Lisa memasuki ruangan mendahului Ryla yang sedang berdiri di depan ruangan melihat ruangan lain yang berada diatas ruanganya yang sudah dapat Ryla pastikan separuh teman-temannya ada disitu termasuk Rian, yang membuat Ryla tersenyum bahagia setidaknya dalam beberapa hari kedepan dia tidak bertemu bocah yang jailnya kelewatan itu karena berbeda ruangan.
Langkahnya terhenti tepat dua langkah setelah memasuki ruangan 13 Ryla mematung di depan ruangan tatapannya tak lepas dari satu titik yang tepat berada di belakang tempat duduknya yang Ryla duga dan dugaannya 98% dapat dipastikan benar. Dia sedang membaca catatan dan sesekali mengobrol bersama teman lelakinya. Seutas senyum tak disadari oleh Ryla telah terukir diwajahnya di hari pertama ujian semester ganjil kali ini.
"Gila gak nyangka gue, kok bisa" Pertanyaan–pertanyaan terus bermunculan bergantian diotaknya menghentikan fungsi panca indranya. Buktinya panggilan Lian terabaikan
"Ryla Dwi Agnatha" Dari arah belakang Lian memanggilnya untuk yang ketiga kalinya karena panggilan pertama dan keduanya tidak mendapat respon
"Yeorobun pagi-pagi tuh anak berisik banget sih mana nama lengkap gue disebut pula" Teriakan Lian sukses berhasil menyadarkan Ryla dari lamunannya dan berjalan menghampiri Lian melewati Atha, Hadnan Atha Kusuma XI IPA 2 yang Ryla tahu dari Farah.
"Pagi Maris" Sapa Ryla dengan senyuman manis andalannya
Riska Azkia, akrab dipanggil dengan sebutan Maris. Teman-teman kelasnya juga sama sering memangilnya Maris.
"Pagi Ryl" Sapa Riska balik tetapi masih sibuk dengan buku catatannya
"Sok rajin kalian" Komentar Ryla tiba–tiba ketika melihat Riska dan Lian sedang memegang buku catatan masing masing.
"Iyalah rajin biar dikira orang pinter" Saut Lian percaya diri
"Halah pencitraan anda" Balas Ryla di ikuti tawa Riska yang menyaksikan hiburan dadakan oleh kedua temannya
"Sono lo bacoddd ae" Tukas Lian mengusir Ryla
Atha dan temannya yang berada tepat didepan meja Lian dan Riska dudukin berusaha acuh dan fokus pada buku buku mereka dan mengabaikan kaka kelasnya itu yang pagi–pagi bukannya belajar malah ribut tidak jelas.
"Hilih tadi manggil–manggil gue lo, sekarang ngusir, dasar si cinta" Celetuk Ryla yang gemas kepada Lian
"Brisik ae sih mbanya. Ngomporin lagi, nanti meledug loh mbanya" Balas Lian sengit tak mau kalah
" Iyah nanti hari Rabu bakal meledug kok tenang aja kalem, kuy ah gue balik mau nyobain tempat duduk gue yang sangat aman nyaman dan tentram " Jawab Ryla santai dan berjalan kearah tempat duduknya meninggalkan temannya yang sedang berusaha fokus pada bacaanya.
Memang tempat duduk Ryla adalah tempat paling strategis, Ryla duduk dibarisan ketiga dan tepat berada ditengah-tengah dimana jika dilihat dari meja pengawas tidak akan terlihat jelas, dan yang paling penting diatas Ryla terdapat kipas angin yang dengan setia akan mendinginkan pikirannya ketika otaknya sudah mulai meradang bereaksi setelah berfikir keras.
"Silahkan taro tas kalian diluar, hanya ada papan ujian, pulpen, dan kartu peserta ujian" Ucap Pak Juna yang baru saja masuk ke ruangan dan mengalihkan perhatian Ryla dari buku yang sempat dibacanya sedikit yang Ryla yakini materi yang udah dia pelajarin bakal nempel jika materi tersebut tidak kesasar ke arah yang salah ataupun nyangkut di tempat lain.
"Kamu" Tunjuk Pak Juna setelah anak-anak sudah duduk ditempatnya masing masing
"Saya pak?" Tanya Nizar kepada pak Juna
"Iya kamu, sini maju pimpin doa" Jawab pak Juna dengan cepat
Nizar Bimaswara, XI IPA 2 anak Osis, dia duduk dengan Lian dan yang pasti teman Atha, Nizar hanya pasrah dan maju kedepan kelas dan memimpin doa.
"Mari semuanya kaka–kaka dan teman-teman kita berdoa sebelum mengerjakan soal ujian menurut agamanya masing-masing, berdoa dipersilahkan" Ucap Nizar memimpin doa.
Pagi yang mendukung, mood Ryla sedang naik materi yang semalam Ryla pelajari hampir semua bisa Ryla kerjakan seperti mendapat keajaiban otaknya berjalan dengan tanpa dugaan.
"Ta! Tata! Agnatha!! Jir woy!!" panggil Lian pelan, berhasil membuyarkan konsentrasi Ryla yang sedang mengisi lembar jawabannya dan sedikit menarik perhatian Riri yang duduk dengan Ryla adik kelasnya. Riri pun melanjutkan pekerjaannya yang sedikit terganggu oleh Lian yang terus–terusan memanggilnya itu.
"Apaan" Tanya Ryla sedikit memelankan suaranya
Bukannya menjawab pertanyaan Ryla Lian malah menulis sesuatu yang Ryla yakin isinya pasti permohonan meminta jawaban atau kalau tidak mantra - mantra dia yang berisikan bujuk rayu agar Ryla luluh dan tidak pelit dalam hal jawaban.
"Tangkep" Lian melempar gulungan kertas kucel ke Ryla kebetulan tempat duduk mereka tidak berjarak jauh
Dan isinya ternyata bukan bujuk rayu, melainkan Liat ke belakang lo sebelah kiri coba perhatiin yang duduk sama Farhan dia mirip Bae Jinyoung Wanna One gils.
Refleks Ryla langsung menoleh setelah membaca isi surat Lian dan pandangannya jatuh tepat pada anak laki–laki yang sedang fokus mengerjakan soal yang duduk bersama Farhan yang notabennya temen Ryla dan Lian
"Edun lah kok iya sih, kok gue baru ngeh kalo dia mirip si baejin, jirr si Lian tajem bener kalo nyangkut yang berbau oppa" Ryla tersenyum segera dia membalas pesan dari Lian.
Lah si anjir, itu Atha. Mirip dikit sih, gue udah sering liat tu bocah tapi gue ga ngeh dong ckckck Tulis Ryla melempar kembali kertas tersebut ke Lian setelah berhasil memanggil Lian yang sedang fokus membaca soal. Dan Ryla kembali mengerjakan soal-soal yang telah menunggunya.
Penasaran kah kalean wkwkwkw. Part selanjutnya mungkin bahas Bae Jinyoung dulu biar lebih mantul aja hehehe.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Belas
أدب الهواةRyla Dwi Agnatha Siswi kelas 12 yang berhadapan dengan berbagai ujian, bertemu dengan Bae Jinyoung versi lokal yang rasanya manis tetapi sangat dingin juga kaku, Hanza Atha Wijaya. Awalnya hanya sekedar tahu hingga satu hari takdir menggariskan mer...