Motor Alvaro berhenti di depan gerbang rumah Reyna. Dia mengintip di dalam, ternyata pintu rumah tak terbuka. Walaupun badannya terasa sangat sakit, namun ia harus menahan nya di depan Reyna."Aduh!" Pekik cowok itu. "Astaga Re, kenapa di tekan sih jidat gue?"
Reyna memamerkan deretan giginya. "Itu ada benjolan, gemes banget Kak Varo."
Dahi Alvaro berkerut. "Tadi kan Aku-kamu?"
Gadis didepannya itu menepuk keningnya. "Oh iya, lupa."
"Liat deh, benjolannya warna merah." Kata Reyna.
"Hah? Iya?" Alvaro segera mengaca pada spion motor nya. Benar kata gadis itu, di dahinya ada benjolan kecil berwarna merah.
"Itu sakit nggak ya?" Tunjuknya pada wajah Alvaro yang sangat menyedihkan.
"Gue nggak apa-apa."
"Kalau gitu aku pulang dulu ya."
Alvaro mengangguk, namun kemudian dia turun dari motornya yang masih memakai helm. Cowok itu mencegah tangan Reyna yang hendak masuk ke gerbang. Reflek, kepala gadis itu menabrak dada bidang Alvaro.
"Ke-kenapa?"
"Lain kali kalau ada kejadian kayak tadi, langsung lari aja ya? Gue takut lo kenapa-napa." Alvaro memeluk Reyna erat, seolah tak ingin melepas nya.
Ia dapat merasakan kepala Reyna mengangguk kecil.
"Iya, kamu tenang aja. Setiap hari aku minum susu, biar larinya cepat."
Cowok itu tertawa kecil, namun tak lama ia berdesis karena merasa sudut bibirnya perih.
"Lepas deh Kak, Aku mau masuk ke rumah. Mau makan."
"Nggak mau." Dia malah mempererat pelukannya dan menelungkup kan kepalanya di leher mulus Reyna. Hal itu malah membuat Reyna kesulitan untuk bernafas.
"Ih! Engap tauk!" Sewotnya melepaskan pelukan Alvaro.
Alvaro nampak menghela nafas gusar, dia menatap Reyna dengan tatapan memelas. "Peluk lagi ya, Re?" Cowok itu berjalan mendekat seraya merentangkan kedua tangannya lebar.
"Nggak! Badan kamu bau, mending mandi dulu deh!" Reyna mengapit hidungnya.
Alvaro mencibirnya dalam hati. Padahal bau badannya masih wangi, tapi mungkin masam sedikit sih. Benar juga Reyna. "Yaudah, gue pulang."
Gadis itu mengangguk seraya tersenyum. Dia melambaikan tangannya ketika motor Alvaro mulai menjauh dari pandangan matanya. Setelah itu ia pun membuka gerbang rumah dan menutupnya lagi.
"Dari mana?"
Reyna terjingkat, setelah ia membuka pintu rumahnya ia dikejutkan dengan keberadaan Papa nya disana.
"Papa?"
"Dari mana?"
"Dari rumah Kak Varo."
"Varo nya mana?"
"Udah pergi."
Rafael membenarkan kacamata nya, dia mengangguk.
"Masuk."
"Ya kan emang masuk Pah, kalau enggak masuk ngapain pulang?" Reyna memasuki rumahnya santai tak memperdulikan Rafael yang sedang melotot. Gadis itu memasuki ruang makan ketika sang Mama memanggilnya. Dia menduduki kursi di meja makan itu.
"Kamu dari mana Re?"
"Dari rumah Kak Varo Mah." Jawabnya. Matanya berbinar cerah ketika Caramel menyiapkan makanan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AL-REY
Teen Fiction[Sequel My Killer Ketos] "Kok manis sih?" Tanya Reyna setelah merasakan jus yang dibuat oleh Alvaro. "Ya terus? Lo mau yang rasa pedes?" "Gak gitu! Biasanya Reyna buat sendiri gak pake gula. Soalnya minumnya sambil liatin wajah kak Varo, jadi manis...