Gak janji panjang, ternyata jadi part terpanjang hehehe
***
Hari ini adalah hari pernikahan Lucas dan Maria. Setelah kejadian 2 hari yang lalu, hubungan kami akhirnya membaik.
Terutama, pernyataan cinta yang aku dan David saling ucapkan.
Itu sungguh hari yang tidak aku sangka. Terutama pada diriku sendiri. David telah mengembalikanku seperti dulu. Tidak ada lagi, seorang Daisy Alcander yang dingin dan menutup hatinya.
TING TONG
Lamunanku buyar oleh sura bel yang berbunyi dua kali. Aku berlari kegirangan menuju pintu. "David!" bahkan, sampai berteriak.
"Hei hei, apa yang terjadi, princess?" David terlihat kaget dengan penyambutanku di depan pintu. Aku langsung menghambur ke pelukannya.
Aku menggelengkan kepala kecil sambil tetap tersenyum. Dapat kurasakan David yang ikut tersenyum dan membalas pelukanku yang tiba-tiba.
"Wangi," David mencium lembut dari mulai rambut, pelipisku, dan terakhir ia berhenti di lekukan leherku.
Aku balas mengeratkan pelukanku. CHU
Kucium pipinya sebelum cepat-cepat melepaskan pelukan kami. Dia menyeringai. Aku tertawa dan berlalu masuk.
Kulihat jam masih menunjukkan angka enam. "Kau pagi sekali, sayang" ucapku sambil berjalan kearah konter dapurku. Tanganku dengan lincah menyiapkan mochaccino coffee kesukaan David.
"Miss you so bad," setelah itu kurasakan kedua tangan kekarnya yang melingkar di pinggang rampingku. Bibirnya lagi-lagi menciumi rambut blondeku yang tergerai.
Setelah airnya mendidih, bersamaan dengan tanganku yang terulur untuk mematikan kompor, David melepaskan tangannya dari pinggangku.
Suara langkah kakinya terdengar pelan berjalan menjauh. Setelah itu, suara kursi yang diangkat menandakan dirinya memilih duduk manis di meja mini bar.
"Ya ya ya, terserah padamu, Mr." aku membalas cuek sambil mengaduk-aduk kopi yang hampir jadi. David terkikik geli dibelakangku.
Aku berjalan menghampirinya sambil membawa kopi untuk David. "Kau tahu, aku belum bersiap-siap sedikitpun," aku mendengus sebal padanya.
"Tapi kau menyambutku dengan bahagia" David menggodaku. Sial, itu karena aku sedang mengingat-ingat tentang kejadian kemarin.
"Itu karena- ah sudahlah, lupakan!"
"Hahahaha" sambil tertawa kuperhatikan tangannya mendekati wajahku lalu, "AW! Sakit!" dia mencubitku gemas. Aku semakin kesal padanya.
"Mau kemana!?" dia nyaris berteriak memanggilku karena aku yang meninggalkannya di dapur.
"MANDI!"
***
Kali ini, durasi mandiku kupercepat. Kau tahu, begini juga aku masih takut jika ada seorang pria yang berada dalam apartemenku dan kami hanya berdua.
Aku membuka pintu kamar dan tidak menemukan David di mini bar. Memang, kamarku dan dapur saling berhadapan jadi tidak heran.
"David?" aku heran. Kenapa sunyi sekali apartemenku? Kemana David?
"Ya," terdengar suaranya pelan. Aku menghampiri asal suara tersebut dan menangkap punggung tegapnya sedang berdiri di pagar balkon.
"Kenapa?" kuselipkan lengan kiriku pada lengan berototnya. Lalu, kusandarkan kepalaku pada bahunya. Karena tinggiku yang hanya sebatas antara bahu sampai lehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENOUGH (TAMAT)
Teen FictionDaisy mencoba membentengi hatinya dari seorang David Dematria. Namun, David tidak menyerah dan mampu membuat Daisy lupa pada prinsipnya tersebut. Sampai suatu kesalah-pahaman membuat mereka terpaksa berpisah. Tetapi, takdir mempermainkan hidup Dais...