Chapter • 18

2.3K 441 152
                                    

Sebelum mulai gaada salahnya kok buat ninggalin komentar dan vote, yuk pencet ikon bintang nya😁

_______________

-CAMARADERIE-
Erwin Smith
•••••
By: pkandini

_____________________

[Chapter  18]

Seluruh prajurit turun dari kereta kuda yang membawa mereka kembali ke markas. Usai sudah pelatihan mereka selama 1 bulan terakhir ini dan tengah bersiap untuk melaksanakan ekspedisi yang akan dilaksanakan bulan depan, saat musim salju telah selesai.

Keempat wanita itu dengan langkah lunglai berjalan kembali menuju kamar mereka. Ransel berat yang dipunggungi bukanlah alasan utama mengapa mereka terlihat selesu ini.

Nifa merogoh saku celana, mengeluarkan kunci yang diletakkannya didalam sana.

Saat pintu kamar dibuka, lagi-lagi Nanaba menghembuskan nafasnya kasar. Gadis itu berjalan masuk diikuti teman-temannya. Benar-benar hening tanpa suara.

Masing-masing dari mereka mulai meletakkan barang bawaan, kemudian menatap lagi seisi kamar yang tampak tak jauh berbeda seperti 4 bulan belakangan.

Tetap sama seperti (y/n) masih berada disini bersama mereka.

Rene membuka jendela, diam-diam air matanya menetes. Namun gadis itu menyembunyikan, ia tak ingin teman-temannya melihat dia sedang menangis.

"Sudah lama kita tidak melihatnya," Petra mengularkan suara, gadis itu duduk ditepi ranjang diikuti Nifa yang duduk disebelahnya dan mengusap punggung Petra.

"Aku takut dia tidak akan memaafkan kita. Saat itu... Seharusnya kita membelanya bukan hanya diam." Nifa menunduk, matanya berkaca-kaca. Ia menyadari bahwa pertemanan mereka tak lagi seerat dulu, mereka jadi sering bertengkar dan tak lagi saling melempar candaan.

Nanaba mendekat, matanya berkaca-kaca.

"Mari temui dia, aku akan berbicara dengan Heichou dan meminta alamatnya," Nanaba berucap tegas. Mereka saling menatap, sejujurnya mereka selalu ingin melakukan itu namun mereka terlalu takut... Levi mungkin tak akan memberikan apa yang mereka minta.

"Aku akan mengajak Hanji. Mari temui dia," Rene menambahkan. Sudah cukup penantian mereka selama 4 bulan, mereka benar-benar merindukan gadis itu. Jika tidak menemuinya sekarang, mereka pasti akan menyesal suatu saat nanti.

•••

Selalu seperti ini. (Y/n) selalu bermimpi buruk setiap hari, namun saat gadis berwajah pucat itu terbangun dari tidurnya, ia melupakan semua mimpi itu begitu saja.

Gadis itu berjalan menuju jendela, menyibak kain putih hingga cahaya matahari dapat menerobos masuk kedalam rumah kecilnya.

Gadis itu mendekat ke perapian, melanjutkan kembali kegiatannya semalam. Meski semua harapannya telah hancur, ia tak mengerti mengapa dirinya terus melipat benda-benda ini hingga memenuhi seisi kamar.

Tidak ada yang spesial dihari ini, dan mungkin tidak akan ada. Seperti biasa, sendirian di rumah kecilnya bersama dengan tumpukan origami didalam kardus dan beberapa bungkus makanan instan yang berhamburan diatas lantai.

Beberapa hari ini (y/n) memang tak sempat untuk membersihkan rumahnya. Bukan karena malas, namun belakangan ini tubuhnya tak sanggup lagi untuk bergerak banyak. Ia juga menyadari bahwa kini tubuh dan tenaganya kian menurun.

Camaraderie || Erwin Smith [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang