part 15

350 18 0
                                    

Lumajang, 11 Juli 2021.

"Gue ga kesurupan!"balas Bryan dengan menekan kata *kesurupan*

"Syukur deh gue kirain lu kesurupan"balas Angga dengan perasaan lega.

"Turun ke bawah udah mau balik juga" timpal Aldi.

Mereka pun mengiyakan perkataan Aldi dan turun ke bawah, bersyukur karena temen Bryan tidak mendengar obrolan nya dengan Diana, kalau tidak Bryan akan susah menjelaskan keadaan yang ada apalagi dia juga masih mencoba mencerna setiap perkataan yang terucap dari Diana dan juga mencoba menanyakan kepada hatinya siap orang yang dia cintai, Diana atau putri meskipun ia tak tahu benar apa tidak tapi ia juga harus mengambil keputusan dengan tepat.

BryanProvOn.

Perkataan Diana masih begitu terdengar dengan jelas, atau bisa ku sebut dengan putri.

Sekarang gue yakin kalau yang ada di tubuh Diana adalah jiwa putri itu, entah gue gak tau nama lengkapnya tapi dia begitu membuat gue merasa nyaman di dekatnya, dia begitu lembut dan keras secara bersamaan, dia lebih dewasa dan mampu mengendalikan emosi dari pada Diana yang dulu.

Gue menyukai nya, rasa yang tumbuh begitu saja tanpa bisa gue cegah, gue mencintai Diana yang jiwanya diisi oleh putri, jadi rasa yang gue miliki adalah untuk putri bukan Diana.

Jadi besok gue bakal bilang secara gamblang pada putri ah.. maksud gue Diana bahwa gue mencintai nya tanpa peduli jiwanya terisi oleh Diana atau bahkan putri, gue sudah mencintai nya jadi tidak ada alasan untuk mundur dan menghilangkan rasa.

BryanProvOff.

DianaProvon.

Aku tahu Bryan tidak mencintai ku tapi Diana, aku hanyalah seorang jiwa bebas yang tiba-tiba masuk di dalam tubuh Diana, jadi aku tak berhak mencintai atau bahkan membalas rasa Bryan padaku, karena yang dia suka adalah Diana bukan aku.

Aku juga berniat memberi tahu tentang hal ini kepada keluarga asli Diana, jika mereka mengusir ku pun tak masalah karena aku juga tak ada hak tinggal meskipun tubuh ini milik anak mereka tapi jiwanya berbeda.

Sekarang aku sudah berada di ruang keluarga bersama papa, mama dan Abang Diana, aku sengaja mengumpulkan mereka di sini dan membicarakan hal ini juga aku ingin melihat apa reaksi mereka tentang hal ini.

"Jadi apa yang ingin kamu sampaikan pada kita sayang?"tanya papa padaku.

"Jadi begini aku akan berbicara jujur pada kalian, jangan ada yang menyela pembicaraan ku, aku tak menyuruh kalian percaya tapi aku hanya ingin jujur agar kalian tak merasa di bodoh i oleh ku...."ucapku dengan mengambil nafas lalu menghembuskan perlahan.

"...aku bukan Diana, namaku Putri Senja Wahyuni, aku hanya jiwa yang tersesat setelah terjatuh dari kamar mandi sekitar beberapa bulan yang lalu, tapi di saat aku terbangun dan melihat sekeliling ternyata semuanya berbeda, aku memasuki raga anak kalian, jangan salah kan aku tentang ini karena semua bukan keinginan ku, jadi aku mengucapkan ini agar kalian tahu bahwa anak kalian sebenarnya sudah lama meninggal jiwanya sekarang aku lah yang menempati, terserah kalian percaya atau tidak bahkan jika kalian mengusir ku pun dari rumah ini tak masalah karena aku tak ada hak sama sekali di rumah ini, banyak tubuh anak kalian yang aku tempati selebihnya aku hanyalah orang asing di sini"balasku dengan nada tenang tapi percayalah aku sangat gugup dan takut tentang bagaimana respon mereka setelah mendengar hal ini dariku.

"Jadi..jadi maksudmu anakku sudah meninggal?"tanya mama Diana dengan nafas yang tersenggal-senggal.

"Ya"balasku dengan nada dingin tapi terkesan sendu.

"Apa.. bagaimana bisa?"tanyanya dengan menahan tangis.

"Aku tak tau semuanya terjadi begitu saja".

