Berdarah Dingin

4 0 0
                                    

"Thaaa ada yang nyariin" Teriak Yessa

"Siapa yes?" Tanya Ryla

"Mana gue tau emang gue emaknya" Jawab Yessa kemudian melengos berjalan menuju kursinya

"Suka bener kalo ngomong sih you" Ryla

Anak laki-laki yang menunggunya berdiri menghadap lapangan upacara satu tangan membawa paperbag abu-abu dan satu tangan lainnya dia masukan di saku.

Lelaki tersebut memakai hoodie. Untunglah kelas Ryla tidak lagi fullteam separo teman-temannya berada di lapangan Bolla Volly menyaksikan juga mendukung kelasnya yang sedang bertanding.

Jika tidak jadilah Ryla bahan olok-olokan teman – temannya. Apalagi Rian jika tahu Ryla ditemui lelaki selain teman kelasnya, Ryla sendiri tidak bisa membayangkan ekspresi Rian yang akan berubah menjadi patung pancoran, dan diam seribu Bahasa atau malah jadi penceramah.

"Ekhem cari gue? Siapa ya?" Tanya Ryla dan berhasil membuat lelaki itu berbalik badan

Sial ternyata si kaku berdarah dingin. Atha dengan tanpa ekspresi langsung menyodorkan paperbag yang dia pegang sejak tadi dan berlalu pergi begitu saja, tanpa ada sepatah katapun keluar dari bibirnya.

"Memang ya manusia berdarah dingin gitu"

"Kok ada ya jenis begituan?"

"Lah apakabar pacarnya betah sama tembok es?"

"Dingin tapi bisa laku"

"Mana tuh muka kek jalan tol lempeng banget lagi"

"Mending jalan tol ada belokan kadang-kadang, lah ini"

"Boro boro ngomong maap, denger napasnya aja kagak"

"Tapi gue mendadak jantungan gini" Oceh Ryla setelah kepergian Atha

Atha memilih duduk dan memesan makan. Lebih senang menyendiri walaupun dalam beberapa acara dia juga ikut gabung dan berperan dengan teman-temannya, entahlah menurutnya hidup itu tidak baik bergantung dengan orang lain apalagi di tempat perantauan. Tring (Handphone yang berada di sakunya bergetar) merusak acara makan siangnya kali ini.

+6281XXXXXXXXX

Thanks

Ma'af ini siapa?

Gue nggak kenal

+6281XXXXXXXXX

Nanti juga tahu

"Orang aneh" Gumam Atha dan meletakan kembali handphonenya dan melanjutkan makannya tanpa berniat membalas pesan dari nomer yang tidak diketahuinya.

"Halah kaya chatting sama tembok gue"

"Bela-belain gue minta nomer dia ke Farhan Cuma bales gini doang"

"Mana diread doang lagi" Ryla misuh-misuh tidak jelas mengomeli handphone silvernya dipinggir lapangan Basket bersama teman sekelasnya yang sedang mendukung Rian dan teman – temannya.

"Nape lo brisik banget bukannya ngedukung teriak-teriak gitu kan suara lo doang yang bisa ngalahin toa" Tanya Lian yang berdiri disampingnya.

"Si Baejin kawe judes amat dingin kaku lagi" Jawab Ryla sembari menyodorkan handphone silvernya kearah Lian memperlihatkkan Riwayat chatnya.

"Hahahaha, lempeng bener. Lagian lo ngapain pake ngechat dia segala"

"Gue cuma mau ngucapin makasih soalnya jaket gue dicuciin sama dia"

"Hilih modus lo nya itusih, udah-udah nanti lo certain lagi sekarang fokus dukung noh merekaaaaa WOOOOYYY AYO ELAH SEMANGAKAAAA" Lian kembali meneriaki teman-temannya yang sedang bertanding.

Thakyou!!

Dua BelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang