Sabtu pagi, setelah sholat Subuh, gue sama sekali tidak berminat untuk turun dari kasur. kalau biasanya pagi-pagi sudah nyebur ke kolam renang, hari ini gue masih betah membenamkan diri ke dalam selimut. Semangat hidup gue rasanya menguap entah kemana.
Tadi malam, gue sampai membawa lima buku ke kamar, tapi tidak satu pun yang akhirnya dibaca. Entah mengapa buku-buku itu rasanya tidak menarik lagi. Baru kali ini gue kehilangan semangat membaca, padahal itu adalah aktivitas favorit gue. Kalau selama ini gue bisa merasa cukup hidup bersama buku-buku, tapi sejak kemarin sore semuanya tiba-tiba berubah.
Pertemuan nggak sengaja dengan Lim di parkiran kemarin, benar-benar bikin pikiran gue jadi kacau. Dada gue rasanya sesak setiap kali mengingat fakta kalau Lim melamar Hani dan akan membawanya ke US setelah mereka menikah. Sepertinya gue mulai hilang kewarasan, merasa tidak nyaman, sekaligus menjadi pecundang. Aneh memang, kenapa gue harus merasa kehilangan seseorang yang sebenarnya tidak punya hubungan spesial dengan gue?
Selama ini, gue menganggap Hani adalah asisten di rumah gue, dan kami hanya terikat kontrak profesional. Tidak kurang tidak lebih. Dia melakukan semua tugasnya dan gue juga memenuhi haknya. Usia kami pun sepuluh tahun bedanya, bahkan dia pantas untuk jadi keponakan gue. Namun, entah bagaimana lama-kelamaan gue mulai terbiasa dan nyaman dengan keberadaan Hani di rumah ini. Meskipun kami jarang bertemu secara langsung.
Sejak kedatangan Hani, somehow hidup gue terasa lebih berwarna. Apartemen ini pun rasanya lebih hangat. Membaca pesan-pesan kecil di sticky note, mengirimkan komplain setiap hari, mengomentari resume bukunya, tiba-tiba jadi aktivitas yang menyenangkan sepulang dari kantor. Apa mungkin hal-hal seperti ini yang membuat orang-orang ingin berkeluarga dan hidup bersama orang lain? Bodohnya, kenapa gue baru menyadari perasaan ini justru ketika Hani akan dibawa pergi?
Gue bangkit dari tempat tidur, menepuk kedua pipi, lalu berjalan ke balkon untuk mencari udara segar. Seorang Arya Bimantara harusnya bisa mengatasi situasi ini dengan mudah. Gue sudah hidup puluhan tahun tanpa Hani dan semuanya baik-baik saja. Kalau Hani akan menikah dengan Lim, harusnya gue ikut senang dan belajar untuk tidak tergantung sama dia mulai dari sekarang. OK ... it shouldn't be a big problem!
Tanaman di balkon tampak subur, Hani yang merawatnya. Akhir-akhir ini gue sudah jarang bersantai sambil mengurusi tanaman di akhir pekan. Benar juga kata orang, melihat yang hijau-hijau bisa bikin perasaan mata rileks dan lebih tenang. Tapi ... sejak kapan di balkon ada bunga-bunga? Rasanya selama ini gue nggak pernah menanam mawar.
[Siapa yang menanam mawar di balkon?]
Alih-alih mau menghindari kontak dengan Hani, yang ada gue malah mengirim pesan lewat WA. Payah![Kebetulan mawar di depan rumah habis dipangkas, Pak. Jadi saya tanam saja di balkon. Supaya lebih berwarna.]
Gue menepuk jidat, lalu segera menggotong pot-pot mawar itu dan memindahkannya ke taman di lantai dasar. Sebetulnya gue nggak alergi dengan bunga mawar, malah mereka tampak cantik dan segar. Masalahnya, kalau mawar-mawar ini masih di sini terus, bisa-bisa gue bakal teringat sama Hani setiap kali ke balkon. Ini benar-benar tidak baik buat kesehatan mental gue yang tiba-tiba menjadi rapuh ini.
Selesai dengan urusan tanaman di balkon, gue membuka kulkas, mencari sesuatu untuk sarapan. Sekotak salad buah dengan tempelan kecil bertuliskan "Selamat menikmati" muncul di hadapan gue. Argh ... kenapa setiap sudut rumah ini jadi seperti dihantui oleh Hani? Di kamar ada frame foto, di meja kerja ada resume buku, dan hampir di semua tempat ada tempelan sticky note dari Hani. Ya Tuhan, lama-lama gue bisa gila.
Sebuah buku kecil dan tebal tampak tergeletak di salah satu rak buku. Sampulnya berwarna pink dengan motif bunga-bunga. Seingat gue, tidak ada buku seperti itu di rumah ini. Hani ... Hani ... kebiasaan cerobohnya masih saja belum hilang. Ada-ada saja barang yang ditinggalkannya di sini. Apa dia pikir rumah ini adalah loker tempat penitipan barangnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Assistant
RomanceUntuk apa menikah? Bagi Arya, kehidupannya yang mapan dan ditemani segudang buku sudah lebih dari cukup. Buku adalah teman setia tanpa tuntutan yang tidak pernah berkhianat. Namun, dunia Arya mulai berubah sejak kedatangan Hani. Seorang asisten ruma...