Click the star! ^^
***
Bodoh! Aku merasa malu sebagai keturunan Alcander. Bagaimana jika ayahku tahu anak perempuan satu-satunya ini malah tumbuh menjadi manusia bodoh untuk kedua kalinya!? Dari awal memang sudah seharusnya aku menghindari David sejauh mungkin.
"ARGH!" Aku memukul dinding kamarku sedikit keras. Kenapa airmata sialan ini harus keluar!?
Ponselku berbunyi disertai getaran-getarannya. Aku jelas tahu siapa sialan yang meneleponku itu.
TING TONG
Dan siapa yang pasti tengah berdiri di depan pintu apartemenku.
Wajahku mengeras lalu berubah dingin seketika. Inilah aku, Daisy Alcander.
***
Seperti biasa, aku selalu menjadi siswa yang pertama datang. Aku tidak mengantuk sama sekali meskipun harus pergi disaat ayam pun belum berkokok.
TAP TAP
"Daisy," tanganku tercekal. Aku melirik pelakunya dengan tatapan dingin. Siapa dia?
"Maaf," kulepaskan tanganku darinya perlahan. Dan mulai memasuki kelas.
Kurasakan dia masih membututiku di belakang.
Lagu korea mengalun indah di telingaku. Maaf, sekedar informasi, se-kaku apapun diriku, aku juga menyukai beberapa lagu Korea.
"Love you Mother, saranghaeyo. Like no other, da gamsahaeyo......"
Tak ada suara apapun dari laki-laki yang sedari tadi tak berhenti menatapku dengan.... tatapan sedih? Oh, lupakan. Daisy Alcander tak pernah mengurusi urusan orang lain.
Tanpa perempuan di depannya ini tahu, lelaki ini terus mengucapkan kata maaf yang tulus di dalam hatinya dengan tatapan nanar. David Demetria.
***
Jangan bertanya, aku sudah menjelaskan. Inilah aku, Daisy Alcander.
Lagi-lagi aku harus memasang topeng. Untunglah aku sudah berpengalaman dalam hal ini. Aku bukan lagi perempuan lemah!
Setiap kali David mendekatiku, aku harus menahan amarahku yang semakin menjadi-jadi. Lihatlah, tatapan matanya itu. Menjijikkan!
Aku ingin meluapkannya. Ya, tapi tidak sekarang. Sebentar lagi...
Cahaya matahari mulai menyusup melalui celah-celah jendela kamarku. Aku tersenyum bahagia. Sangat-sangat bahagia!
Hari berlalu begitu cepat. Sekalipun aku harus menahan untuk menendang David jauh-jauh, tak apa, karena sekarang aku akan benar-benar mewujudkannya.
Karena hari ini adalah hari kelulusan, aku akan menampilkan yang berbeda dari seorang Daisy Alcander biasanya. Kali ini aku memakai blush berwarna hijau tosca dengan flat shoes sederhana berwarna coklat. Tak lupa, aku memakai bando dengan hiasan bunga di samping kanannya. Aku tersenyum bangga.
***
Sebenarnya aku jengah dengan tatapan para lelaki menjijikkan disini. Lihatlah, matanya begitu detail meneliti pakaianku hari ini. Untungnya, acara sudah selesai. Lebih merasa beruntung lagi ketika tahu bahwa aku sudah resmi lulus dari sekolah sialan ini dengan nilai yang memuaskan.
Semilir angin menerbangkan helai-helai rambutku. Hari ini udara terasa lebih sejuk dari biasanya, mungkin efek dari aku yang juga merasa lega luar biasa -tadi, sebelum sang pengacau datang.
"Kau cantik," David nyaris membelai helaian rambutku sebelum aku menghindar. Oh, bahkan aku merasa mual sekarang mendengar ucapan menjijikannya.
Seakan tahu bahwa sebentar lagi aku akan angkat kaki dari sini, ia pun menyela, "Daisy, aku minta maaf! Maria menjebakku!" ada penekanan di setiap penjelasan yang David lontarkan.
Tuhan.... Aku hanya tidak ingin tersakiti lagi!
"Kau belum puas dengan penjelasanku?" David bertanya dengan tatapan sedih bercampur kecewa? Aku hanya diam. Terlintas di pikiranku, aku ingin penjelasan yang lebih! Tentang- hatimu?
Kami saling diam hingga beberapa saat. Matahari semakin terik membuat kulitku terasa terbakar. Aku pergi meninggalkannya dan David tidak mencegahku.
Mengapa sulit sekali mengatakan, aku mencintaimu!
***
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
ENOUGH (TAMAT)
Teen FictionDaisy mencoba membentengi hatinya dari seorang David Dematria. Namun, David tidak menyerah dan mampu membuat Daisy lupa pada prinsipnya tersebut. Sampai suatu kesalah-pahaman membuat mereka terpaksa berpisah. Tetapi, takdir mempermainkan hidup Dais...