Chapter 7

4.8K 624 65
                                    


Alvaro bersedekap dada sembari menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa dengan santai, namun tatapan matanya tidak begitu santai.

"Gak ada yang ngaku?"

Semua saling tatap, kemudian menggeleng dengan serentak. "Woy Dim! Lo kan orangnya?" Tuding Reynand.

Dimas yang masih membenarkan celana jeans nya karena baru saja keluar dari kamar mandi di warung Abah Somat, seketika memasang ekspresi bingung.

"Maksudnya? Orang? Gue?"

Liam terkekeh geli, "Lagi ngelag orangnya, pasti gegara tai lo nggak keluar-keluar kan?"

Genta yang tak bisa menahan tawa, berakhir dengan memukuli lengan Nathan di sampingnya. "Makanya muka dia merah anjir!"

Dimas mengangkat bahunya acuh tak peduli, kemudian mendudukkan dirinya di sebelah Reynand. Ia menatap Reynand dengan tatapan bertanya, cowok itu malah menunjuk pada Alvaro yang menatapnya.

"Kenapa bang?"

"Lo habis ngomong apa sama pacar gue?"

Dimas gelagapan, saat semua pasang mata menatapnya serius. "Ini gara-gara Salma, dia mancing gue bang Al. Gue ngomong bego, gue bilang artinya pinter. Kalau gue ngomong goblok, susah jelasin nya."

Alvaro memutar bola matanya jengah. "Gara-gara lo otak bini gue jadi kotor." Lalu menyesap kembali rokok yang berada di sela-sela jari tengah dan telunjuknya.

Semua melotot ketika mendengar perkataan Alvaro. Apalagi Reynand, matanya sudah ingin keluar dari sangkarnya. "ANJIR! BINI KATANYA!" Teriaknya dengan tertawa terpingkal-pingkal.

Karena Reynand, kini semua orang yang berada di warung itu seketika tertawa keras. "Nikah aja belom." Cibir Nathan pelan.

Genta memberhentikan tawanya. "Buset! Ntar kalau nikah gue mau jadi MC nya." Ujar Genta.

Liam mengangkat tangannya tinggi-tinggi. "Gue! Gue mau jadi tukang sound nya!"

"Lo yakin bang? Rata-rata muka tukang sound agak mengecewakan menurut gue.." Dimas beralih menatap Liam.

"Dimas emang terlalu jujur." Bisik Genta pada Nathan yang sedari tadi hanya fokus dengan ponselnya.

"Si kampret! Ntar biar gue bisa konser dadakan!" Ujar Liam dengan bangga.

"Gue mau jadi pelayan aja deh, biar nggak dikatain papa beban keluarga mulu." Celetuk Reynand sembari memakan kuaci.

"Dari dulu lo kan beban keluarga!" Cibir Liam.

"Gue tadi ngomong apa? Kenapa jadi kesini?" Tanya Alvaro malas.

Liam memberhentikan tawanya. "Siap-siap deh Al kalau jadi suaminya Reyna, ntar dimasakin nasi goreng asin."

Alvaro melotot. "Lo?!"

"Hehehe, sorry kemarin gue makan nasi goreng buatan Reyna. Beuhhh rasanya pengen ngajak lidah gue bergoyang anjir!" Kata Liam yang membuat Alvaro menendang sofa yang diduduki cowok itu marah.

"Eh, copot!" Kaget Liam sampai-sampai cowok itu terjatuh di lantai.

"Adek laknat! Gue sebagai saudara kandungnya aja nggak pernah dimasakin." Kesal Reynand berujar pelan agar Alvaro tidak mendengar nya.

Brak brak!  "ALVARO ALVARO!"

Semua yang berada di dalam warung seketika terkejut dengan teriakan itu. Bahkan sang pemilik warung, Abah Somat juga sangat terkejut sampai-sampai kopi yang beliau aduk jadi tumpah sedikit.

"Kenapa nih rame-rame? Tawuran, bro?" Tanya Reynand setelah berada di luar sembari memakan gorengan.

"Anjai! Perasaan kita sering ketemu Ken, kenapa lo udah brewokan aja?" Dumel Liam tertawa keras.

AL-REYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang