Chapter 9

4.7K 612 120
                                    


"Enak banget ya bolak-balik ke kantin?" Cibir Genta melihat Liam yang sedari tadi bolak-balik ke kantin kemudian memasuki ruangan lagi.

"Enak banget anjir! Apalagi bisa godain anaknya buk kantin!" Pekik Liam tertawa terbahak-bahak mengingat seorang gadis yang ia goda beberapa menit yang lalu.

"Itu emang karena dia good looking, kalau good jelek ya mana mungkin lo mau?" Ujar Reynand yang sedari tadi memainkan ponselnya.

Sepulang sekolah mereka semua langsung menuju kesini, teman sekelas Reyna pun juga baru saja menjenguknya.

"Alah! Bacot banget!"

Sementara itu, Reyna dan Alvaro sibuk dengan urusan nya masing-masing. "Habis ini Bunda sama Ayara mau kesini." Ujar Alvaro mengusap lembut kepala Reyna.

"Ayara ikut?"

Alvaro mengangguk, "Ikut, bentar lagi gue nyusul mereka."

"Kenapa disusul?"

"Mobil dipake Papa, satunya gue pake. Emang mama mau pake motor gue?"

Kemarin orang tua Genta, Liam dan Nathan menjenguk Reyna disini. Suasana nampak lebih ramai, Reyna suka hal itu. Keadaan Reyna juga sudah membaik hari ini, mungkin nanti malam ia akan pulang ke rumah. Dari kemarin gadis itu merengek minta pulang ke rumah, namun semua tak mengizinkannya karena memang kemarin gadis itu masih demam.

"Oke deh, Rere nggak tidur kalau gitu." Ujarnya tersenyum. Alvaro membalas senyuman itu, kemudian mengelus rambut Reyna.

"Re." Panggil Dimas.

"Kenapa Dimas?" Reyna mendongak.

"Papa gue mau jenguk lo, boleh kan? Soalnya tadi juga habis jengukin saudara disini."

Reyna mengangguk tersenyum menatap Dimas, "Boleh kok."

Setelah Dimas kembali ke tempat duduknya, Alvaro menatap Reyna kesal. "Bisa nggak sih, nggak usah senyumin orang lain?" Decaknya sebal.

"Kata Mama, kita itu harus ramah sama orang lain." Kata Reyna.

Alvaro terdiam, perkataan Reyna ada benarnya juga sih.

"Assalamualaikum." Salam seorang lelaki dan perempuan yang baru saja masuk ke ruangan bernuansa putih ini.

"Eh, Bang Arsen. Tumben kesini? Libur?" Tanya Genta menghampiri Arsen di dekat ranjang Reyna.

Arsen mengangguk, "Iya, ma bro, mau jenguk Reyna." Ujarnya sok akrab.

"Lah anjir, sejak kapan orang ini manggil gue bro? Biasanya kan dia manggil curut." Gumam Genta kembali ke sofa bersama teman-temannya.

Kedua mata Reyna berbinar cerah, "Wah! Om Arsen sama Tante Aza?" Pekik gadis itu girang. Melihat calon istri Arsen.

Aza tersenyum menatap Reyna, "Iya, ini buat kamu. Mama sama Papa kamu kemana?" Menaruh oleh-oleh di atas meja. Sedangkan Arsen memilih untuk berbincang dengan Alvaro di kursi lainnya.

"Tadi Mama kesini habis nganter obatnya Reyna, terus katanya ada yang mau operasi. Kalau Papa, hari ini ada rapat penting katanya."

Aza manggut-manggut mengerti, perempuan ini duduk di kursi yang ada di dekat ranjang Reyna.

"Re, Gue mau susul Bunda sama Ayara dulu. Lo sama kak  Aza ya." Alvaro menghampiri gadis itu.

Reyna mengangguk singkat, ia lebih tertarik dengan cerita lucu Aza saat ini ketimbang Alvaro. Cowok itu mengambil jaket serta kunci mobil kemudian keluar dari ruangan itu.

"Kalau gitu Om Arsen sama Kak Aza juga mau pamit, soalnya udah ada janji sama klien." Ucap Arsen.

"Yahh.. padahal mau sama Kak Aza."

AL-REYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang