Ep 6

17 3 1
                                    

Saat dia membuka matanya, yang dia lihat hanya kegelapan yang sunyi dan menakutkan.

"Ini dimana?" Rosa berdiri, kakinya melangkah tertatih sambil memegangi kepalanya yang pusing. Dia mengutuk, "Sialan, Livia bajingan anak babi, apa yang dia campur ke minuman tadi sih?!"

~~~

"Rosa, kamu harus ikut sama Mama!" Wanita berbaju ketat itu menarik tangan mungil Rosa kasar hingga menubruk kakinya yang panjang.

"Gak! Rosa! Kamu ikut Papa!" Pria dengan rambut yang sedikit acak-acakan menarik lengan Rosa lembut.

"APA-APAAN KAMU?! SAYA MAMANYA! SAYA YANG HARUS BAWA DIA IKUT SAYA!" Wanita yang diketahui adalah Mamanya Rosa berteriak nyalang, tangannya menarik rambut pendek Rosa kuat, membuat anak kecil itu menangis kesakitan.

"SINGKIRKAN TANGAN KOTOR KAMU DARI ANAK SAYA!" Papa Rosa menampar pipi Mamanya hingga membuat wanita melepaskan jambakkanya dan jatuh tersungkur ke lantai. Dia mengerang.

Papanya berlutut di depan Rosa, "Sayang kamu gak apa-apa? Liat Mama jahat banget kan? Rosa ikut Papa saja ya?" Ucap papanya lembut, dia mengusap pelan air mata yang membanjiri wajahnya Rosa, "Sakit papa, Sakit..." Ucap Rosa sesenggukan. Papa menatapnya dengan sorot sedih, dia kemudian menggendong sambil menepuk-nepuk punggungnya pelan, "Iya, sekarang gak sakit lagi..." Bisik papa kemudian meninggalkan mama yang meraung-raung sendirian.

"Papa... Aku gak sakit... Aku gak sakit..." Di dalam mobil Rosa terus mengulang kata-kata itu,

Papa gak ngerti, papa gak akan ngerti, sakit yang dia rasakan bukan karena fisiknya, tapi dia sakit melihat papa dan mama saling berteriak dan memukul seperti itu, Rosa sakit melihatnya.

"Aku gak sakit, papa... Tolong kembali... Tolongin mama, papa..."

"-sa Rosa! Rosa!" Tirai mata Rosa terbuka, yang pertama kali dia lihat kali ini bukan kegelapan, melainkan wajah Chifuyu yang dipenuhi rasa cemas dan khawatir padanya.

"Chi... Chifu-kun?" Apakah tadi hanya mimpi masa lalunya?

"Kamu kenapa nangis? Apa yang sakit?" Chifuyu mengelus pelan pipi Rosa, bulir-bulir air mata kemudian berjatuhan, Rosa memeluk dada Chifuyu, tangisnya pecah.

"Rosa..." Entah karena dorongan apa, Chifuyu membalas pelukan itu tak kalah erat, dia mengecup puncak kepala Rosa, hatinya sakit melihat Rosa yang seperti ini, dia merasa terkoyak, tertusuk ribuan pedang, Rosa pasti telah mengalami mimpi buruk gegara video tadi!

"Gak apa-apa, gue disini, Lo gak sendirian... Lo gak perlu sakit lagi, biar gue...yang nanggung semua rasa sakit Lo." Ucap Chifuyu dalam, dia mengeratkan pelukannya. Rosa masih menangis disana.

"APA YANG LO MASUKKIN KEDALAM SINI?!" Baji berteriak nyalang ke arah Livia yang duduk santuy sambil menonton televisi.

"Oh, cuma obat tidur kok."

Urat-urat leher Baji mengencang, dia mengepalkan tangannya berjalan ke arah Livia, Mikey refleks menghentikan Baji sebelum Baji benar-benar akan melakukan sesuatu yang runyam.

"Lo tau kan kalo Rosa punya trauma? Gimana kalo traumanya kambuh gegara ketololan Lo yang udah gak bisa di tolong itu?" Baji berusaha santai, dia tau kalau Livia tak sebodoh itu untuk memberikan obat tidur pada sahabatnya sendiri tanpa alasan.

"Gue tau kok, makanya gue cekokin ke dia." Livia berdiri, dia berjalan pelan ke arah Baji yang amarahnya sudah sampai ubun-ubun itu, "Lo tau, gue pengen banget Chifu sama Rosa tuh jadian, dan Lo juga tau kan kalo Rosa itu cinta sama Chifu? Gue ngelakuin ini demi mereka biar bersatu."

Livia berjalan memutari Baji, "Atau Lo jangan-jangan pengen ngebuat Rosa lebih menderita? Lo ingin Rosa gak bahagia?" Livia berhenti tepat di hadapan Baji, tangannya memainkan rambut panjangnya, mengkritingnya menggunakan jari telunjuk, "Baji?"

Mikey menelan ludah. Olivia Lara Maheswari jauh lebih berbahaya dari yang dia bayangkan.

"Menarik." Mikey tersenyum miring tanpa dia sadari.

"Lo jadi lebih bajingan setelah dari Paris, Vi." Baji berbalik, dia berjalan menuju halaman belakang. Menenangkan diri.

"Makasih atas pujiannya~"

Di kamar Rosa dan Chifuyu.

"Em... Chifu-kun, gue udah baik-baik aja, Lo boleh lepasin pelukan Lo sekarang." Ucap Rosa dengan wajah memerah.

Keduanya secara refleks duduk saling membelakangi, hening lama menghampiri.

"Chifu-kun, Makasi-"

"Matsuno."

"Hah?"

"Panggil gue, Matsuno." Rosa menoleh, dia hanya mendapati Chifuyu yang memunggunginya dengan telinga yang memerah,

"Ma.."

Chifuyu gak sabar.

"Tsu..."

"KOK DIPOTONG SIH?!" Chifuyu berteriak refleks, membuat Rosa kaget, pipinya semakin memerah.

"Matsu-kun..." Lirih Rosa.

"Apa gak denger!" Chifuyu mulai menggoda.

"Matsu-kun!" Kini Rosa bersuara agak keras.

"Masih gak denger, Rosa!"

"Gue bilang, Matsu-chan!"

Hening beberapa detik, Rosa sadar kemudian dia menutup mulutnya spontan.

"Hahahaha!" Chifuyu tertawa, wajah Rosa sudah Semerah tomat!

"Panggil gue Matsu-chan, Ro-chan."

"Apaan sih!?" Rosa memukul dada Chifuyu pelan, Chifuyu menarik tangannya sehingga dia terjatuh menimpa tubuh Chifuyu, "Ro-chan..." Chifuyu mendekatkan wajahnya ke wajah Rosa, semakin dekat, dekat... Rosa menutup matanya, bibir mereka hampir menempel dan...

BRAK!

Pintu di dobrak memunculkan Smiley, Mitsuya, dan Angry. Mereka bertiga bertanya-tanya kenapa Rosa dan Chifuyu duduk sejauh itu? Rosa ada di dekat jendela sedang Chifuyu berada di dekat sofa yang dekat dengan pintu.

"Gue datang buat menyelamatkan Lo, Sa-chan!" Angry berlari ke arah Rosa, lalu menggenggam tangannya, Rosa mendongak, "Sou-chan..."

"Gue yang pertama kali masuk sini! Sa-chan punya gue, Angry!" Smiley mendorong pelan bahu Angry, namun Angry hanya menatapnya marah (kayak biasanya) tanpa melepaskan genggaman dari tangan mungil Rosa, "Naho-chan..."

"Kembar GOBLOK minggir, Sa-chan eneg sama Lo berdua!" Mitsuya menjauhkan paksa Angry dan Smiley dari Rosa, "Mitsu-chan..."

Seseorang kemudian memasuki kamar itu, Baji, dia berjalan cepat ke arah Rosa, "Lo gak apa-apa?" Tanya Baji dengan raut khawatir, dia menangkup kedua pipi Rosa, "Kei-chan..."

"Aw! Aw! Aw!" Rosa berteriak kesakitan saat tiba-tiba Baji menarik kedua pipinya, dia tersenyum lega.

BUK! Baji mengaduh, Rosa meninju perutnya sekuat tenaga, "Balesan, bangsat!" Rosa mengacungkan jari tengahnya ke Baji yang dibalas dengan jari tengah juga.

Another place.

Seorang laki-laki tengah berdiri di atas sebuah gedung yang agak tua, "Aku akan segera menemuimu, Sa-chan~" rambut putih nya berkibar tertiup angin, di kedua telinganya terdapat semacam anting panjang, kulitnya kecoklatan, matanya berwarna ungu dengan tatapan kosong dan haus darah, namun kesepian.

Kurokawa Izana. Bahaya apa yang akan mengincar Rosa nantinya?




TBC

Don't mind to vote? 👇

No TittleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang