Future: Ex or Past?

435 30 1
                                    

Itu visualisasi David Dematria ya.

***

Dia tepat berada di hadapanku. Duduk tenang sembari menatap intens padaku. Ah~ menyebalkan!

Aku menatap sinis "Apa!" Bukan pertanyaan.

Dia tersenyum geli. APA

"Hei permisi nona... bukankah Saya adalah atasanmu?" Aku tau dia menggodaku!

Kenapa-kamu-muncul-lagi-Demetria-sialan.

***

Dia kembali menyuruhku datang ke ruangannya. Entah sudah keberapa kalinya.

"David. Please." Ada penekanan di setiap kata. Aku benar-benar geram dengan tingkahnya yang kelewat kekanakan.

Dia mengangkat alis?

Ponselku berdering sedikit nyaring. Biar saja. Menariknya dari saku celana jins. "Halo?"

Aku tertegun. Deg deg deg

"Apa kabar, Daisy?" Dan jantungku hampir loncat dari tempatnya.

Suara ini......

Apa yang Tuhan rencanakan pada hidupku?

Aku tahu David pasti bertanya-tanya apa yang membuatku berdiri tegang sekarang ini. Dan dia menatapku tajam seolah mengancamku untuk memberitahunya. Tidak, aku tidak akan memberitahunya. Dia bukan siapa-siapaku!

Aku melenggang keluar ruangannya dan beruntungnya dia membiarkanku pergi. Mungkin, Tuhan hanya memberiku waktu satu tahun untuk tenang. Oke... Aku berusaha menerimanya.

From: XXX

Mau makan siang bersama?

Aku menghela napas dalam. Ya ampun... apa yang dia mau kali ini?

***

"Hai...." his eye smile! Aku gugup sembari membalas dengan senyum tiga jari.

"Mau pesan apa?" gugup begitu menggerogoti tubuhku sampai-sampai nafsu makanku hilang.

"Cappucino saja," suaraku pelan. Dia terlihat heran pada jawabanku, terpaksa aku harus sedikit menjelaskannya, "Aku sudah kenyang" aku berbohong. Pada kenyataannya, aku baru makan angin saja saking menumpuknya kerjaan di kantor karena panggilan-panggilan David ke ruangannya yang membuang waktuku.

Dia menarik sudut bibirnya membuat senyuman sebelum berkata, "Kau masih sama, Daisy"

Rasanya seperti nyawa yang ditarik paksa keluar. Berhenti, Lucas!

Beruntungnya, pelayan datang dan mencatat semua pesanan kami. Aku boleh sedikit bernapas lega.

"4 tahun berlalu, Daisy..." Lucas menatap dalam ke mataku. Kali ini, aku bukanlah Daisy yang tunduk padanya. Melainkan, Daisy yang mengintimidasi! Dan tentu, aku balik menatapnya dengan tatapan menantang -mungkin.

"Ya..." aku hanya mengiyakan. Memangnya harus apa lagi?

Sekarang, rambutnya mempunyai potongan yang rapih tidak acak-acakkan seperti dulu saat bersamaku. Eh apa? Aku bercicit kecil. Ah, memori sialan

Dia tersenyum. Apa moodnya sedang dalam keadaan baik? Oh tidak, you must be don't care, Alcander!

Aku menyeruput cappucino-ku pelan. Menyesapnya pelan. Sementara Lucas, menyendok makanannya dengan mata yang melirik-lirik padaku. Sedikit jengah dibuatnya

Getaran panjang terasa di dalam tas yang berada dalam pangkuanku. David calling.....

Aku terkesiap! Refleks, aku menoleh kearah sekitar. Seperti ada rasa takut yang hinggap saat membaca nama David. Sialan

Aku mengangkatnya dengan pandangan keluar. "Ya?" aku bersuara sepelan mungkin yang aku bisa mengingat aku sedang bersama Lucas.

"Kau dimana?" Terdengar nada posesif dari kalimatnya. Entahlah..

"Sebentar lagi aku ke kantor" dan aku seperti budak yang penurut. APA

"Cepat" menyebalkan. Tut

Aku menghabiskan minumanku secepatnya. Dan melirik kearah Lucas dengan ragu-ragu. "Aku, harus ke kantor?" ah sial, kenapa kesannya aku seperti meminta izin padanya.

Tersirat wajah kecewa darinya tapi segera aku tepis dan berusaha mengabaikannya. Dia mengangguk pelan tanda mengiyakan. Aku tersenyum kecil sebelum melesat pergi.

***

D&D Enterprise Corp.

Hah hah hah... sekarang aku sudah seperti pegawai yang benar-benar ketakutan pada Bosnya yang killer. Sebenarnya tidak, tapi entah mengapa kakiku terasa lebih ringan dan begitu cepat sampai di kantor. Bahkan, sekarang aku sudah berdiri tepat di depan pintu ruangan David. Oh gila!

Kursi sekretaris terlihat kosong, mungkin Betty masih betah di restauran Perancis kesukaannya. Setelah sadar, aku berjalan mundur dan hendak kembali ke bawah dengan lift. Tapi, triple sialan, David membuka pintu istananya.

"Mau kabur?" apa maksudnya? memangnya aku sedang diculik olehnya? Membalikkan badan tapi dia dengan gesit menarikku ke ruangannya. Ugh!

"Siapa dia?" apanya yang siapa? Aku menaikkan alis tak mengerti. Dia itu aneh sekali

"Tadi-kau-dengan-siapa?" Sial. David mengeja kata per kata dengan penekanan. Dia cemburu! Itu kata sudut hatiku dan aku memakinya kesal. Cemburu bokongmu!

"Teman," aku mengangkat bahu cuek. Dan keturunan Alcander memang pembangkang maka sekarang, aku sudah hendak membuka knop pintu.

"Berhenti membuatku cemas!" teriakkannya sebelum tenggelam dengan suara bantingan pintu. Dan untung saja, Betty belum datang.

Tanganku mencari pegangan dan memilih bersandar pada pintu kokoh itu. Degupannya lebih cepat saat tangan kananku bersandar pada dada kiriku. Aku seperti terbang keatas awan saat menangkap raut frustasinya dan pengakuannya yang khawatir padaku.

***

To be continued...


ENOUGH (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang