Aura dan Una proses cetak. Insha Allah akhir Januari, ready. Tersedia paket promo untuk pembelian bundling.
* Sang Mantan 98k
* Dinikahi Brondong 98k
* Menggenggam Bara 83k
* Biarkan Aku Pergi 99k
* Penyesalan Tiada Akhir 105kAda promo gratis dan subsidi ongkir juga.
Minat? Yuk wa ke 081382617659
Penyesalan_Tiada_Akhir
Part 12"Bi!"
Hendra yang belum lama terlelap, mengerang saat merasakan goncangan di bahu. Ia yang masih sangat mengantuk, tanpa sadar membalikkan tubuh dan memunggungi Aura.Entah sudah berapa lama, gadis kecil itu mengguncang bahu ayahnya. Sedikit pun, dengkuran halus itu seperti tak terusik. Lelah akan usahanya yang tak jua membuahkan hasil, gadis kecil itu menepuk pipi Hendra. Keras!
"Abi ...."
Hendra tergagap! Ia yang tengah dibuai mimpi, sontak menegakkan tubuh. Dengan kelopak mata yang belum sempurna membuka, dipandanginya Aura. Gadis itu terlihat cemberut. Dengan pipi yang menggembung dan kedua tangan bersedekap dada, ia membelakangi Hendra.
"Maaf! Abi ketiduran! Kakak mau apa?" Hendra yang sadar anaknya dalam keadaan merajuk, mencoba bertanya.
"Kakak marah sama, Abi! Kesal!" Tanpa membalikkan tubuhnya, gadis kecil itu menggerutu.
"Iya! Abi kan, sudah minta maaf! Sekarang, Abi udah bangun."
Hendra mendekati putrinya. Melingkarkan lengan kokoh di tubuh mungil nan duduk memunggunginya. Lalu, memposisikan kepalanya di belakang bokong Aura. Mencoba menggoda, hidung Hendra mengendus tubuh si kecil.
"Nggak boleh peluk-peluk!" Aura menepuk tangan Hendra dan berusaha melepaskan diri.
"Abi lepas ...." Pelukan Hendra yang tak kunjung terlepas, membuat si kecil itu menjerit.
Mengabaikan rengekan, Hendra menarik mundur tubuh mungil Aura. Lalu, merebahkan ke ranjang dan semakin intens menciumi dan menggelitiki si sulung.
"Iih! Geli Abi ...." Aura mengibaskan tangan. Menepuk lengan Hendra yang mengapit kuat tubuhnya.
Merasa mendapatkan celah dan Aura tak lagi merajuk, Hendra tengkurap berbantalkan perut Aura. Sementara itu, tangannya tak lepas membelit tubuh mungil yang tidur terlentang. Menggunakan mulut, ia kembali menggoda Aura. Menggelitiki, hingga gelak tawa membahana di kamarnya.
"Ampun Abi!" pekik Aura.
Dengan siku menumpu di ranjang, Hendra mengangkat kepala. Menatap lekat Aura dengan perasaan yang tidak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata. Yang pasti, pengalaman hari ini diluar bayangan dan khayalan Hendra. Bahagia? Pastinya! Tidak ada yang mampu melebihi luapan perasaan yang ia rasa.
"Alhamdulillah! Terimakasih ya Allah!" Berkali-kali ucapan syukur itu terucap pelan di bibir Hendra. Dengan mata yang menelaga, dibingkainya wajah polos nan tanpa dosa. Hendra tergugu! Reflek ia rengkuh tubuh Aura dan dibawanya ke pelukan.
Cukup lama ayah dan anak itu saling diam. Hendra dengan isak bahagianya. Dan Aura yang seakan bingung mendapati perlakuan Hendra nan aneh. Menurutnya!
"Kata umi, yang boleh peluk kakak itu hanya ayah. Tapi, dari kemarin Abi peluk dan cium kakak terus."
Mendengar celetukan Aura, Hendra ternganga! Dengan mata yang membola lebar, ia menatap takjub.
Sejauh itukah Rani mendidik anak-anaknya? Sedari dini, gadis kecil itu sudah ditanamkan dengan proteksi diri.
Pikiran Hendra melayang. Teringat peristiwa kemarin sore. Dimana Aura tidak mau diajak berenang.
"Kakak tidak punya baju renang muslim." Alasannya saat itu.
Bahkan, ketika disore hari gadis kecil itu mandi dan berpakaian sendiri di kamar. Setelah memastikan Hendra keluar dan ia menguncinya dari dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyesalan Tiada Akhir (Jandaku)
RomanceMenyadari, lelaki yang gagal menikahi kekasihnya itu hanya menganggap ia sebagai pelarian dan pengantin pengganti. Dengan hati hancur, Rani menerima keputusan Hendra yang ingin menceraikannya. Namun, pertemuan tujuh tahun kemudian membawa dilema. R...