Motor Reynand sudah terparkir di halaman rumah Alvaro. Reyna tak sabar untuk bertemu dengan pacarnya itu. Rupanya di rumah hanya ada Alvaro dan Bi Ami saja.
Alvaro menjelaskan serinci mungkin kepada Reyna, bahwa hari ini ada acara keluarga di Bandung.
"Kak Varo nggak ikut?"
Alvaro berdecak kesal, "Gue lagi sakit masih aja lo tanyain gitu." Ia melirik Reyna yang tertawa kecil.
Sebenarnya tadi semua tak tega meninggalkan dirinya disini, tapi Alvaro mendesak agar mereka jadi pergi ke Bandung.
"Emang masih luka-luka?"
Reynand hanya melihat Alvaro sekilas saja, ternyata saat ini cowok itu duduk manis di meja makan. Melahap beberapa makanan yang tersaji, di temani oleh Bi Ami.
"Iya, lo nggak liat?"
Reyna celingukan, ia menggeleng. "Nggak."
Posisinya, Alvaro duduk dan bersandar pada sandaran kasurnya. Lalu Reyna juga berada di pinggiran kasur Alvaro. "Mau lihat nggak?"
"Boleh." Reyna tersenyum.
Alvaro mendengus, ia melepas kaosnya di depan mata Reyna. Cewek itu melotot lebar, ia segera menutup kedua matanya.
"Katanya mau lihat?" Goda Alvaro.
"Luka kak Varo, bukan itu..." Cicitnya.
Alvaro memutar bola matanya malas, "Ya ini luka gue, lo lebay amat Re, udah pernah lihat masih aja malu."
Reyna membuka matanya, benar juga.
"Kak Varo mah!" Tak sadar ia menabok perut Alvaro.
"ADUH SAKIT WOI!" Pasalnya, tubuh Alvaro memang penuh luka.
"Sorry sorry!"
Reyna meringis, melihat Alvaro kesakitan.
Tiba-tiba gadis itu memeluk Alvaro, tubuh Alvaro melemah seketika. Senyumnya mengembang, ini yang ia tunggu-tunggu.
Ia mengangkat tangannya untuk mengelus-elus rambut Reyna. "Lo nangis?" Ia menautkan kedua alisnya, merasakan Reyna sesenggukan.
"Sini."
"Maaf."
Reyna mengangkat kepalanya, ia menyamping di pangkuan Alvaro. "Gue gapapa, nggak usah nangis, lo nggak salah."
Reyna menunduk, ia meraba perut Alvaro.
"Pasti sakit.."
"Kalau lo yang pegang mah udah sembuh."
Reyna menahan senyumnya, "Kak Varo ih.."
"WOI ANJR*T!! NGAPAIN KALIAN!"
•••
Kini semua berkumpul di ruang tamu. Reyna masih shock dengan teriakan Liam tadi, padahal sudah dibilangin Alvaro tidak apa-apa. Tapi tetap saja ia masih merasa terkejut.
"Besok-besok kalau mau ke kamar tuh ketuk pintu dulu." Ujar Alvaro melirik Liam sinis.
"Gue nggak merasa!" Ia menyilangkan tangannya di atas agar semua melihat kearahnya, "Lagian tuh pintu udah kebuka dari tadi! Masih aja nyalahin gue."
Alvaro melotot, rasanya ia ingin melempar seisi alam semesta kepada Liam. "Terserah." Ia akhirnya menyerah untuk berdebat dengan cowok itu. Malas.
Lebih baik ia memainkan rambut Reyna. Gadis itu nampaknya serius mendengarkan pembicaraan di ruangan ini. "Kenapa?" Bisik Alvaro.
KAMU SEDANG MEMBACA
AL-REY
Teen Fiction[Sequel My Killer Ketos] "Kok manis sih?" Tanya Reyna setelah merasakan jus yang dibuat oleh Alvaro. "Ya terus? Lo mau yang rasa pedes?" "Gak gitu! Biasanya Reyna buat sendiri gak pake gula. Soalnya minumnya sambil liatin wajah kak Varo, jadi manis...