Mencari Info

251 41 18
                                    



"Pria ... itu?" Minju menunjuk pria yang tadi mengikuti Hari dengan alisnya. Terlihat jelas pria tersebut tengah berdiri di balik tembok sambil sesekali melihat ke arah mereka.

Hari mengangguk. "Entah bagaimana dia bisa masuk ke kampus ini."

Minju mengaduk jus di depannya sambil berpikir. "Apakah ... rektor dan dekan atau salah satu dosen adalah—"

Hari dengan cepat memotong ucapan Minju, "Ayo bertanya."

---

Di vila ini, Kanglim terus menatap 'tembok' kacanya ke arah hutan. Memikirkan sesuatu yang mungkin adalah alasan para pencipta hybrid itu menciptakan sosok seperti itu.

"Jika hybrid itu dijual ...." Kanglim mengerutkan dahi kemudian menyenderkan kepalanya ke tangannya yang sedari tadi menempel ke dinding.

"Mereka sangat licik. Ini begitu ilegal, mereka mengubah manusia menjadi makhluk aneh itu, sangat melanggar aturan dunia."

Diambil satu botol soda yang ada di atas meja, Kanglim membuka dan meneguknya beberapa kali. "Persilangan hewan dan manusia? Apa yang terjadi dengan dunia ini?!"

"Walaupun ilmuwan memang banyak yang melakukan percobaan dan ada yang berhasil, tapi mereka melakukannya dengan izin resmi serta bukan menggunakan tubuh manusianya langsung! Kemudian, para pencipta manusia-landak itu bahkan melakukan segalanya diam-diam." Diacak rambut cowok itu oleh tangannya sendiri.

"Sudahlah, aku sangat frustasi." Dia meneguk sampai habis sodanya dan melempar kalengnya sembarangan.

Kanglim mengambil ponselnya. "Ayo mencari informasi."

---

Sekarang, mobil Kanglim terparkir tepat hanya beberapa meter dari gua itu. Tempat yang menjadi pintu menuju markas 'mereka'.

Dengan jubah hitam serta pakaian yang gelap, Kanglim melangkahkan kakinya dan menunduk diam-diam mendekati mulut gua. Ketika dia sadar tempat ini sedang sepi, dibukalah daun-daun dan akar-akar menjalar yang menutupi pintu gua.

"Kosong," ucap Kanglim melirik kanan kiri. "Tidak ada orang di sini." Kemudian, dia berjalan lurus dan semakin ke dalam. Gelap.

Namun, setelahnya dia melihat cahaya remang-remang yang berasal dari lampu menerangi gua.

"Aku rasa ini sebuah terowongan yang dahulunya adalah bekas rel." Kanglim mengatakan itu karena di bawahnya berjalan saat ini, memang ada besi-besi yang sudah bisa ditebak adalah rel kereta api.

Selain itu, mulut gua tadi juga seperti bekas retakan atau gampangnya 'sesuatu yang dipotong menjadi dua'. Kemudian tembok gua ini juga rapi. Tidak mungkin gua alami sangat rapi, sudah pasti ini adalah terowongan buatan orang dulu.

Kanglim mengangguk-anggukan kepalanya. "Aku ingat di daerah ini memang pernah ada jalur kereta."

Lalu, dia sedikit berlari untuk sampai di ujung terowongan. Sampailah dia di sebuah tempat yang membuatnya menelan ludah.

"Ini markasnya."

Beberapa pria mendekat, Kanglim langsung bersembunyi di balik tanaman yang ada di sana.

"Kita harus berjaga di mulut gua," kata salah satu pria disahuti anggukan dari yang lain. Kemudian, pria-pria itu berjalan menuju terowongan.

Kanglim berdecak. "Ck, untung saja kemampuan menghindar kabur dan bertarungku masih ada."

Protect MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang