Jandaku 6
#Penyesalan_Tiada_Akhir"Pagi Ma!" sapa Hendra seraya duduk bergabung di meja makan.
Meski Hendra telah tinggal bersama sang mama beberapa hari ini. Akan tetapi, perempuan paruh baya yang duduk bersebelahan dengan Hendra itu tetap mendiamkannya. Mama Maya masih mengabaikan dan tak sedikit pun terpancing dengan usaha Hendra untuk mendamaikannya.
"Hendra sudah tahu dimana Rani tinggal, Ma!" Mencoba memancing pembicaraan, Hendra membuka suara sembari mengoles roti.
Sementara itu, seakan tidak mendengar, Mama Maya bersikap tak acuh sembari terus memasukkan suapannya.
"Rani belum menikah. Sepertinya, duo kembar itu adalah cucu Mama!" ucap Hendra yang tak henti memancing reaksi mamanya.
Hendra menark nafas lega. Umpan yang ia beri telah membuahkan hasil. Terbukti, kepala yang sedari tadi fokus dengan potongan buah di piring, sontak terangkat. Menatap Hendra lekat, meyakini kata yang baru saja menghampiri gendang telinganya.
"Maafkan Hendra Ma!" Melihat Mama Maya yang tetap bertahan dengan kebisuannya, Hendra pun menatap pilu. Manik nan mengambang, memperlihatkan bahwa lagi-lagi penyesalan menyesaki dadanya.
"Apa yang akan kamu lakukan setelah tahu, bahwa mereka itu anak-anakmu?" Pertanyaan yang tak terduga meluncur dari bibir Mama Maya.
"Hendra akan mencari cara untuk menemui Rani dan membicarakan perihal ini."
"Untuk?"
"Memohon mmaaf dan izin untuk menunaikan semua kewajiban Hendra.
"Apa Rani akan menerimamu?
"Entahlah! Meski ragu, Hendra harus mencoba.
Lelaki yang selalu terbiasa optimis itu, mendadak kehilangan kepercayaan diri.
"Lalu, bagaimana dengan Pernikahanmu dan Aurel?"
"Hendra sudah memasukkan gugatan cerai ke pengadilan dan menyerahkan semuanya pada Pak Wisnu.
"Hmm, pantas! Tidak hanya Aurel yang meneror mama, Buk Mita pun ikut andil melakukan serangan.
"Aurel dan mamanya, meneror Mama?" Dengan mata membola, Hendra menatap sang mama yang tersandar di pinggiran kursi.
"Setelah ini, Hendra pastikan semua masalah akan segera selesai. Dan tidak ada lagi yang mengusik mama.
Ibu dan anak itu saling bertatap. Ada harapan yang tiba-tiba muncul di hati Hendra saat melihat lengkungan tipis di sudut bibir Mama Maya.
***
Hendra menghentikan kendaraannya di depang gang perumahan sederhana, yang terletak di pinggiran kota Tangerang. Perumahan yang sebagian besar terdiri dari, rumah-rumah tipe kecil dengan tanah tak lebih dari enam puluh meter persegi. Keadaan tersebut, tentu sangat jauh berbeda dan bertolak belakang dengan kediaman keluarga Hendra.
Menatap lekat ke barisan rumah bertipe dua puluh tujuh tersebut, pandangan Hendra tertumbuk pada sekelompok anak kecil yang berlarian. Seakan tidak mau ketinggalan, kumpulan perempuan berdaster pun ikut ambil bagian dan duduk berkerumun di bawah pohon mangga nan rindang. Entah apa yang mereka bicarakan. Hingga gelak tawa dan candaan ibu-ibu tersebut terdengar nyaring sampai ke telinga Hendra.
Beberapa saat kemudian, sosok yang ditunggu Hendra, akhirnya muncul. Penantiannya yang hampir setengah jam memarkirkan mobil di sana membuahkan hasil. Di depan pagar rumah bercat hijau, berdiri salah satu dari duo kembar yang akhir-akhir ini menguasai hati dan pikiran Hendra.
"Dek Una ... masuk!" Remaja belasan tahun muncul dari dalam rumah. Lalu, memegang pergelangan tangan nan mungil.
"Badannya masih demam! Nanti, kalau sudah sembuh, kita main di luar ya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyesalan Tiada Akhir (Jandaku)
RomansaMenyadari, lelaki yang gagal menikahi kekasihnya itu hanya menganggap ia sebagai pelarian dan pengantin pengganti. Dengan hati hancur, Rani menerima keputusan Hendra yang ingin menceraikannya. Namun, pertemuan tujuh tahun kemudian membawa dilema. R...