Ep 2

55 10 13
                                    

"Lo ngapain disini?" Manik hitamnya mengerjab kepo, dia sedikit membungkuk untuk melihat anak yang tengah terduduk sambil menekuk lututnya itu. Kulitnya kecoklatan, rambutnya berwarna abu-abu... Dan saat dia mendongak maniknya berwarna ungu.

"Aku sendirian." Ucapnya dengan nada dingin yang membuat Rosa agak merinding, Suaranya... suaranya bagus banget!

"Nama lo siapa?" Rosa mengganti pertanyaannya. Dia kini duduk di samping si surai abu-abu. Angin semilir menerpa mereka berdua, Rosa masih tak dianggap.

"Lo gak sendirian! Kan ada gue!" Ucap Rosa dengan nada riang. Si surai abu-abu menoleh ke samping, dia menatap Rosa dalam, bibirnya hendak terbuka, "Nama gue Rosa! Panggil aja Sa-chan!"

Dia meraih tangan Surai abu-abu cepat, mempersatukan keduanya.

"Izana..." Anak itu bergumam, "Nama aku, Izana..."

Rosa terdiam beberapa detik kemudian tersenyum lebar, "Salam kenal, Iza-chan!"

"Um, Sa-chan!" Untuk pertama kalinya Izana tersenyum untuk seseorang yang baru ia kenal beberapa menit yang lalu. Izana sangat senang dengan kehadiran Rosa, Izana akan membuat Rosa disisinya selamanya... Pikir Izana diusia 8 tahun.

"Wah, kucing!" Perhatian Rosa teralihkan, dia menatap kucing berwarna Oren itu dengan tatapan berbinar-binar, kucing itu menjauh darinya, Rosa berdiri hendak mengejar kucing itu.

Tapi, Izana tak mau melepaskan genggaman tangannya, dia menatap Rosa kosong, "Iza-chan?"

"Kamu gak boleh sama kucing itu, dia jahat, dia mau mengambil kamu dari aku." Izana menyorot kosong kucing yang tengah menjilati bulu-bulunya, kucing itu sadar, dia menatap Izana dengan sorot waspada tak lupa dengan sekujur bulunya yang berdiri.

Izana mengambil batu kecil, kemudian dia lempar ke arah kucing itu dengan sekuat tenaga, Rosa bahkan sempat meringis kesakitan saat tangannya di genggam terlalu kuat oleh Izana.

BUK!

Kucing itu mati tergeletak dengan kepala yang berlumuran darah. Rosa berteriak, "Iza-chan, apa yang lo lakuin?!" Rosa menatap Izana murka. Dia meninju pipi Izana hingga dia jatuh tersungkur.

Rosa berlari ke arah kucing itu dengan berderai air mata, "Iza-chan jahat! Iza-chan jahat!"

Izana memegang bekas pukulan Rosa, dia kembali menatap Rosa dengan sorot kosong, dia berdiri sambil menundukkan kepalanya. Rosa marah, Rosa memukul dirinya, Rosa memanggilnya 'jahat'...

Semua gara-gara kucing itu! Gara-gara kucing itu Rosa menangis. Gak bisa dimaafkan, Izana harus membunuh kucing itu, dia harus menyiksanya, tapi... Kucing itu sudah mati karena dirinya sendiri, jadi... Bukankah seharusnya Rosa tak menangis lagi?

Tapi kenapa Rosa masih menangis? Apa yang salah? Izana harus apa agar Rosa berhenti menangis?

Ah... Izana akan membuat Rosa seperti kucing itu saja, kucing itu tak menangis meski Rosa menangisinya... Jadi, jika dia membuat Rosa seperti kucing itu, kucing itu akan menangisi Rosa, kemudian Izana akan menyiksanya!

Harusnya dengan begitu Rosa tidak perlu menangis lagi, Rosa gak perlu terlihat menyedihkan lagi... Izana senang, dia merasa dirinya berguna, dia akan membuat dirinya berguna untuk Rosa. Izana tak sendirian, dia punya Rosa. Izana tak sendirian!

"Iza-chan, lo mau ngapain?" Tubuh Rosa bergetar, Izana dengan sebuah batu bata di tangan yang siap di lemparkan ke arahnya. "Rosa gak perlu nangis lagi, aku akan buat Rosa berhenti nangis, oke?"

Lalu sore itu, Rosa ditemukan dengan keadaan hampir mati, karena kepalanya yang di benturkan sesuatu. Dia koma selama 3 bulan, membuat ingatannya pagi itu hilang.

Di tempat yang sama saat Rosa ditemukan, juga terdapat tulisan dengan huruf berwarna merah darah di atas tanah,

"Sa-chan gak nangis lagi, aku senang! Tapi... kenapa Sa-chan gak bangun-bangun? Aku lapar jadi aku pulang ambil makanan dulu ya! Sampai jumpa besok! Makasih udah gak biarin aku sendirian, Iza-chan."

~~~

"Jadi, Rosa, bekas luka di dahi kamu itu.. dari mana asalnya?" Tanya Hinata. Rosa berhenti menyedot Boba, dia meraba dahinya, "Gak tau... Mungkin ada anak kecil psikopat yang hantam pala gue pake batu bata."

"Seorang wanita itu gak BOLEH punya bekas luka di wajahnya!" Hinata berteriak marah.

"Ada apa ni, seru amat." Baji seenak jidat duduk di samping Rosa. "Kepo lu urusan cewek!" Rosa menyahut judes. "Heh, gue gak tanya lu, gue tanya ke Tachibana!" Baji mendorong dahi Rosa dengan telunjuknya lalu mengambil alih bobanya.

"Woy-Boba gue-kurang ajar ni anak!" Lalu terjadilah perkelahian antara Rosa vs Baji yang memperebutkan Boba.

Dan tentu saja pemenangnya adalah Baji yang dihadiahi beberapa umpatan kesal Rosa.

"Kalian akrab banget ya..." Hinata nyeletuk.

"Ha? Gue/Gua?! Akrab sama ni cewek/cowok?!" Rosa dan Baji kompak memelototi Hinata.

"Gondrong kek dia sukanya ngupil!"

"Cebol ni sukanya Boba! Makanya cebol mulu!"

"Lo yang cebol! Gue enggak!"

"Lo sama gua tinggian gua bego!"

"Lo nge cheat!"

"Enak aja! Dasar cebol! Kutil!"

"Apa Lo bilang?!" Rosa menarik rambut panjang Baji sekuat tenaga, Baji menarik pipi Rosa gemas,

"Kurang ajar! Dasar gondrong upil! Brengsek! Bajingan!"

Baji tertawa mendengar umpatan-umpatan Rosa yang terdengar lucu di telinganya itu, Rosa kalo marah imut banget!

Dari kejauhan, Chifuyu menatap Rosa dengan sorot sedih, "Gue ada kesempatan gak sih?" Berpikir betapa akrabnya Baji dan Rosa membuat Chifuyu minder. Sudah jelas kalau Baji mencintai Rosa, Chifuyu tau dari tatapan matanya, mereka tumbuh bersama sejak kecil, tak mungkin jika salah satu di antara mereka tak memiliki rasa istimewa... Tapi...

PLAK!!

Chifuyu menampar kedua pipinya, "Ini bukan saatnya galau! Gue juga harus berjuang buat dapetin Rosa! Cewek cebol tu gak peka banget soalnya!" Ucap Chifuyu dalam hati.


TBC


Don't mind to vote?




No TittleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang