#Penyesalan_Tiada_Akhir
Part 10
Puas bermain di arena permainan, Hendra dan Aura menyusul Mama Maya yang sudah terlebih dahulu menunggu mereka di Food Curt. Melangkah bergandeng tangan, ayah dan anak itu terlihat bahagia. Tampak dari semringah yang tak putus menyertai wajah mereka.
"Nanti ke sini lagi ya, Bi!" pinta Aura seraya menghentikan langkah. Menengadah dan menatap Hendra harap.
Senyum terukir di sudut bibir Hendra menanggapi perkataan anaknya. Tanpa menjawab, ia segera menyelipkan kedua telapak tangannya di ketiak Aura. Lalu, tanpa aba-aba diangkat tubuh mungil itu ke gendongan. Seraya berbisik, "Mulai hari ini, apa pun yang kalian pinta akan Abi kabulkan."
Hendra merengkuh erat tubuh Aura. Menyembunyikan wajahnya di ceruk leher nan terhalang bergo kaos instant. Sembari mengecup lembut buah hatinya.
"Apa pun akan Abi lakukan demi kebahagiaan Aura dan Una. Termasuk menghapus jejak kesulitan dan kepedihan selama ini dari ingatan kalian. Maaf!"
Seakan paham dengan susana hati dan perkataan Hendra, Aura yang tidak bersuara sontak mengencangkan kaitan lengan. Dan bersandar nyaman di bahu ayahnya.
"Abi sayang Kakak dan Dek Una!" bisik Hendra pelan.
Aura mengangkat kepala. Menatap selidik! Meyakini kata yang baru didengarnya.
"Abi nggak bohong?"
Hendra menggeleng.
"Kalau sayang Kakak dan Dedek Una, kenapa Abi pergi terus?"
Laksana petir, pertanyaan Aura menggelegar di puncak kepala Hendra. Sakit! Bak palu gada, yang memukul tepat di jantungnya.
Hendra gelisah! Ia yang tiba-tiba menghentikan langkah, menatap sendu pada putri sulungnya. Berharap, si gadis cilik itu paham tanpa dijelaskan. Namun, apakah mereka harus tahu permasalahan yang dihadapi oleh kedua orang tuanya? Dan yang pasti, semua akibat dari kesalahan Hendra. Siapkah ia dibenci dan dijauhi oleh anak-anaknya?
Ia yang baru saja menemukan kedekatan dengan Aura, tidak rela jika gadisnya itu kembali membuat jarak.
"Maaf!" Hanya satu kata tersebut yang mampu Hendra ucapkan disertai kecupan lembut di samping telinga anaknya.
"Abi nggak pergi-pergi lagi?" Seakan masih penasaran dengan jawaban Hendra, Aura kembali bertanya.
"Abi akan selalu di sini! Menemani Kakak dan Dedek sampai besar."
"Benar?"
Hendra mengangguk!
"Kalau pergi-pergi lagi, Kakak nggak mau temanan dan sayang sama Abi!"
Hendra termangu! Meski kalimat itu terdengar sederhana dan polos. Namun, merupakan satu ancaman yang sangat menakutkan baginya.
"Abi janji! Asalkan, Kakak dan Dedek tetap menjadi anak Abi yang baik, pintar, dan sholehah."
"Kakak sayang Abi!"
Pernyataan Aura yang diluar prasangka serta kecupan lembut di pipinya, membuat lelaki itu mendadak mellow. Di tengah keramaian dan lalu lalang pengunjung, ia tak dapat menahan haru. Hingga tanpa sadar, airmata pun mengalir deras.
Mengabaikan pandangan menyelidik dari berpasang-pasang mata, Hendra menghapus jejak tangisnya. Lalu, melanjutkan langkah menuju tempat yang telah disepakati bersama Mama Maya.
"Kakak mau makan apa?" Hendra yang telah sampai di hadapan Mama Maya, menurunkan Aura dari gendongan. Seraya mendudukkannya di salah satu kursi yang belum berpenghuni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyesalan Tiada Akhir (Jandaku)
RomanceMenyadari, lelaki yang gagal menikahi kekasihnya itu hanya menganggap ia sebagai pelarian dan pengantin pengganti. Dengan hati hancur, Rani menerima keputusan Hendra yang ingin menceraikannya. Namun, pertemuan tujuh tahun kemudian membawa dilema. R...