2. Cherry

534 211 207
                                        

HAPPY READING!❤

oOo

Seorang cowok berparas tampan dengan seragam yang acak-acakan sedang berjalan menyusuri koridor lantai 3. Alvin menatap lurus ke depan tanpa mempedulikan para siswi yang menyapanya.

"Wah, Pen! Parah! Lo udah sampe sini duluan nggak ngajak-ngajak gue!" seru Alvin ketika melihat Fendy sudah duduk di bangku teras kelas 12 IPS 2.

Fendy menyandarkan punggungnya pada sandaran bangku yang didudukinya. "Siapa suruh lo dengerin ceramahnya Pak Alex?"

Alvin mengeluarkan senyum liciknya. "Tapi nama lo dicatat di buku catatannya Pak Alex. Siap-siap aja lo besok lari lima puluh kali keliling lapangan."

Fendy mengubah raut wajahnya menjadi panik. Dia lupa kalau Wali Kelasnya itu adalah guru olahraga. Besok pasti guru itu akan menghukumnya berlari mengelilingi lapangan utama sekolahnya yang luasnya sama dengan ukuran lapangan Gelora Bung Karno.

Alvin menarik sudut kiri bibirnya. Untung saja dia tidak mengikuti ajaran sesat Fendy yang bilang kalau ingin pergi ke toilet, padahal cowok itu bolos menuju kelas pacarnya.

"Vano mana?" tanya Nina yang baru saja keluar kelas diikuti ketiga sahabatnya.

"Dia masih di kelas godain cewek-cewek IPA dua," jawab Fendy asal ceplos.

Nina membulatkan matanya. "Serius lo?!"

Fendy menganggukkan kepalanya.

"Awas aja, ya, tuh anak kalo udah sampe sini!" gerutu Nina seraya menampilkan wajah kesalnya.

Sherly memegang bahu Nina. "Sabar, Nin. Jangan percaya, cowoknya Diva kan tukang bohong."

Fendy dan Diva memang sudah resmi jadian saat liburan kenaikan kelas kemarin, sama seperti Nina dan Vano.

Fendy menatap Sherly tidak terima. "Enak aja lo!"

Nina menoleh ke arah Vano yang baru saja menghampirinya bersama Dimas. "Vano! Lo abis godain cewek, ya?!"

Vano mengerutkan keningnya. "Kata siapa? Enggak kok."

"Kata Fendy lo godain cewek-cewek di kelas lo."

Vano menatap Fendy tajam. "Maksud lo apa, hah?!"

Fendy menaikkan sebelah alisnya. "Apa? Gue nggak bilang apa-apa."

Nina menatap Fendy binggung. "Bohong! Lo bilang tadi Vano lagi godain cewek-cewek di kelasnya!"

"Bep, ayo pulang!" ucap Fendy yang langsung menarik tangan Diva dan mengajaknya berlari menjauhi teman-temannya.

"WOY, BABI! AWAS LO YA!" teriak Vano seraya mengumpati Fendy yang sedang berlari bersama Diva.

Nina menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Jadi, gimana?"

Vano menghela napasnya pelan. "Lo jangan percaya apapun yang dibilang sama dia. Pendy kan emang tukang bohong."

Nina menganggukkan kepalanya, lalu menoleh ke arah Dimas yang berdiri di sebelah pacarnya. "Dim, lo sekelas sama Vano, kan?"

Dimas menganggukkan kepalanya. "Iya, kenapa?"

"Lo harus awasin Vano! Kalo dia deket-deket cewek di kelasnya, lo harus bilang ke gue! Okay?" ujar Nina seraya melirik Vano yang sedang menatapnya dengan wajah memelas.

Dimas menarik sudut kiri bibirnya. "Okay."

"Vano, lo sekelas sama Dimas, kan?" tanya Sherly yang dari tadi menyimak.

SHAMBLES [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang