Prolog: When He Come

1.7K 46 10
                                    

Welcome! Enjoy the story :)

***

Pagi ini seperti biasanya aku memulai aktivitasku di sekolah ini. Ya, aku seorang pelajar. Berjalan menuju kelasku yang masih sepi. Memang sudah seharusnya karena aku berangkat terlalu pagi atau bahkan shubuh lebih tepatnya.

Satu-persatu temanku mulai berdatangan hingga satu lelaki ini yang berjalan melewatiku dengan luwesnya. Aku penasaran dengan sosoknya karena aku tahu bahkan seluruh kampus ini tahu dirinya yang memang digilai para kaum Hawa.

Aku yang memang sudah perlahan membangun sebuah tembok kuat di dalam hatiku tidak berniat untuk mengenalnya lebih jauh. Biarlah dia hanya menjadi teman kelasku.

Dia, David Dematria.

***

"Hey...." telingaku masih berfungsi dengan sangat baik. Aku masih tetap diam dan mulai memasukkan barang-barangku ke dalam tas. Hanya berpikir bahwa tidak mungkin dia yang memang duduk dibelakangku memanggilku. Bisa saja orang lain, 'kan?

Baru berdiri dari kursiku dan dia kembali memanggilku, kali ini dengan nada yang sedikit frustasi. "Hey, hey!" Melihat aku yang berniat melangkahkan kakiku.

Kali ini aku yang penasaran atau lebih tepatnya merasa terusik karena suara -nyaris- teriakkannya, sedikit memalingkan wajah menatapnya yang masih duduk ditempatnya.

Aku tetap mempertahankan sikap dinginku seperti biasanya dan hanya diam menatapnya.

"Daisy?" aku dan dia sama-sama menautkan alis tapi tentu saja dengan maksud yang berbeda. Aku yang bingung mengapa dia tahu namaku dan dia? Mungkin, karena merasa tak yakin dengan ucapannya sendiri.

"Hm," aku masih tetap kaku sekaligus ingin segera pergi dari sini. Merasa malas meladeninya yang hanya membuang waktuku sia-sia saja.

"Ada apa?"

"Namamu bagus, seperti nama bunga. Kau tahu bunga, 'kan? Dia cantik dan sangat menarik perhatian orang. Kau juga begitu. Cantik dan menarik perhatian orang, aku salah satunya." kedua alisku kembali bertaut -tak mengerti. Ada apa dengannya? Apa otaknya bergeser?

"Seandainya bunga hidup, pasti dia akan menjadi pribadi yang sangat ramah dengan kecantikan alaminya yang diberi Tuhan. Tapi ini? Kau jauh berbeda dengan namamu sendiri." Ah~ aku malas mendengarnya, lebih baik aku segera pulang.

"Daisy!" Panggilan terakhirnya yang kudengar.

***

Hari yang melelahkan. Kurebahkan badanku pada single bed dikamarku ini. Kalimat-kalimat yang lelaki tadi ucapkan tibat-iba berkeliaran diotakku. Aku menggeleng berusaha membuang jauh kejadian tadi. Tidak biasanya aku memikirkan perkataan orang.

Akal pikiranku yang lain membujukku untuk sedikit membahas kalimat dia tadi. Akhirnya aku mengalah dan mulai menerawang jauh kenangan-kenangan dulu yang sempat aku lupakan.

Aku sedikit membenarkan ucapan dia. Sebenarnya dulu aku adalah pribadi yang periang. Itu dulu sebelum tembok hatiku rubuh bersamaan dengan sosok laki-laki yang berhasil menembusnya. Mungkin bisa dibilang, dia adalah cinta pertamaku. Tapi kau tahu, cinta pertama tidak juga menjadi cinta terakhir. Apalagi aku mengalaminya saat aku baru masuk SMP! Kalian tidak percaya? Tapi memang itulah kenyataannya. Dan, cinta berumur 2 tahun lamanya itu harus selesai dalam sekejap. Sukses membuat hatiku bubuk layaknya debu tak berguna.

Aku sangat bersyukur karena sekarang hatiku sudah tertata kembali begitupun dengan tembok kuat yang mengelilingi hatiku yang sudah berdiri kokoh kembali.

Aku memutuskan untuk membersihkan diri lalu segera tidur bergelung dengan selimut dan kasur yang sangat menggodaku sedari tadi.

***

"Daisy!" Ya Tuhan..... bahkan ini masih pagi tapi dia -David, memulai harinya dengan mengusik hariku? Aku tidak mau dan berjalan dengan cepat bahkan hampir berlari untuk menghindarinya.

Nafasku ngos-ngosan setelah merasa cukup jauh dari David.

"Hey, ke-napahh harus ber-lari sihhh? Capek tau!" saking kagetnya, aku yang bergerak mundur ke belakang yang sialnya adalah tembok, terpaksa harus bertabrakan dengan kepala belakangku hinga mengeluarkan suara debukan yang cukup keras. Aku mengiris pelan sambil mengelus-elus kepala belakangku.

"Kau tidak apa-apa?" kurasakan tangan besarnya mulai menggantikan tanganku yang mungil ini. Aku segera teringat dan kuhempaskan tangannya dari kepalaku.

"Ya, trimakasih." dan aku segera melengos dari hadapannya sebelum tanganku ditarik tangannya yang terlihat ingin mencegahku pergi.

Dadaku berdegup sedikit lebih cepat dari biasanya. Kenapa?

***

To be continued...

ENOUGH (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang