11. Denting

2.8K 470 30
                                    

"Kak Ify kenapa, Ma? Kenapa Kak Ify masuk sendiri? Mama sama Papa gak mau temenin Kakak? Kalo gitu Khey aja yang temenin ya Ma?" deretan pertanyaan dari Kheylin membuat Jenessa yang sedari tadi diam tanpa minat berkata pun melirik kearah anaknya yang duduk di samping dia.

"Jangan, Kakak lagi bertahan di dalam sana. Khey harus doain Kak Ify biar cepet sadar ya?" kata Jenessa sembari mengusap pelan rambut anaknya tersebut.

Kheylin hanya mengangguk walau tak sepenuhnya tahu apa yang terjadi, karena sehabis pulang sekolah dia langsung ikut di bawa kerumah sakit dengan Jenessa yang sudah menahan matanya yang sudah memerah untuk menangis.

Sedangkan disisi lain, Saga terus mondar-mandir kesana-kemari menunggu pintu ruang ICU terbuka. Untuk Deka sendiri dia terus menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan. Dia merasa ini seperti mimpi, baru saja Saga dan dirinya membicarakan soal Davychi, kini gadis itu tengah berjuang mempertahankan nyawanya di dalam sana.

Kedua teman Davychi Saga suruh untuk pulang karena hari sudah hampir menjelang malam. Suasana sangat tegang, sampai akhirnya lampu yang semula berwana merah menjadi berwarna hijau dan menampakkan satu dokter dengan membuka maskernya.

Saga, Jenessa, dan Deka langsung menghampiri Dokter tersebut dengan raut wajah yang cemas.

"Bagaimana kondisi anak saya, Dok?" tanya Saga terburu-buru.

"Untuk saat ini anak anda di nyatakan koma dalam beberapa hari, tapi dilihat dari kondisi benturan dikepalanya, mungkin bisa sampai seminggu atau dua minggu lamanya. Kita hanya bisa berdoa dan berharap bahwa tak ada cedera yang lebih serius agar tak merusak bagian kepalanya. Dan kemungkinan terburuk, Davychi bisa mengalami lupa ingatan sementara." ucap panjang Dokter tersebut.

"Apa saya boleh melihat anak saya?" tanya Jenessa dengan nada harap.

Sang Dokter terdiam sebentar seolah menimbang resikonya. "Baiklah, kalian bisa menengok pasien, namun harus satu persatu, dan saya harap dari kalian tidak mengganggu waktu dari istirahat nya." kata Dokter tersebut.

Mereka mengangguk, saat Jenessa ingin menjadi orang yang pertama untuk melihatnya, namun wanita tersebut melirik sekilas kearah sang Suami yang terus saja gusar menatap ke dalam ruangan dari balik pintu yang terdapat kaca tembus pandang.

Jenessa menghampiri suaminya dan mengelus pelan pundak tersebut, dengan senyum menenangkan Jenessa berkata. "Kamu bisa liat Davychi dulu, setelah itu aku."

Saga yang mendengar hal itu langsung melirik. "Tapi kamu yang pengen banget ngeliat Davychi, kan?" ucap Saga.

Wanita itu mengangguk. "Tapi kamu yang lebih mengkhawatirkan anak kita. Gak papa, aku bisa nunggu giliran kok, sana masuk." kata Jenessa.

Sebelum benar-benar masuk. Saga terlebih dahulu memeluk Istrinya yang entah mengapa semakin lama mereka hidup bersama, Jenessa semakin tahu artinya saling menghargai dan memberi perhatian walau tanpa kata. Saga melepaskan pelukan tersebut sebelum disuruh oleh salah satu perawat yang masih berada di dalam ruangan dan menyuruh memakai pakaian steril sebelum mendekat kearah Davychi.

Saat matanya melihat gadis yang dia kenal sangat ceria itu kini terbaring lemah diatas kasur rumah sakit. Banyak selang-selang yang menempel pada dada gadis tersebut. Alat bantuan pernapasan, dan masih banyak hal lainnya. Hati Saga seolah teriris melihat hal itu, kenapa kejadian seperti ini bisa menimpa Putrinya? Jika ini dosa dari masa lalu Saga, kenapa harus anaknya yang menjadi korban.

Lelaki itu mendekati kearah Davychi. Tangannya bergetar saat mencoba menggenggam tangan putrinya yang dingin tersebut. "Kamu harus kuat ya, anak Papa harus kuat." bisik Saga begitu menyakitkan jika di dengar.

My Lil Girl [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang