|| Bab 22 ||

1.1K 125 0
                                    

"Kau ingin aku menceritakannya?"

Yu Lue Qing merasa jika gadis di depannya ini tau banyak tentang manik jiwa. Ia mengangguk. 

"Baiklah."

Xiao Yi menarik nafasnya dan mulai bercerita dengan mata yang tertuju ke luar kereta. Ia kembali mengingat masa-masa itu.

"Dulu, ada seorang dewi yang memiliki pelayan setianya. Pelayannya mati saat berusaha melindungi dewi tersebut. Dengan harapan agar ia bisa bertemu kembali dengan pelayan setianya, dewi itu membuat manik jiwa milik pelayannya lalu menjatuhkannya di benua Xuan."

"Dan aku dengar, jika yang memakan manik jiwa itu bukanlah pelayannya yang terlahir kembali, maka orang itu akan meledak."

Xiao Yi terkekeh saat mengucapkan akhir ceritanya. Tentang orang yang meledak itu tidak benar. Manik Jiwa itu hanya tertuju pada pelayan setianya yang terlahir kembali. Dan hanya bisa di temukan olehnya.

Yu Lue Qing menatap kosong ke arah Xiao Yi. Ia berpikir jika dirinya tengah berada di portal kekacauan saat mendengar kata 'meledak' yang di lontarkan oleh Xiao Yi. Ia langsung menutup mulutnya dan menggeleng tidak percaya.

"Ada apa?"

Xiao Yi bertanya saat melihat tingkah laku Yu Lue Qing yang mendadak berubah.

"M-manik jiwanya.. aku.."

Seakan mengerti maksud dari perkataan Yu Lue Qing. Xiao Yi membulatkan matanya, berpura-pura seolah ia tak percaya.

"Yi, apa aku akan meledak?"

Pria itu bertanya seperti tidak punya harapan hidup lagi. Ia seketika kosong.

Er Huang, aku tak menyangka jika kita akan bertemu secepat ini!

Di dalam hatinya, Xiao Yi sangat senang bisa kembali bertemu dengan pelayan setianya. Dia langsung mengalihkan pandangannya saat merasakan matanya memanas. Walaupun hanya dia yang menyadari hal ini, namun itu sudah lebih dari cukup baginya. Memori saat kematian Er Huang kembali terputar di kepalanya. Tapi saat ini, ia tak perlu lagi sedih akan hal itu. Karena Er Huang tepat berada di depannya saat ini.

"Yu Lue Qing tenanglah! masih ada banyak cara untuk menghindari hal itu!"

Sepertinya akan menyenangkan jika dia terus berpikir seperti itu.

Xiao Yi tertawa dalam hatinya karena dapat menipu Yu Lue Qing dengan trik murahan itu. Ia berpura-pura menyemangati pria itu agar tidak terlalu memikirkan dirinya yang akn meledak.

"Kau benar, Yi. Lagipula aku masih memiliki kalian. Dan karena itu, aku tidak boleh meledak."

Ada sedikit tatapan penuh harap di matanya.

Kereta itu berhenti tepat di depan gerbang kediaman Yu. Mereka semua turun dan kembali ke kamar masing-masing.

Keesokan paginya.

Xiao Yi dengan terampilnya melukis di atas kertas yang ia minta dari para pelayan sebelum tidur tadi malam. Ia melukis rubah kesayangannya yang sudah hilang semenjak kejadian di atas kapal kemarin. Xiao Yi dapat menyelesaikan lukisan Bao Bao dalam sekejap.

Perhatiannya langsung teralih saat mendengar keributan di luar sana. Ia membiarkan lukisannya tergeletak di atas meja dan mengintip dari dalam kamar. Di lorong, Yu Lue Qing tengah berbicara dengan seseorang yang sedikit mirip dengannya dengan Yu Zi Jiang di sebelahnya. Xiao Yi menebak-nebak jika orang tua itu adalah ayahnya Yu Lue Qing.

Suara mereka sangat keras hingga Xiao Yi bisa mendengarnya dari jauh. Raut wajah Yu Lue Qing tampak tidak senang saat berbicara dengan pria itu. 

"Dengar pak tua, aku tidak akan menuruti perjodohan politik konyolmu ini. Kekayaan yang dimiliki keluarga ini sudah cukup banyak. Kau terlalu serakah!"

Ekspresi Yu Zi Jiang yang biasanya lembut terlihat sangat terbalik sekarang. Dia mengagguk menyetujui perkataan Yu Lue Qing. Aura seorang bangsawannya terlihat jelas.

"Aku benci konflik antar keluarga."

Xiao Yi berkata pada dirinya sendiri. Ia paham betul bagaimana rasanya karena dulu ia mengalaminya. Bahkan yang lebih berat dari ini.

"Dengar baik-baik ayah, aku tidak akan menikah dengan putri mahkota! sekeras apapun kalian memohon, aku akan terus menolak."

Yu Lan Jian melayangkan sebuah tamparan tepat di pipi anaknya.

"Aku penasaran, siapa gadis yang bisa membuatmu jatuh seperti ini."

Yu Lan Jian meninggalkan pavillion Yu Lue Qing setelah mengakhiri kalimatnya. Yu Lue Qing mengelus pipinya yang di tampar oleh Yu Lan Jian tadi. Sudut bibirny sedikit mengeluarkan darah karena tamparan itu sangat keras. Itu hanyalah sebuah tamparan. Yu Lue Qing tersenyum memikirkannya. 

"Lue Qing-"

"Jangan khawatir, kak. Kau pikir sudah berapa kali aku di tampar oleh tua bangka itu?"

Mendengar jawaban adiknya, Yu Zi Jiang hanya menghela nafasnya kasar. Tapi ia merasa sedikit aneh, kenapa Yu Lue Qing tersenyum?

"Pertunjukannya akan segera dimulai."

Xiao Yi yang mengintip sedari tadi tersenyum miring, ia tau betul apa yang ada di dalam benak Yu Lue Qing. Itu adalah satu-satunya cara yang bisa membuat semua keadaan saat ini berbalik. Walaupun hanya mendengar setengah dari keseluruhan ceritanya, Xiao Yi dapat langsung memahami apa yang terjadi.

______________________

To Be Continued..



Reinkarnasi Sang Dewi KultivasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang