BAB 16

84.2K 7.2K 967
                                    

MOZA

Romeo mengibaskan rambutnya, begitu keluar dari kamar mandi. Membuat bulir-bulir air dari rambutnya yang masih basah menyebar kemana-mana

Kenapa sih dia tidak suka menggunakan hair dryer? Kenapa lebih suka finishing dengan rambut masih basah? Dia pikir dia lagi jadi talent iklan shampo?

Romeo berjalan menuju lemari sambil mengusap rambutnya dengan handuk, kemudian mendapatiku sedang memperhatikannya.

"Jadi gerogi diliatin gitu. Baru nyadar ya, punya suami ganteng?"

Alisku terangkat. "Rambut kamu tuh! Kayak anak abis kelelep di sungai ciliwung. Hair dryer dipake kek!" balasku, kemudian meletakkan lipstik di meja rias.

"Kamu nanti jadi dateng ke opening E-sport itu?"

Aku mengangguk. "Ada rangkaian simbolis gitu nanti. Dan... ini juga pertama kalinya aku pegang program besar di TJ.ent," jelasku.

Ini memang pertama kalinya. Sebelumnya, aku memimpin perusahaanku sendiri yang aku dirikan bersama rekanku. Sebuah perusahaan media mikro bernama PT. Adri Media, sebagai ajang pembelajaran dan pembuktian bahwa aku bisa mendirikan dan mengendalikan bisnis dari nol sebelum akhirnya benar-benar terlibat dalam TJ.ent. Terlepas aku juga belum mendapat kepercayaan dari para pemegang saham untuk menduduki posisi penting di perusahaan itu.

Maka, setelah perusahaanku menunjukkan sepak terjangnya dan aku mendapat pengakuan, maka aku melepasnya kepada temanku untuk selanjutnya resmi bergabung di TJ.Ent. Dimulai dari menjadi produser salah satu program turnamen yang tengah populer saat ini.

"Sampai jam berapa?" tanya Romeo, ketika aku selesai menyemprotkan parfum. Di tempatnya, ia baru memasukkan satu tangannya ke salah satu lengan kemeja.

"9 or 10 p.m may be," balasku, mengingat acara baru dilangsungkan pukul 19.30.

Romeo mengangguk pelan, kemudian tidak berkata apapun. Tangannya sibuk memasang kancing di depan, juga di ujung lengan kemejanya.

Aku tahu apa yang ada di pikirannya. Ia mungkin mengira aku lupa soal rencana kami merayakan ulang tahunnya dengan makan malam berdua hari ini.

Yap, Romeo berulang tahun ke 29. Empat hari lalu. Kenapa kami baru merayakannya sekarang? Karena tepat di tanggal kelahirannya, Romeo sedang ada di luar kota. Besoknya, kami merayakan bersama sekeluarga.

Setelah semua itu, Romeo masih menagih adanya perayaan khusus hanya berdua. Dia dan aku. Yang saat itu, kujanjikan hari ini, yaitu hari Sabtu, saat besok aku tidak ada agenda.

Aku pun mendekat ke arahnya. Memasangkan satu satu kancingnya yang belum terpasang, lalu menatapnya. "Aku nggak lupa. Nanti aku usahain pulang lebih awal."

Kalimat itu membuat Romeo menggapai tanganku yang ada di depat pergelangan tangannya, kemudian menggenggamnya.

"I'll wait," katanya, kemudian bergerak mendekat ke arah bibirku, Namun, aku lebih dulu menghindar.

"You'll ruin my lipstick," ucapku, yang membuatnya tertawa, lantas melepaskan tanganku.

"Kalo gitu nanti aja aku acak-acak itu lipstick pas kamu pulang." Ia tersenyum penuh arti, yang langsung membuat bulu romaku berdiri.

****

Lampu-lampu menyorot dari berbagai sisi, layar lebar menampilkan logo program baru yang bekerja sama dengan salah satu perusahaan game ternama di Asia. Sejumlah penonton, kru, juga para undangan sudah memadati studio. Ayah tadi juga terlihat di salah satu sudut, sedang berbincang dengan seseorang.

ANTIDOTE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang