Lucas Anderson ada di media.
***
Aku merenggangkan otot-ototku yang terasa kaku seharian kemarin. Bekerja sampai malam. Bahkan terpaksa membawa pekerjaanku ke rumah.
Sekarang, aku bekerja di salah satu perusahaan tekstil ternama. Tak terasa umurku sudah menginjak 22 tahun. Dan syukurnya, hidupku damai-damai saja.
Kuseruput kopi susu kesukaanku. Dan mulai melahap roti dengan selai coklat seperti biasa. Aku melirik jam yang menunjukkan angka 06.30 pagi. Ya ampun, Daisy...
Mungkin masih terlalu -sangat- pagi untuk memulai pekerjaan. Tanganku dengan lincah membuka lembar demi lembar laporan barang yang masuk. Mungkin karena masih pagi dan cuaca yang begitu sejuk membuat pikiranku fresh.
Aku mengisi sudut kanan bawah yang kosong. Disitu diisi untuk nama kota, lalu tanggal-tahun-bulan. Seketika aku menjadi amnesia sesaat. Saking sibuknya....
Mengambil kalender duduk yang selalu stay diatas meja dan mataku terbelalak. Oh-My-Gosh!
22 Maret
***
Sudah seminggu ini aku melepas masa lajangku. Hmm, aku jadi teringat, tepat pada tanggal 09 kemarin aku benar-benar menjadi kekasihnya. Dan besok? Oh, hari ulang tahunnya!
Aku memikirkan tentang apa yang aku beri pada Lucas. Aku senang sekali dengan hal-hal yang berbau anti-mainstream, you know what I mean.
"Apa kau memikirkan tentang besok?" dia membuyarkan lamunanku. Lucas terlalu evil!
"Ha? Tidak" aku mengelak dan berusaha tak peduli. Dia tidak boleh tahu, itu yang ada dalam pikiranku.
"Hmm, cukup dengan dirimu disini pun aku sudah sangat bahagia," ucapnya. Aku memalingkan wajah ke arah lain.
"Menggemaskan!" dia mencubit kedua pipiku keras! Ugh. Aku memukul-mukul bahunya
"Lucas!, sakit!" aku cemberut dan dia hanya tertawa. Menyebalkan seperti biasa
"Beri aku boneka panda ya" dia meminta sementara aku melongo tak percaya. Apa dia sudah tidak laki lagi?
"Supaya aku terus mengingatmu, sayang" dia mengedipkan matanya genit. Aku menatap jijik walau hatiku merasa tergoda. Hati memang tidak bisa berbohong, ck
Dan besoknya aku mengajaknya makan siang bersama di restoran Korea. Dia memahamiku yang begitu mengagumi para pria Korea-Selatan, tentunya.
"Aku tak tahu harus memesan apa disini" dia cemberut membuat tanganku tertarik untuk mencubitnya -sekalian pembalasan dendam juga
"Selamat ulang tahun!" aku menepuk-nepuk pelan kedua pipinya.
"Mana bonekanya?" cemberut lagi.
Aku menggeleng keras.
"Beri aku ciuman pipi!" Lucas sudah siap dengan menghadapkan sebelah pipinya kearahku.
Aku tertawa geli dan menuruti kemauannya.
"Kau tahu aku gadis seperti apa," aku mengangkat bahu cuek. Lucas mengangguk mengerti. Yah, dia selalu mengerti diriku. Daisy Alcander yang cenderung pendiam dan lebih menyukai menyendiri.
"Ini," dia menyodorkan sebuah kotak yang tak terlalu besar ke hadapanku. Aku mengernyit heran
"Boneka panda untuk panda yang kucintai!"
***
Telapak tanganku dengan refleks menyentuh dada kiriku yang berdetak tak karuan. Sialan, kenapa harus sepagi ini dengan otak yang begitu cerah membuat memori-memori itu kembali ke permukaan.
Tidak, tidak, fokus, Daisy!
"Ya Tuhan..." wajahku ditelungkupkan diatas kedua tanganku yang terlipat di meja.
"Daisy. gawat, gawat" Cathy mengejutkanku dengan dirinya yang mendobrak pintu tanpa mengetuk.
"Kita kedatangan Direktur baru sekarang!"
"Se-ka-rang, Daisy!" Cathy menarik tanganku tanpa mengerti kepalaku yang terasa berputar-putar.
Pusing yang begitu kuat dan semuanya gelap sebelum sesuatu mengingatkanku.
Parfum lelaki ini...
***
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
ENOUGH (TAMAT)
Teen FictionDaisy mencoba membentengi hatinya dari seorang David Dematria. Namun, David tidak menyerah dan mampu membuat Daisy lupa pada prinsipnya tersebut. Sampai suatu kesalah-pahaman membuat mereka terpaksa berpisah. Tetapi, takdir mempermainkan hidup Dais...