BAB 8 [Aman Bersama Gandhi]

53 7 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




🏀LOGARITMA🏀



Kehidupan malam bagi seorang Logaritma sudah hal biasa baginya. Mengikuti balap liar lalu menang dan mendapatkan uang, memang itulah yang ia incar. Selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Ritma  membutuhkan uang itu untuk membiayai sekolahnya. Di samping itu, Reno akan selalu bersedia menemani Ritma dalam setiap balapan dan juga meminjami Ritma motor.

Ritma sudah siap di garis start dengan motornya serta helm full face nya. Saat balapan Ritma akan menggunakan identitas palsunya. Di sebelahnya sudah ada Halilintar sebagai musuh abadinya. Sebenarnya Ritma tidak terlalu ambil pusing dengan adanya Halilintar. Karena Ritma tidak benar-benar menganggapnya musuh. Yang dia butuhkan hanya uang. Berbeda dengan pria itu yang menggap Ritma saingan terbesarnya.

Ritma dan Halilintar bersamaan menyalakan motor mereka saling menatap sengit dari balik helm. Tepat ketika selembar kain di jatuhkan ke atas aspal, keduanya mulai beraksi dengan kecepatan tinggi. Penonton disisi jalan berteriak sangat kencang saat mereka melaju dengan cepat.

Reno yang memegang ponsel milik Ritma merasakan ada pesan masuk dari ponel sahabatnya itu. Melihatnya sebentar lalu mengabaikannya. Dia tidak ingin mencapuri urusan pribadi Ritma.

“Ayooo Maaaa!!!” triak Reno bersemangat saat Ritma sudah terlihat dengan posisi pria itu yang berada di depan kemudian diikuti Halilintar di urutan kedua.

Ritma berhasil sampai garis finish dengan dia sebagai pemenangnya.  Reno menghampiri  sang sahabat menepuk pundaknya. Meski tidak melepas helm full face miliknya, Reno tahu jika Ritma sedang tersenyum puas. Begitupun dirinya.

“Nanti uangnya gue transfer. Yaudah balik yok. Bisa di hantam nyokap gue nih kalau ketahuan gak di kamar.” Kata Reno sembari naik di jok belakang.

Tanpa banyak bicara Ritma langsung melajukan motornya meninggalkan lokasi.

Halilintar melepas helm full face nya lalu membantingnya ke aspal. Teman-temannya yang melihat itu mencoba menenangkan.

“Sabar Lin.”

“Bangsat!! Anjirrr!!! Suatu saat gue akan kalahin tuh anak.” Ujarnya dengan wajah penuh amarah. Pria dengan tubuh atletis itu menyugar rambutnya yang lumayan panjang ke belakang.

Pukul dua dini hari Ritma baru menginjakkan kakinya ke rumah. Tinggal seorang diri membuat dia tidak perlu mencari alasan agar tidak di marahi. Begitu membuka pintu rumah, mata Ritma langsung menyipit saat melihat kedatangan seseorang yang tidak pernah ia duga.

“Jadi ini kelakuan kamu?” suara berat itu bertanya dengan nada penuh penekanan rendah.

“Buat apa anda kesini?” tanya Ritma sinis. Mengabaikan pria yang berdiri tidak jauh di depannya.

LOGARITMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang