"Hutan ... makhluk ...."
Kanglim menyipitkan matanya, terlihat semak-semak di hutan sana bergerak. Semakin bergerak dan terus bergerak, hingga sesuatu muncul. Kanglim melotot.
"Apa itu?"
Dia turun ke lantai dasar, dan keluar rumah. Pergi ke bagian belakang vila tempat hutan itu.
"Aku tadi melihatnya di sekitar sini."
Kanglim mencari-cari apa yang ia lihat tadi, tetapi tidak ditemukan juga.
"Makhluk apa itu? Mengapa aku tak merasakan auranya?"
Laki-laki itu terus membuka seluruh semak-semak yang ada dan pepohonan di sana. Namun, hasilnya tetap nihil.
"Akh!" teriak Kanglim spontan.
Kanglim melihat ke bawah, kakinya menginjak sebuah duri landak.
"Aku bahkan sampai lupa memakai alas kaki. Dan dari mana duri landak ini berasal?"
Tiba-tiba Kanglim merasakan sesuatu di belakangnya, seperti semakin mendekat dan ....
Kanglim berguling ke samping kemudian berdiri lagi. Sesuatu menyerangnya, dia di sana, tepat di depannya.
Ukurannya cukup besar, tingginya mungkin sama dengan tinggi orang dewasa. Dia mirip manusia, tetapi di kulitnya tumbuh banyak sekali duri. Persis seperti duri landak. Dia berdiri dan berjalan dengan dua kaki seperti manusia juga.
"Akhirnya kau keluar."
Kanglim mencoba mendekati makhluk itu, tetapi sang makhluk malah menyerang dengan tangannya. Lengan Kanglim sedikit tergores oleh duri. Namun, ia berhasil menghindar.
"Aish ... jangan memaksaku untuk menyerang. Aku sudah lupa cara memanggil pedangku."
Kemudian ia teringat sesuatu. "Semoga aku bisa memanggil kartuku."
Makhluk aneh itu terus menyerang Kanglim, untung saja Kanglim bisa selalu menghindarinya. Mulut cowok itu terlihat komat-kamit seperti membaca suatu mantra.
"Jebakan makhluk, datanglah!"
Kanglim kaget, tidak ada yang muncul. "Astaga aku lupa mantra itu sudah tidak bisa bekerja."
"Ini hutan yang bisa dijangkau manusia, tetapi kenapa tidak ada orang lewat di sini? Kemudian, mengapa makhluk ini berkeliaran?" Kanglim terus bertanya-tanya sambil mencoba mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk menyerang balik makhluk tersebut.
Lalu, ia kembali teringat sesuatu. Tangannya menggenggam sebuah kartu yang segera ia tempelkan pada si makhluk.
"Eh?"
Kartu itu jatuh, Kanglim mengambilnya.
"Ah ... pantas saja kau tidak mengeluarkan aura makhluk." Dia menatap makhluk tersebut dan mendekatinya.
"Jangan menyerang lagi, aku orang baik-baik," ucap Kanglim, lirih.
Seperti mengerti apa yang Kanglim katakan, makhluk itu terdiam dan mengeluarkan suara kecil yang hampir tak terdengar.
Kanglim menghela napas lantas bertanya, "Katakan, siapa yang menciptakanmu?"
Dia tak menjawab, hanya mengeluarkan suara-suara aneh yang tidak bisa Kanglim mengerti. Ditatap erat tubuh makhluk itu dari atas ke bawah oleh Kanglim.
"Kasihan sekali, sepertinya kau adalah percobaan yang gagal," tebaknya.
Kanglim terdiam sebentar, kemudian berkata, "Pergilah dari sini, bahaya jika orang lain melihatmu."
Makhluk itu mengangguk dan berjalan pergi menjauh ke dalam hutan.
Kanglim menoleh, dia merasa ada yang lain di sini. Setelah itu, ia memilih kembali ke dalam vila, membawa duri dari makhluk itu.
"Duri ini miliknya," tukas Kanglim menunjukkan duri tersebut setelah menceritakan semuanya pada Hari.
Hari membuang napas lega. "Aku pikir makhluk telah kembali."
Oh, sedikit pemberitahuan. Makhluk yang dimaksud dalam film Shinbi's House itu artinya hantu ya. Aslinya emang itu tapi karena kata hantu agak creepy jadi dalam dub Indonesianya diganti makhluk.
"Tunggu, apa yang kau lakukan setelah pertemuan sebentar itu?" tanya Hari.
"Mencari alas kakiku," jawabnya dengan senyum tipis.
"Aigoo ... itulah sebabnya kusuruh kau membeli banyak sepatu agar jika salah satunya hilang kau bisa memakai yang lain." Hari menggeleng.
Kanglim hanya mengangguk. "Akan kubeli sepatu lagi."
Hening sebentar.
"Err, Kanglim?" panggil Hari.
"Iya?"
"Apa hybrid itu jahat?" tanya Hari lagi.
Kanglim menggeleng. "Tergantung siapa yang menciptakan dan perlakuannya pada makhluk itu. Namun, aku tak tahu pasti."
Lalu ia menatap duri yang dipegangnya. "Sepertinya hybrid yang kutemui itu percobaan gagal."
"Oke lupakan dulu soal itu, ayo obati lukamu!" ajak Hari yang sudah berkacak pinggang.
---
"Jadi, makhluk itu pergi ke mana?"
"Sepertinya dia masuk ke tengah hutan."
Pria itu berbalik dan melipat kedua tangannya. "Bawa dia kemari lagi, jika ada manusia lain di sana sangat berbahaya."
"Sudah ada. Bahkan, dia juga yang menyuruhnya ke tengah hutan."
"Dia melihatmu juga?"
Yang ditanya menggeleng. "Aku langsung kabur," jawabnya.
"Bodoh, cepat bawa dia kembali!"
"Akan kurobek kulitmu itu dengan kuku duri ini," gumamnya mengepalkan tangan.
"Aku bisa mendengarmu, akan kuberikan kau ke pemerintah jika kau berani melakukan itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Protect Me
Science FictionMakhluk memang sudah tidak mengganggu kehidupan Hari lagi. Walau begitu, nyatanya hidup gadis tersebut tetap terganggu oleh bedebah-bedebah sialan. Terlebih lagi, Kanglim sepertinya harus mengungkap sebuah rahasia besar tentang sebuah kelompok yang...