06. Tentang Deka

3.6K 472 14
                                    

"Hari ini gak ngantor, Mas?" tanya seorang perempuan paruh baya saat melihat Deka keluar dari kamar dan duduk di meja makan.

Lelaki yang diberi pertanyaan tersebut menggelengkan kepalanya pelan. "Aku minta gantiin Geika buat rapat nanti siang," jawab Deka dengan seulas senyum.

"Kamu lagi gak enak badan?" tanyanya lagi.

Deka mengangkat kedua bahunya tanda tak tahu. "Gak tau juga sih, tapi kayaknya iya, kepala juga sedikit pusing." kata Deka.

Perempuan itu menghela napasnya lelah, Renita- Nama Ibu dari Deka tersebut tak habis pikir dengan sang anak yang selalu gila kerja kapan pun dan dimana pun.

"Makanya kalo kerja itu tenaganya jangan terlalu di forsir gini, kasian badan kamu." nasihat bu Renita.

Lelaki itu hanya bergumam sebagai jawaban. "Nanti juga langsung sembuh kok," ucap Deka.

"Harusnya kamu tuh cari istri biar bisa ngurusin kamu ini dan itu, terus bisa ngerawat kamu kalo lagi sakit. Kamu gak ada niatan mau cari atau kenalin perempuan sama Ibu apa? Kamu tuh udah kepala tiga, Deka." oceh perempuan paruh baya tersebut.

Lagi-lagi Deka terkena ocehan itu. Bukannya dia tidak ingin mendengarkannya, tapi kenapa Ibu nya sangat mempermasalahkan jodonya itu? Bukannya Deka belum mau, tapi dia masih ragu untuk menjalin sebuah hubungan lagi setelah 11 tahun lamanya sejak kejadian menjijikan itu.

"Emang Ibu gak mau ngurus aku lagi sampe terus nyuruh aku cari istri?" tanya Deka sembari mengangkat sebelah alisnya.

Bu Renata yang sedang sibuk berkutat di dapur, kini melirik kearah sang Anak. "Kenapa kamu ngomongnya kaya gitu?" tanya perempuan berusia 57 tahun tersebut.

Deka hanya terdiam, tak tahu harus menjawab apa. Melihat Deka yang terdiam membuat bu Renata menghampirinya dan duduk di depan Deka.

"Ibu bukannya gak mau ngurus kamu lagi. Tapi kan nyari seorang istri buat jadi pasangan hidup juga wajib Deka, Ibu gak mau ya punya anak pejaka tua kaya kamu." ucap bu Renata dengan bercanda di kalimat terakhir.

Deka hanya bergumam tak jelas. "Aku masuk kamar lagi deh," kata Deka pada akhirnya karena tidak ingin membahas soal mencari istri dengan Ibu nya lagi.

Saat ingin beranjak pergi, Deka tak sengaja berpapasan dengan Adik lelakinya yang masih mengenakan baju terakhir dia pakai, maksudnya baju untuk tidur.

Deka menatap adiknya itu dengan memicingkan matanya. "Kamu kenapa gak masuk sekolah?" tanya Deka mengintimidasi.

Yang ditanya malah menggaruk-garukkan kepala belakangnya yang tiba-tiba terasa gatal.

"Eung, itu. Aku izin sama guru karena kepala aku pusing." jawab Faris dengan spontan.

Mata lelaki itu semakin memicing. Setelah itu membiasakan kembali matanya sembari menepuk pundak sang adik. "Jangan terlalu bolos, nanti kamu ketinggalan pelajaran. Kakak gak mau ya bayarin sekolah kamu mahal-mahal tapi kamu nya sering bolos. Inget, masa SMA tahun kedua emang udah seenaknya bolos atau ngelakuin ini dan itu, tapi kamu jangan terjerumus terlalu dalam. Kasian masa depan kamu takut kacau." nasihat itu membuat Faris merasa bersalah karena sudah membohongi dengan izin sakit.

"Maaf kak, aku bohong bikin surat izin sakit. Aku gak mau masuk pelajaran Kimia, susah banget," jujur Faris pada akhirnya.

Deka hanya tersenyum tipis. "Gak papa, lain kali jangan diulangin ya. Kalo susah, ya kamu harus belajar sampe ngeliat pelajaran Kimia itu cukup mudah buat kamu." kata Deka dengan menepuk-nepuk pundak adiknya yang berusia 15 tahun tersebut sebelum beranjak pergi masuk ke dalam kamarnya lagi.

My Lil Girl [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang