Complaint

507 78 17
                                    


"Gaji yang besar adalah kompensasi untuk kesulitan kerja sekaligus emotional cost" - Hani


(POV Arya)

Pekerjaan hari ini benar-benar melelahkan. Pagi ketemu klien, setelah itu lanjut meeting beruntun sampai sore. Rasanya kepala gue panas dan berasap. Untungnya tadi sempat makan malam di kantor. Sampai di rumah, gue langsung masuk kamar buat mandi dan mengganti pakaian.

Tiba-tiba mata gue terganggu dengan setumpuk pakaian--yang terlipat rapi--teronggok di atas tempat tidur. Ah, pasti ini kerjaan Hani. Apa susahnya sih, langsung memasukkan pakaian ke lemari? Di tumpukan pakaian paling atas tertempel kertas kuning yang tadi pagi gue tulis, dengan tambahan kalimat 'Mission accomplished!'. Benar-benar bikin speechless. Sudah pekerjaannya enggak tuntas, masih sempat-sempatnya membalas pesan-pesan gue?

Selesai mandi, gue membuka kulkas untuk mencari minuman segar. Selembar sticky note pink tertempel di plastik caisim. Isinya, 'Selamat menikmati, Pak. Fresh from the garden'. Gue jadi geleng-geleng kepala sendiri. Entah masih berapa sticky note lagi yang bakal jadi surprise malam ini. Selera humor ART gue bagus juga. Lumayan, bisa jadi hiburan setelah lelah di kantor.

Masalahnya, selain sticky note, gue juga menemukan banyak pekerjaan yang tidak beres. Bukan hal besar sih, tapi cukup mengganggu dan harusnya kesalahan ini tidak terulang lagi. Gue langsung mengambil ponsel lalu mengirim WA komplain ke Hani. Gaji yang besar harus diimbangi dengan kerja yang profesional bukan?

[Daftar kesalahan hari ini, besok jangan terulang lagi!]

[1. Langsung masukkan pakaian ke lemari]

[2. Keringkan bak cuci piring setelah dipakai]

[3. Lantai kamar mandi harus selalu kering]

[4. Ganti keset lembab dengan yang baru]

[5. Simpan sayur dalam box, bukan di kantong plastik]

[-Pak Arya-]

Status pesan terkirim dan langsung terlihat checklist berwarna biru. Dalam hitungan beberapa detik, WA balasan dari Hani muncul di layar.

[1. Lemarinya dikunci]

[2. Siap, Pak]

[3. Noted]

[4. Keset barunya ada di mana, Pak?]

[5. OK, Bos!]

[Terima kasih, InsyaAllah besok tidak terulang lagi. -Hani-]

Apa-apaan ini? Pesannya tanpa basa-basi sama sekali.  Isi WA Hani bikin gue tertawa miris, tepatnya  menertawakan diri sendiri. Kadang-kadang kita memang butuh cermin buat tahu baik buruknya penampilan kita. Ternyata begini rasanya mendapat pesan to the point tanpa basa-basi, yang selama ini sering gue kirim ke karyawan di kantor. You taught me something today, Assistant Hani.

Selesai dengan urusan evaluasi kerja Hani, gue beranjak ke rak buku. Seperti biasa, waktunya memilih buku yang bakal jadi teman tidur. Setiap malam, gue selalu menyempatkan untuk membaca buku. Mungkin karena sudah terbiasa sejak kecil, rasanya ada yang kurang kalau melewatkan membaca buku sebelum tidur. Dulu, Mama dan Papa selalu membacakan buku bergantian sebelum gue tidur. Momen-momen itu adalah kenangan indah yang masih gue rindukan sampai sekarang.

Di lemari, ada satu buku yang letaknya kurang rapi, tampaknya assistant baru itu terlewat membereskannya. Buku itu adalah pilihan Hani ketika interview pekan lalu. Gue mengambil buku yang ditulis oleh HAMKA itu. Sejak punya buku ini, baru sekarang gue tertarik untuk membuka-bukanya. Kenapa Hani tertarik pada buku ini?

My Sweet AssistantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang