Vote yes! :D
***
Kami pun sampai. Aku membuka pintu dan ternganga saat melihat apa yang ada di hadapanku.
"Ini...." SMA kami.
"Ya" dia menjawab dengan singkat.
"Kenapa?" aku tak mengerti.
"Hanya mengenang.." dia menggenggam tanganku dan kami berjalan beriringan memasuki sekolah kenangan kami.
Kami terus berjalan sambil berpegangan tangan. Aku dan David sama-sama tidak mau melepaskan pegangan ini. Mungkin saling merasa nyaman.
David membawaku ke lorong-lorong sekolah ini. Sampai akhirnya, aku tahu kemana tujuannya.
Aula sekolah, tempat dimana acara sialan itu yang memaksa aku untuk membuang David dari hidupku.
"Kau ingat tempat ini, kan?" dia bertanya pelan. Dan kami saling bertatapan.
Aku terdiam sejenak sambil mencari tahu arti tatapan matanya yang terlihat sedih?
"Ya.." kenapa David?
Dia melepaskan tanganku dan mulai berjalan sendiri ke salah satu sudut ruangan yang aku ingat bahwa disitulah alasanku membuang David. Ya, David dan Maria yang kala itu saling bercumb—.
Aku menggeleng keras. Tidak, aku tidak mau mengingatnya!
David mungkin sempat melihat reaksiku karena dia terlihat semakin tidak bersemangat. Dia mulai bersuara, "Kau melihatku—"
"Stop! Aku pulang!" aku benar-benar tidak mau mengingat hari sialan itu lagi.
Suara hentakkan sepatunya terdengar menggema di seluruh ruangan aula. Dia mengejarku.
"Tidak, tunggu, Daisy!" dia mencengkram sebelah tanganku. Dan tatapannya memohon. Aku luluh
"Bolehkah aku menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi?" David terlihat ragu. Aku hanya mengangguk pasrah. Baiklah....
"Maria menjebakku, Daisy. Dia tiba-tiba datang entah dari mana, sambil menangis dan kemudian ia men-ciumku." dia memotong kata terakhirnya dan menatapku untuk mencari tahu bagaimana reaksiku.
"Aku tidak tahu apa-apa! Dan sialnya, itu bertepatan dengan kau yang keluar dari toilet dan menangkap perbuatan gila Maria."
"Maafkan aku, Daisy. Aku benar-benar—" dia menunduk sambil meremas kedua tanganku.
"Ssstt." aku melepaskan genggamannya dan tanganku kulingkarkan dilehernya. David sempat terkaku tapi berikutnya, ia mulai membalas pelukanku.
Aku tersenyum lega. Akhirnya seluruh pertanyaanku saat itu, terjawab sudah.
***
Aku dan David sama-sama memancarkan senyum cerah. Dengan tangan kami yang tidak henti-hentinya saling bertautan, kami berjalan-jalan sore di taman kota. Angin yang berhembus terasa sangat menyejukkan setelah kejadian tadi. Mungkin baru sekarang, beban itu terangkat.
David menoleh dan sontak saja membuatku ikut menoleh. Kami saling pandang lalu tertawa bersama. Merasa konyol akan semua yang terjadi hari ini.
"........."
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
ENOUGH (TAMAT)
Fiksi RemajaDaisy mencoba membentengi hatinya dari seorang David Dematria. Namun, David tidak menyerah dan mampu membuat Daisy lupa pada prinsipnya tersebut. Sampai suatu kesalah-pahaman membuat mereka terpaksa berpisah. Tetapi, takdir mempermainkan hidup Dais...