat. Sementara, mobil tadi dengan cepat melakukan drift dan menabrak salah satu tiang di sana.
Karena kejadian itu, beberapa kendaraan lain ikut terhenti dan memenuhi jalan sehingga cukup macet.
Orang-orang langsung melihatnya kaget, si pengendara mobil lantas keluar dan mengecek mobilnya.
"Ah ... untung saja kepalaku tidak bocor."
"Apa itu tadi?" tanya Hari dalam dekapan Kanglim. Tubuhnya terlihat gemetar sekarang.
"Tidak, lupakan itu." Kanglim memeluk Hari erat.
Mata cowok itu bukan fokus pada kecelakaan yang terjadi di depannya kini, tetapi pada sebuah mobil pick up yang berbalik arah dari situ. Bagian belakang mobil tersebut terlihat agak terbuka, Kanglim menangkap sesuatu yang aneh di sana. Ada tangan keluar.
"Itu ... jari penuh duri," gumam laki-laki itu.
---
"Kenapa kalian datang terlambat?"
"Tadi ada kecelakaan, jalanan menjadi macet." Diangkat satu boks berisi beberapa cairan aneh itu. "Akhirnya kami memutuskan berbalik arah," sambungnya.
"Dan kalian sangat tidak teliti, tangan makhluk itu terlihat."
"Makanya lewat jalan dekat bukit saja," timbal seseorang yang tiba-tiba datang dan ikut membawa boks tersebut. "Semua total berapa?" tanyanya.
"Ada 150 boks dan setiap boksnya berisi 200 botol cairan itu, totalnya 30.000 botol, Bos," jawab si pembawa.
"Ah ... padahal sudah kubilang pada profesor itu untuk mengirimiku 50.000 botol." Orang itu berdecak.
"Memang untuk apa banyak-banyak cairan itu? Lagi pula calon 'ibu' berikutnya hanya ada 60 orang."
Pria tadi menduduki meja setelah mengangkut beberapa boks. "Aku tahu akan ada yang gagal lagi, dan pasti ibu yang berhasil hanya sekitar 5 orang saja. Lagi pula, aku punya target yang sangat kuyakini tidak akan gagal. Dia akan menjadi pelengkap 100 ibu yang berhasil." Senyuman miring terukir dari wajahnya.
"Bos, biar kubawa makhluk ini ke dalam tabung," ujar seseorang yang masuk.
"Oh iya, cepat bawa. Tidak pernah kupikirkan ternyata makhluk itu bisa kabur juga."
---
Di dalam mobil, Hari menunduk melamun.
"Apa kecelakaan tadi karena aku?" tanya dia polos.
Kanglim menggeleng. "Bukan. Itu karena si pengendara sepeda yang terlalu cepat melaju."
Hari mengangguk. "Aku khawatir keadaan lalu lintas hari ini, lumayan berantakan."
Kanglim hanya diam, dia masih memikirkan apa yang ia lihat dalam mobil pick up tadi.
"Aku melihat sesuatu."
Hari menoleh. "Melihat apa?"
"Ada mobil pick up berbalik arah."
Hari menghela napas. "Lantas, apa masalahnya?"
Kanglim melirik Hari sebentar. "Sepertinya ada hybrid itu di dalam sana."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Protect Me
Bilim KurguMakhluk memang sudah tidak mengganggu kehidupan Hari lagi. Walau begitu, nyatanya hidup gadis tersebut tetap terganggu oleh bedebah-bedebah sialan. Terlebih lagi, Kanglim sepertinya harus mengungkap sebuah rahasia besar tentang sebuah kelompok yang...