Jandaku 4
#Penyesalan_Tiada_Akhir
Hendra yang tengah sibuk memeriksa tumpukan berkas di meja kantor, seketika tersentak dan mengangkat kepala. Saat seseorang dari luar sana, mendorong dengan kasar pintu ruangannya. Hempasan dan benturan di dinding, menyebabkan suasana yang tadinya tenang riuh seketika. Bahkan, tidak sedikit karyawan yang melintas di sana memperhatikan kejadian tersebut.
Tidak senang menjadi pusat perhatian, Hendra pun mengeram. Ia menatap tajam perempuan yang mengenakan terusan hitam tanpa lengan nan berdiri di depan pintu. Dengan panjang sebatas paha serta ukuran yang pres body, membuat lekuk tubuh itu terpampang nyata. Dan semua itu, membuat Hendra semakin muak.
Entah kemana perginya semua rasa yang Hendra punya. Ia yang selama ini terpesona dengan kecantikan serta apa yang ada pada Aurel, tiba-tiba merasa hambar. Cinta yang selama ini menggebu, hilang dan terkikis seiring waktu kebersamaan mereka. Hidup dan berumah tangga dengan Aurel, ternyata tak seindah bayangannya. Hingga Hendra menyadari, perempuan yang selama ini ia puja tak layak untuk mendapatkan cintanya.
"Apa ini? Dan apa maksudmu mengirimkan ini ke rumah orang tuaku?" Perempuan yang masih berstatus istri Hendra itu, melemparkan map coklat yang ada di tangannya ke atas meja.
Hendra mendengkus. Betapa ia menyesal! Baru melek dan bisa membuka mata akan sikap dan ketidaksopoanan perempuan yang selama ini ia sanjung.
"Kamu bisa baca? Lihat sendiri isi di dalamnya! Di sana, jelas tertulis maksud dan tujuannya. Jadi, untuk apa dipertanyakan lagi." Dengan sinis Hendra membalas perlakuan Aurel.
"Sudah ku katakan, aku tidak mau bercerai!" pungkasnya angkuh.
"Itu mau mu! Bukan ingin ku!" jawab Hendra tegas seraya bangkit dari kursi kebesarannya.
"Kamu tidak bisa berbuat seenaknya. Aku bukan Rani! Gadis bodoh yang hanya diam menerima semua perlakuanmu."
"Rani? Jika kamu sama dengan Rani, maka tak'kan mungkin aku menceraikanmu." Dengan sudut bibir yang ditarik ke atas, Hendra tersenyum. Mengejek kepercayaan diri Aurel yang terlewat tinggi.
"Dasar laki-laki breng***! Kamu akan menyesal karena telah melakukan ini padaku. Ingat Hendra, kamu yang menyembah dan bersujud meminta cintaku. Sekarang, seenaknya kamu melempar dan membuangku."
"Itulah bodohnya aku. Mau merendahkan diri di hadapan perempuan sepertimu. Semoga, tidak ada lagi Hendra, Hendra berikutnya yang menjadi korban jeratanmu." Dengan tenang, Hendra membalas ucapan dan makian Aurel. Berbeda dengan wanita itu yang tampak geram dan siap menumpahkan laharnya.
"Kamu tahu siapa aku! Aku tak'kan menyerah! Tunggu pembalasanku!" Aurel mengancam. Dengan rahang yang menegang, ia mengarahkan telunjuk ke wajah Hendra. Tingginya yang hanya sebatas Dada Hendra, membuat tangannya mengacung.
"Kamu mengancamku? Silahkan! Rahasiamu yang lebih besar ada di tanganku." Hendra mengangkat tangan dan mengepalkan telapak nan lebar itu di depan wajah Aurel. Raut wajahnya yang mengeram, memperlihatkan ia tidak main-main akan ancaman tersebut.
"Aku tidak takut!"
"Terserah! Sekarang, bisa kamu pergi dari ruanganku?"
"Kamu mengusirku?"
"Menurutmu?"
"Aku masih istrimu! Jadi, aku berhak dengan kantor ini."
"Istriku? Secara hukum ya! Tidak dengan agama!" Dengan yakin, Hendra membantah ucapan Aurel.
"Pintu ada di sana! Apa perlu aku bimbing?" Melihat Aurel yang tidak beranjak, Hendra melangkah mendekat. Menunjuk pintu yang masih ternganga lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyesalan Tiada Akhir (Jandaku)
RomansaMenyadari, lelaki yang gagal menikahi kekasihnya itu hanya menganggap ia sebagai pelarian dan pengantin pengganti. Dengan hati hancur, Rani menerima keputusan Hendra yang ingin menceraikannya. Namun, pertemuan tujuh tahun kemudian membawa dilema. R...