Jandaku 5
#Penyesalan_Tiada_AkhirHendra yang mendadak gamang, menatap tanpa kedip pada dua amplop coklat yang ada di atas meja kerja. Amplop tersebut berisikan temuan dan laporan atas penyelidikan yang dilakukan oleh orang-orang suruhannya.
Hampir satu jam lebih berkas itu terabaikan tanpa ada niat Hendra untuk membukanya. Semua dikarenakan rasa takut yang yang begitu besar menyisipi hatinya. Takut jika hasil yang didapat, bertolak belakang dengan keinginannya. Terutama, mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan Rani dan duo kembar. Untuk itu, ia hanya menatap pasrah tanpa ada keberanian untuk sekedar menyentuh berkas-berkas itu.
Sesaat, Hendra menghela nafas. Rasa ingin tahunya yang besar, kalah dengan pikiran buruk yang berkecamuk di kepala.
Dengan keraguan yang masih tersisa, Hendra menjangkau amplop yang berada di posisi teratas. Satu persatu, ia keluarkan lembaran kertas dan gambar yang ada di dalamnya dan menyusun di atas meja. Hendra terpaku! Pandangannya tertumbuk pada beberapa lembar foto yang menampilkan kegiatan si kecil.
Tanpa kedip, ia memindai dan memperhatikan ekspresi kebahagiaan mereka. Tersenyum lebar hingga menampakkan beberapa gusi yang sudah ditinggalkan penghuninya.
Tanpa sadar, garis lengkung pun tercipta di bibir Hendra. Keceriaan yang ada di depan mata, seakan menarik dan meyeretnya untuk turut serta menikmati.
Mendadak senyum Hendra memudar. Cekungan yang ada di pipi kanan salah satu dari mereka persis dengan yang dimiliki Mama Maya. Bahkan, jika diperhatikan lebih seksama, meski duo kembar itu memiliki garis wajah yang sama dengan Rani, persentase kemiripan mereka justru lebih besar mengarah kepada sang mama.
Untuk meyakinkan pendapat tersebut, Hendra meraih telpon genggam. Membuka galeri dan mencari sesuatu untuk membuktikan pemikirannya. Tak salah lagi! Apa yang ada di hadapannya kini membuat Hendra semakin yakin. Mereka putrinya!
Tak sabaran, Hendra segera memeriksa beberapa lembar berkas yang berserakan. Fiks! Keyakinannya bertambah. Dari data yang ditemukan, hingga sekarang Rani berstatus janda. Jadi, duo kembar itu adalah darah dagingnya. Namun, apakah semudah itu Rani mengakui kenyataan tersebut? Lalu, siapa lelaki yang saat itu bersama Rani?
Walau hati berbunga akan temuan yang didapatkan, ada bimbang yang menyertai pikiran Hendra. Mengingat sikap Rani yang keras, tentu sulit baginya merengkuh si kecil. Apa lagi, luka dan perih yang telah ia tanamkan begitu dalam di hati perempuan itu.
Hendra mengeram! Marah dan kesal akan kebodohan sendiri.
Tak lama, pekikan Hendra melengking di ruangannya yang kedap suara. Rambut pun menjadi sasaran. Saat kesepuluh jari yang terselip di helaian hitam itu mencengkram dan menariknya.
Dengan nafas memburu, Hendra bangkit dari duduknya. Berdiri di depan dinding yang memajang beberapa piagam penghargaan yang ia dapat selama memimpin perusahaan. Dulu, ia begitu bangga karena berhasil memperoleh berbagai macam prestasi tersebut. Pun dengan posisinya sekarang yang terkenal akan predikat pengusaha muda nan sukses. Sekarang, semua rasa itu telah hilang. Jika menjadi seorang ayah saja, ia telah gagal.
Dengan rasa putus asa nan membuncah, Hendra luruh di lantai. Kedua lengannya mengukung tungkai nan di tekuk. Menyembunyikan tangis, kepala menyuruk di antara lutut. Bahu kokoh itu pun berguncang hebat.
"Maaf! Maaf!" lirih Hendra disela isaknya.
Untuk beberapa lama, lelaki yang jarang menangis itu menunjukan kelemahannya. Hingga tanpa sadar, ketukan di pintu membuatnya tersentak dan berusaha sesegera mungkin meredam isaknya.
Setelah mampu menguasai suasana hati, Hendra bangkit dari duduk dan melangkah ke kamar mandi. Membasuh wajah, menghilangkan jejak tangis yang meninggalkan mata dan puncak hidung nan memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyesalan Tiada Akhir (Jandaku)
RomanceMenyadari, lelaki yang gagal menikahi kekasihnya itu hanya menganggap ia sebagai pelarian dan pengantin pengganti. Dengan hati hancur, Rani menerima keputusan Hendra yang ingin menceraikannya. Namun, pertemuan tujuh tahun kemudian membawa dilema. R...