"Jadi kamu bukan Adek Abang, kenapa baru berbicara sekarang?"tanyanya dengan nada dingin tapi aku bisa tahu terdengar nada kecewa dan penyesalan.

"Aku sudah lama ingin membicarakan hal ini dan menunggu waktu yang tepat jadi hari ini aku sudah memberi tahu kalian".

"Engga..pah anak kita tidak meninggal kan?"tanya mama pada papa dengan tangis yang begitu memilukan.

"Papa...papa tida tahu lagi ingin berbicara seperti apa tapi jika memang ini benar maka ikhlas kan dia pergi, papa tahu mama sedih, aku pun juga begitu sedih mendengar anak Perempuanku pergi untuk selamanya"balas papa dengan nada serak seperti menahan tangis.

"Jadi tuan dan nyonya, saya akan keluar dari rumah ini, saya tak ingin merepotkan kalian dengan kedok bahwa saya anak kalian"balasku dengan mengganti panggilan ku pada mereka.

"Maksudmu dengan keluar dari sini?"tanya Abang dengan dingin dan menatap tajam padaku.

"Hah..sayabukan anak kalian, hanya raga yang ku miliki selebihnya saya hanyalah orang asing yang meminjam tubuh anak kalian".

"Engga kamu jangan pergi sayang, mama engga mau kamu pergi cukup jiwa Diana yang hilang jangan raganya, mama bakalan engga sanggup hidup tanpa salah satu anak mama"ucap mama dengan memeluk ku dan terisak.

"Saya menerima mu di rumah ini, saya akan menganggap mu putri anakku bukan Diana karena jiwa kalian berbeda, saya tak ingin kehilangan anak saya untuk kedua kalinya"balas papa dengan tersenyum lembut padaku.

"Tidak... saya akan pergi karena saya merasa tak pantas tinggal disini"ucapku.

"Kamu engga boleh pergi, kamu tetap Adek Abang, persetan dengan jiwamu siapa, kamu sudah menempati raga adekku jadi sudah sepantasnya kamu ku anggap sebagai Adek kandungku sendiri"balas Abang dengan menitihkan air mata.

Aku tahu ini pasti sangat menyakitkan, keluarga mana yang tak sakit jika mendengar bahwa salah satu dari anaknya sudah berpulang, pasti seperti ini perasaan keluarga ku atau bahkan lebih sakit karena mereka tak selalu melihat ragaku meskipun berbeda jiwa.

"Terimakasih sudah menerima ku menjadi anak kalian"ucapku dengan tersenyum.

"Bukan "saya" tapi "aku" sayang, kamu anak papa dan mama jadi jangan menggunakan kata baku seperti itu"ucap mama dengan memeluk ku di ikuti papa dan Abang.

"Mari membangun keluarga baru, dengan jiwa Diana yang baru"ucap papa.

"Jadi sayang kamu ingin di panggil Diana atau putri?"tanya mama setelah melepaskan pelukannya dariku dan di ikuti papa dan Abang.

"Tidak..panggil Diana saja aku tetap harus menghormati nya bukan?, Jadi biarkan nama putri hilang dariku"balasku.

Aku tak ingin di panggil putri oleh mereka, karena akan terasa sangat egois dan sejujurnya dengan menempati tubuh Diana sudah sangat bersyukur meskipun dulu sempat menolaknya tapi sekarang aku akan menerima semua hal yang terasa tidak nyata tapi begitu terpampang dengan jelas dan membuktikan bahwa hal ini sangatlah nyata.

"Baiklah jika itu maumu sayang"ucap papa dengan mengelus rambutku.

"Ya sudah berhubung sudah malah kalian harus segera tidur"ucap mama padaku dan Abang.

"Baiklah aku akan tidur dulu, selamat malam pah mah, dek"ucap Abang dengan mengecup dahiku dan berjalan ke kamarnya.

"Terimakasih sudah menerima ku pah, mah, aku juga akan pergi tidur, selamat malam".

"Iya sayang"balas mereka bersama.

Aku pun berjalan ke arah kamar dan ber-wudhu juga langsung melaksanakan kewajiban ku sebagai umat muslim, lalu membereskan perlengkapan sholat dan menyimpan di tempat semula dan langsung pergi untuk tidur.

*Selamat malam dunia, semoga besok akan ada hari yang menyenangkan*batin Diana.

DianaProvOff.




Terimakasih sudah baca jangan lupa klik tanda bintang di bawah.

See you dan jangan lupa istirahat ♥️.

Transmigrasi Putri Diana (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang